Emergence of Strength

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yang di mulmed itu fotonya Haruna Iori ya...
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾

KAORI POV

Aku tau apa yang sedang dipikirkan oleh ayahku. Jujur saja, aku bisa membaca pikiran seseorang.

Aku lihat Ayah terdiam sambil memperhatikanku, dan yang dipikirkannya pun melintas begitu saja dipikiranku.

Ternyata ayahku sedang memikirkan apakah aku mempunyai kekuatan yang sama dengannya dan kakekku atau tidak? Sebenarnya aku belum pernah melihat kekuatan ayah ataupun kakekku selama ini.

Tapi aku percaya, karena saat ini aku juga memiliki kekuatan yang aneh, aku bisa mengendalikan air dan barang tanpa menyentuhnya.

〜〜〜Flashback On〜〜〜

Aku sedang menonton anime kesukaanku yang bergenre fantasy di laptopku. Tiba-tiba aku terserang sindrom *Chuunibyou, aku berkhayal seandainya aku mempunyai kekuatan seperti kekuatan tokoh favoritku.

*Chuunibyou adalah keadaan yang membuat penderitanya berkhayal seolah-olah mempunyai kekuatan-kekuatan seperti para karakter pada anime yang bergenre fantasy, super power, magic, dll.

Saat itu, aku ingin mengambil handphone-ku yang berdering di atas meja belajarku. Karena aku malas, akhirnya aku menggerakkan tanganku ke arah handphone dari kejauhan seolah-olah aku mempunyai kemampuan mengendalikan barang.

Tapi ajaibnya, handphone-ku bergerak sesuai keinginanku. Aku yang kaget, sontak menarik tangan kananku ke arah dada dan menggenggamnya dengan tangan kiriku, membuat handphone-ku terjatuh kembali ke tempatnya semula dan terdengar bunyi barang terjatuh.

"Suara apa itu, Kaori?!!" teriak ibuku yang sedang berada di ruang TV.

"Bukan apa-apa kok!!" jawabku sambil berteriak juga.

Aku masih terkejut sambil menatap tangan kananku.

'Itu beneran 'kan?'

'Atau mataku yang kurang bener?'

'Kayaknya sih, mataku aja kali ya yang ga bener, maklum lah tadi kan aku lagi ngayal~'

Kata-kata itu terus berkecamuk di pikiranku. Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Aku pun mencoba untuk menggerakkan handphone-ku lagi, benar saja handphone itu bergerak mengikuti gerak tanganku.

Aku memikirkan seandainya handphone-ku sudah berada di tanganku. Dengan sekejap mata, aku sudah menggenggam handphone di tanganku. Seakan-akan handphone itu tertarik oleh tanganku.

"Ini sungguh ajaib ...!" ucapku sambil berdiri dan mengangkat kedua tanganku kegirangan.

✰✰✰

Hari sudah menjelang malam, aku pun memutuskan untuk mandi. Karena kejadian siang tadi, dengan sengaja aku mencoba untuk menggerakkan air yang ada di bak mandi.

Aku menggerakkannya ke kanan dan ke kiri, air itu mengikuti pergerakanku. Lalu aku pun menggerakkan air itu keatas, seperti pada animasi Avatar.

"Sugee ...⑴" ucapku sambil mencoba mengendalikan air itu dengan lihai

Hari ini adalah hari yang sangat menakjubkan, aku bisa mengendalikan barang dan juga air. Mungkin, kalau aku masuk ke dunia fantasy, aku bisa menggunakan kekuatan ini untuk melindungi seseorang ataupun semua rakyat disana.

'Ah, aku semakin berkhayal saja, memangnya ada dunia yang seperti itu? Kalo ada, pasti banyak orang yang ingin kesana ....' pikirku. Sudahlah yang penting aku sangat bahagia hari ini.

Pokoknya, aku akan merahasiakan ini dari siapapun termasuk ayah, ibu, dan kakakku, sampai aku memberitahu mereka bahwa aku mempunyai kemampuan yang istimewa ini.

✯✯✯✪✯✯✯

5 tahun yang lalu

Di taman belakang rumah Haruna, aku sedang bermain dengannya. Tapi, tiba-tiba Haruna terlihat murung, aku pun duduk di sebelahnya. 'Apa yang sedang dipikirkan Haruna ya?' pikirku.

'Nenek, kenapa kau cepat sekali pergi meninggalkanku ....'

'Eh, suara siapa ini?' pikirku heran, aku melihat ke sekelilingku, tapi tidak ada siapa-siapa selain kami berdua.

'Haruna kangen sama Nenek ....'

'Eh, ini suara Haruna kah?' aku pun menoleh ke Haruna, tapi dia tidak mengatakan sepatah katapun.

"Kamu lagi mikirin apa Haruna?" aku pun memberanikan diri untuk bertanya langsung pada Haruna

"Ga ada apa-apa kok!" jawabnya, sambil menghapus air matanya

'Maaf, Kaori ... aku tidak mengatakan yang sejujurnya padamu. Aku tidak ingin membuatmu sedih juga, Kaori ....'

'Aku mengerti apa yang kamu rasakan sekarang, Haruna ....' ucapku dalam hati.

Ternyata benar, ini isi pikirannya Haruna. Lalu, kenapa aku bisa tau isi pikirannya ya? Hmm ... Mungkin ini sebuah keajaiban, aku bisa membaca pikiran orang lain.

Tapi, aku juga menyesal telah membaca pikirannya, sebab aku jadi ingat kembali ketika nenekku meninggal, aku merasa sangat kehilangan, karena dulu aku sangat dekat dengannya.

〜〜〜Flashback Off〜〜〜

Dari situlah aku bisa membaca pikiran orang lain, dan sekarang tanpa harus penasaran pun aku bisa membaca pikiran orang yang berada dekat denganku.

Dan aku juga sudah ahli mengendalikan barang dan air, tapi aku menggunakannya secara sembunyi, seperti di kamarku atau di kamar mandi, yang jelas tidak ada yang tahu tentang kekuatan ini.

✯✯✯✪✯✯✯

"Taraa ... Nasi goreng spesialnya udah jadi ...!!" ucap ibuku penuh semangat sambil membawa masakannya dari dapur ke meja makan.

"Yeee!!!" ucapku dan ayahku bersamaan.

Dari arah tangga terlihat kakakku yang sudah memakai baju sekolahnya. Saat ini kakakku sudah kelas Ⅺ (2) SMA dan aku juga sudah kelas Ⅸ (3) SMP. Dia memakai baju seragam warna putih dibalut blazer berwarna hitam, dasi berwarna biru, dan celana panjang bermotif kotak-kotak warna hitam

"Eh, Kakak! Lama banget sih!" ucapku dengan nada kesal.

"Bodo!" ucap kakakku singkat, membuatku hanya mendengus kesal karena ucapannya.

"Udah, udah ... Sekarang kita sarapan dulu, nanti telat lho ...!" ucap ayahku menengahi perdebatan ini.

"Iya, Yah ...." ucapku dan kakakku bersamaan.

"Kalian itu ... bisa gak sih, sehariii aja gak berantem?" ucap ibuku sambil menekan kata 'sehari'.

Kami ―aku & kakakku― hanya mengacuhkan ucapan ibuku, sambil keduanya saling membuang muka. Ayah dan ibuku hanya terkekeh melihat kelakuan kami berdua, dan melanjutkan kegiatan sarapannya.

Skip time

Aku sudah menyelesaikan sarapanku, sama seperti yang lain. Sekarang masih pukul 05:50 JST, jadi ku putuskan untuk memainkan handphone-ku sebentar sambil duduk di single sofa yang ada di ruang tamu.

JST⇉ Japan Standard Time
________________________________________
Haruna Iori
‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾

Haruna, hari ini kamu sekolah kan?
05:55

Iya dong, masa ga sekolah
05:56

Kita ketemu di tempat biasa ya...
05:56

Oke deh...
05:57

‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾‾
Aku pun mengambil tasku dan bersiap pergi ke sekolah. Tidak lupa, aku pun pamit terlebih dahulu pada orang tuaku dan juga kakakku.

"Ibu, Ayah, aku berangkat dulu ya ...." ucapku pamit pada ibu dan ayahku.

"Hai', Kiwotsukete ne ...⑵" jawab ayah dan ibuku bersamaan.

"Siap!" ucapku sambil memberi hormat ―seperti hormat pada bendera― pada ayah dan ibuku.

"Kakak, aku berangkat dulu ya." ucapku pada kakakku dengan nada dingin.

"Iya, berangkat sana." jawab kakakku tak kalah dingin.

Ayah dan ibuku hanya menggelengkan kepala melihat tingkah kami ini. Aku dan kakakku memang tidak pernah akur, hanya saat-saat tertentu saja kami bisa akur.

Aku berjalan keluar gerbang lalu berhenti sejenak dan menoleh kearah mereka, "Ittekimasu ...⑶" teriakku sambil melambaikan tanganku, lalu melanjutkan langkahku keluar gerbang rumahku.

"Itterashai ...⑷" jawab ibuku lagi sambil melambaikan tangannya juga padaku, ayah juga melakukan hal yang sama dengan ibuku, melambaikan tangannya, kecuali kakakku yang hanya diam saja.

'Huh, dia memang menyebalkan, setiap hari kerjaannya cuma diam dikamar sendirian, dan keluar kalau ada keperluan saja, dasar!' umpatku dalam hati pada kakakku yang menyebalkan itu.

✰✰✰

Aku berjalan melewati blok-blok yang ada di komplek ini, tentu saja aku sedang menuju tempat biasanya aku bertemu dengan Haruna untuk menuju ke sekolah bersama.

Dulu, rumahku dengan Haruna hanya berselang satu rumah saja. Tapi, sekarang aku sudah berpindah ke blok yang lebih di depan dari rumahku yang dulu. Makanya, kami memilih tempat yang strategis agar kami bisa bertemu untuk berangkat sekolah bersama.

Langkah demi langkah sudah ku lewati, akhirnya di ujung jalan sana, terlihat seorang gadis yang tidak asing di mataku, dengan rambutnya yang panjang berwarna kuning dan jepitan di kanan-kirinya berbentuk silang berwarna merah, dan juga iris mata yang berwarna merah itu. Sedang menyenderkan tubuhnya ke sebuah tiang sambil memeluk sebuah buku.

Dia pun menyadari kehadiranku, lalu menolehkan kepalanya ke arahku sambil tersenyum.

"Hai, Kaori ...."

―――――――――――――――――――
[Kata lain dari Sugoi] Hebat
⑵ Iya, hati-hati ya ....
⑶ Aku pergi ....
⑷ Hati-hati dijalan ya ....

✯✯✯✪✯✯✯







T
B
C





Jangan lupa klik ⭐ dan 💬 nya ya, agar author semangat untuk melanjutkan cerita ini, kalau ada yang salah coment aja ya, biar author bisa mengoreksi kesalahannya

Author ucapkan terima kasih sekali lagi untuk yang sudah baca cerita ini
『ども ありがとう ございます みんな』 

Sampai jumpa di chapter selanjutnya....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro