BAB 7: Tersenyum di Atas panggung

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam minggu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Amara, Gita, dan Nando berangkat menuju event budaya di taman kota dengan penuh semangat. Suasana malam itu sangat meriah, dipenuhi dengan lampu-lampu berwarna-warni yang berkelap-kelip di sepanjang jalan menuju area bazar. Musik dan aroma makanan dari berbagai stan semakin menambah semarak suasana.

Begitu tiba di area bazar, Gita langsung memegang tangan Amara erat-erat. "Aku nggak mau kamu hilang," katanya sambil tersenyum. "Nanang kemana? kok gak ada," tanya Gita dengan kepala celingukan.

"Dia ikut, tapi sama ceweknya," jawab Nando.

"Yaudah deh biarin. Yuk kita jajan dulu," ajak Gita.

Amara mendengarkan band yang sedang tampil, suara cewek, pasti bukan bandnya Yaksa. Lagipula band Yaksa tampil jam 7 malam, masih ada setenga jam lagi. Amara mengikuti Gita dan Nando kemanapun mereka berdua mau. Sejujurnya sedikit canggung, karena mereka asik berdua seperti pasangan, dan Amara obat nyamuknya. Seperti biasa, Amara juga gak banyak omongan. Setengah jam rasanya sangat lama, dan Amara terlalu malas untuk jadi obat nyamuk lebih lama kali.

"Aku ke lamar mandi dulu ya," pamit Amara.

"Sendirian? Mau kuantar?" 

Amara menggeleng. "Gak perlu," tanpa mendengarkan jawaban Gita, Amara langsung pergi.

Dia gak ke toilet, melainkan ke arah panggung. Tidak banyak penonton yang sudah mengerumini panggung. Amara mengendap-endap ke dekat panggung, meninggalkan Gita dan Nando yang sibuk dunianya sendiri. Suasana konser semakin ramai dan lampu-lampu panggung mulai menyala terang, menandakan band berikutnya akan segera tampil. Amara berdesakan di antara penonton lain yang juga tak sabar menunggu, hatinya berdebar kencang. Dia sangat ingin menonton penampilan band favoritnya, Yaksa, dari dekat.

Sambil menghindari tatapan penonton lain, Amara terus melangkah maju. Namun, tanpa sadar, dia menabrak seseorang yang ternyata adalah Yaksa sendiri.

"Eh, maaf!" kata Amara terburu-buru, matanya terbelalak melihat siapa yang ditabraknya.

Yaksa tersenyum lebar saat mengenali Amara. "Hei, Amara! Apa kabar? Kamu datang juga. Sendiri?" wajah Yaksa senang melihat Amara datang.

"Sama temen, tapi mereka lagi beli makan."

 Yaksa mengangguk paham. "Mau nonton dari deket?"

Amara mengangguk malu-malu, merasa canggung tapi juga sangat senang. "Iya, aku mau banget lihat penampilan kalian dari dekat."

Tanpa berpikir panjang, Yaksa meraih tangan Amara dan membawanya ke backstage. Entah mengapa seperdetik itu waktu Amara seolah terhenti. Semua berjalan lambat, dan orang-orang seperti mematung. Cahaya dari lampu panggung membuat semuanya nampak indah. Keberisikan dari ramainya tempat ini terganti dengan suara detang jantung. Perasaan aneh dan asing baginya, campur aduk antara senang dan keraguan, sulit didiskripsikan. Sesaat dia melihat Rash yang berdiri di tengah kerumuan dengan ekspresi datar. Dan saat ada orang yang melewatinya, Rash menghilang.

Di sana, anggota band lainnya sedang bersiap-siap, menyetel alat musik mereka dan memeriksa sound system. Aiden yang pertama menotice Yaksa yang membawa cewek ke tempat mereka.

"Gue kira lo ke kamar mandi, ternyata pancing cewek," logat bahasanya menjelaskan dia bukan orang sini.

"Ini Amara, yang waktu itu tepuk tangan di cafe," jelas Yaksa. "Ini Aiden, hati-hati sama dia." Aiden yang tidak terima dengan ucapan Yaksa, menepuk pundak Yaksa dengan keras.

"Harusnya hati-hati sama Yaksa. Ceweknya banyak."

"Mana ada, satu aja gak dapat-dapat," bantah Yaksa. 

MC memanggil nama band mereka, 'Dragon'. Sudah waktunya Yaksa tampil.

"Jujur, aku gak suka nama band ini. Ada rencana mau ganti. Tapi belum tau apa," ujar Yaksa.  Mata Yaksa melirik jepit rambut kupu-kupu yang di pakai Amara. "Jepitnya cantik," puji Yaksa dengan senyum khasnya sebelum dia naik ke atas panggung. Amara diam dengan wajahnya yang merah.

Benar, tidak banyak yang menonton. Mereka hanya mendekat karena hafal dengan musik yang dibawakan. Tapi tidak tertarik pada band yang sedang memainkannya di atas panggung. Meski begitu Yaksa, Aiden, dan anggota band yang lain tetap semangat menyelesaikan perfomnya. Dari cara Yaksa tersenyum sambil menyanyikan setiap part lirik lagu, terbukti dia sangat menikmayi berada di atas panggung. Mungkin saat ini dia sedang membayangkan berdiri di panggung lain dengan penonton yang lebih banyak. Bersama seluruh anggota bandnya; Aiden, Musa, dan Rizal, atau mungkin anggota baru lainnya.

DI tengah-tengah lagu Yaksa menghadap ke arah Amara, kembali tersenyum untuknya. 

-0-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro