Go to Grandpa's House

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

KAORI POV

Aku, ayah, ibu, dan kakakku sudah berada di meja makan untuk melaksanakan sarapan sebelum berangkat ke rumah kakekku.

Sementara, aura mencekam keluar di sekeliling kakakku, sepertinya dia masih kesal karena apa yang aku perbuat tadi. Aku jadi sedikit takut, ingat! Hanya sedikit. Suasana pun menjadi sangat hening disini.

Ayah dan ibuku yang melihat tingkah kami pun, menatap bingung pada kami berdua

"Kalian kenapa?" tanya ibuku pada kami berdua sambil mengernyitkan dahinya

"Iya, kok enggak kayak biasanya" sambung ayahku

"Eh, e-enggak apa-apa kok" jawabku dengan terbata-bata, menyangkal pertanyaan ayah dan ibuku itu

"Bener, Higa?" tanya ayahku pada kakakku yang sedang di kelilingi dengan aura mencekam yang seperti ingin membunuhku itu

"Enggak" jawab kakakku dengan nada dinginnya

"Eh, kok beda jawabannya sama Kaori?" tanya ibuku bingung

"Ahahaha... Kakak cuma bercanda kali Bu, iya kan Kak?" jawabku sambil tertawa garing, lalu menepuk pundak kakakku yang kesal itu

"Bercanda apa nya?" ucap kakakku sambil menoleh padaku dan menatapku tajam

"Kalian itu sebenarnya kenapa sih?" tanya ibuku lagi, yang mulai merasa jengkel dengan tingkah laku kami

"Enggak / gak papa" jawab kami bersamaan sambil memalingkan wajah

Ayah dan ibuku hanya mengernyitkan dahinya lalu menggeleng-gelengkan kepala

"Ya udah, sekarang kita sarapan dulu. Kalian udah siapin barang yang mau dibawa kan?" ucap Ayahku mengakhiri perdebatan ini agar tidak terus berlanjut

"Udah" jawab kami berdua secara bersamaan lagi dan dengan nada yang tentu berbeda

Ayahku hanya manggut-manggut mendengar jawaban kami. Setelah itu, kami berempat pun melanjutkan kegiatan sarapan pagi kami.

※※※✺※※※

"Semuanya udah siap?" tanya ayahku pada kami bertiga yang sudah berada di dalam mobil

"Udah..." jawab kami berdua ―aku dan kakakku― secara bersamaan, lagi

"Ada yang ketinggalan ga?" tanya ibuku

"Enggak..." jawab kami lagi, tentunya dengan nada yang berbeda, aku menjawab dengan nada yang ceria, sedangkan kakakku dengan nada dinginnya

"Oke, kita let's go...!" ucap ayahku dengan bersemangat. Kami pun memulai perjalanan kami menuju rumah Kakek di Kyoto

Beberapa jam kemudian...

Mobil kami pun terhenti di sebuah halaman rumah yang masih asri itu. Rumah yang masih terlihat tradisional khas Jepang dan dikelilingi oleh pohon-pohon yang rindang sudah berada di hadapan kami saat ini

Kami pun turun dari mobil lalu berjalan menuju pintu rumah Kakekku, tidak lupa aku mengambil koperku yang berada di bagasi mobil

Tok! Tok! Tok!

Ayahku mengetuk pintu kayu yang berada di hadapannya, "Gomen kudasai...⑴" ucapnya, sambil menunggu pintunya dibukakan oleh sang pemilik rumah

"Chotto matte...⑵" sahut seseorang dengan suara berat dari dalam rumah, sepertinya itu suara kakek. Pintu pun terbuka, "Irasshai...⑶" ucapnya

"Shibaraku deshita... Ogenki desuka, Tou-san?⑷" ucap ayahku, kakekku hanya terdiam tak percaya

"Re-Renjiro?" tanya kakekku tak percaya, "Aa... Genki desu, anata wa?" jawab kakek lalu menanyakan balik kabar ayahku

"Okagesamade, watashi wa genki desu" jawab ayahku. Apakah mereka melupakan kami ―aku, ibu, dan kakakku― yang juga berada disini?

"Ojii-san... Watashi mo koko ni iru..." ucapku yang merasa terabaikan oleh ayah dan kakekku

"Aah... Kaori, maaf Kakek sibuk ngobrol sama ayah kamu" jawab kakekku sambil terkekeh dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Kakek...! Aku kangen...!" ucapku sedikit berteriak, lalu memeluknya

"Kakek juga kangen sama Kaori" jawab kakekku, membalas pelukanku

"Ohisashiburi, Tou-san" ucap ibuku, lalu sedikit membungkuk

"Oh... Megumi, apa kabar?" tanya kakekku pada ibuku

"Baik Yah, kalo Ayah gimana?" ucap ibuku, bertanya balik

"Sama, Ayah juga baik-baik saja" jawab kakek, "Eh, ada Higa juga" ucap kakek sambil menatap kakakku

"Ohisashiburi, Ojii-san..." ucap kakakku dengan nada yang datar, sambil sedikit membungkuk

"Hai'... Ayo kita masuk!" ucap kakekku, lalu mempersilahkan kami masuk

Kami pun masuk lalu berbincang-bincang dahulu sebelum pergi ke rumah Leiko Hiromasa, pamanku. Yang pasti aku tidak ikut ke rumah paman, karena aku akan tinggal disini sampai liburan sekolah usai.

✯✯✯✪✯✯✯


Setelah kami berbincang-bincang cukup lama, kakek mengajak kami ke pintu belakang rumahnya. Kami pun mengikutinya sampai berada di ambang pintu. Saat itu juga, aku terkejut. Aku melihat orang-orang yang selama ini sering muncul di mimpiku. Kenapa mereka ada disini?

"Ohayou gozaimasu, Sensei..." sapa semua anak yang sebaya denganku, dengan rambut yang berwarna-warni seperti pelangi itu

'Sensei? Sepertinya perguruan yang mereka maksudkan itu, perguruan milik Kakek ya?' pikirku

"Ohayou... Hari ini sensei akan memperkenalkan kalian dengan anak dan cucu saya" jawab kakekku

'Apa mereka sudah kenal denganku ya?' pikirku dalam hati

"Hmm... Yang cewek itu...cucunya Sensei ya?"

"Kayaknya sih iya"

Seperti itulah yang mereka katakan dengan sedikit berbisik, yang pasti itu masih bisa didengar olehku, 'Berarti mereka belum kenal aku ya? Hmm...' pikirku, lalu terdiam sejenak

"Hai semuanya, salam kenal... Namaku Kaori Hiromasa, panggil saja Kaori, aku cucunya Sensei kalian..." ucapku memperkenalkan diri dengan penuh semangat lalu tersenyum ramah

"Hai Kaori..." jawab mereka serempak, kecuali cewek berambut putih dan cowok berambut hijau yang hanya diam saja

"Sepertinya dia biasa saja ya?" ucap seorang cowok berambut hitam bergradasi biru sambil berbisik pada teman cowoknya yang lain

"Iya ya" jawab teman cowoknya yang lain, kecuali cowok berambut hijau yang hanya mengangguk setuju

'Hohoho... Aku bisa mendengarnya tau' gumamku dalam hati, lalu aku melihat keempat cowok itu, dan sepertinya mereka menyadarinya

Cowok berambut biru bergradasi hitam itu segera menggeleng cepat bermaksud mengatakan "Bukan apa-apa" padaku

"Kok dia bisa tau sih?" tanya cowok berambut hitam bergradasi biru tadi pada temannya yang lain

"Mungkin dia bisa baca pikiran" sahut cowok berambut merah

"Bisa jadi" jawab cowok berambut cokelat. Lagi-lagi cowok berambut hijau hanya diam mendengar obrolan temannya yang lain, sepertinya sikapnya dingin sama seperti kakakku

'Mmm... Sepertinya cucuku yang satu ini, bisa membaca pikiran ya?'

Suara pikiran seseorang, tiba-tiba terlintas dalam pikiranku. 'Sepertinya ini isi pikiran kakek deh' pikirku

'Iya Kek, aku memang bisa membaca pikiran' jawabku, tiba-tiba saja, ide untuk menjawab pikiran kakek, terlintas dalam otakku. Kalau kakek bisa meresponnya, berarti dia juga bisa membaca pikiran kan?

'Se-serius?' pikir kakek. Tuh kan, benar... Kakek bisa baca pikiran juga. Untuk meyakinkan kakekku, aku pun melirik ke arahnya lalu tersenyum

Aku melihat ekspresi kakek yang seperti tak percaya itu

"Nah... Ini Kakakku, namanya Higa Hiromasa" lanjutku memperkenalkan kakakku pada mereka

"Hai!" ucap kakakku, singkat, padat, dan terkesan pelit. Apa salahnya kan, mengatakan "Salam kenal..." sambil tersenyum saja

"Ih Kakak, jangan gitu dong" protesku merasa jengkel dengan kakakku ini. Sedangkan dia hanya memutar bola matanya malas

"Ih itu orang sombong banget sih!" ucap cowok berambut cokelat yang merasa jengkel juga karena sikap kakakku ini

"Iya tuh, mendingan Kaori deh" sambung cowok berambut merah sambil senyum-senyum ga jelas

'Eh? Apa maksudnya mendingan aku?' batinku, tanpa sadar, pipiku memerah karenanya, 'Eh? A-aku blushing?' gumamku, aku segera menggeleng cepat, menjauhkan pikiran aneh itu. Baru juga ketemu, masa langsung... Ah, sudahlah...

"Ciee... Ciee~" goda teman-temannya yang lain pada cowok berambut merah itu

"Ih! Apaan sih!" sangkalnya, sambil memalingkan wajahnya

"Ini Ayahku, namanya Renjiro Hiromasa, dan ini Ibuku, namanya Megumi Hiromasa..." lanjutku lagi, memperkenalkan ayah dan ibuku

"Hai semua..." sapa ayah dan ibuku bersamaan

"Hai juga..." jawab mereka serempak

"Jadi, selama libur sekolah, Kaori akan tinggal disini, kalian mau kan berteman dengannya?" ucap ayahku

"Iya, Renjiro-sama..." jawab mereka bersamaan

"Baiklah, kalau begitu, kami harus pamit, sampai berjumpa lagi..." ucap ayahku

"Sampai jumpa..." jawab mereka bersamaan, lagi

Ayahku pun berjalan menghampiri kakekku, "Ayah, kami pamit dulu ya..." pamit ayahku pada kakek

"Iya... Kapan-kapan kesini lagi ya..." jawab kakekku

"Itu pasti" ucap ayahku mantap, lalu membungkukkan badannya, ibu dan kakakku juga melakukan hal yang sama

Aku dan kakekku pun berjalan menuju pintu depan untuk mengantar ayah, ibu, dan kakakku pergi ke rumah paman

"Hati-hati ya di jalan..." ucapku sambil melambaikan tanganku pada ayah, ibu, dan kakakku yang ingin menaiki mobil

"Iya, kamu juga baik-baik ya disini" jawab ibuku lalu menaiki mobil

Aku melambaikan tanganku pada mereka yang sudah berada dalam mobil. Aku terus menatap mobil itu, hingga akhirnya menghilang dari pandanganku

AUTHOR POV

Sementara itu...

Para murid dari perguruan yang dimiliki oleh kakeknya Kaori dengan rambut mereka yang berwarna-warni seperti pelangi, sedang mengobrol seperti sedang menyusun suatu rencana

"Jadi, kalian setuju?" tanya seorang anak laki-laki berambut hitam bergradasi biru

"Setuju!" jawab hampir semua temannya bersamaan, karena satu orang lainnya hanya diam, tidak memperhatikan yang lain

―――――――――――――――――――
⑴ Permisi...
⑵ Tunggu sebentar...
⑶ Selamat datang...
⑷ Lama tidak berjumpa... Apa kabar, Ayah?
⑸ Aa... Baik, bagaimana denganmu?
⑹ Berkat doa darimu, aku juga baik-baik saja
⑺ Kakek... Aku juga ada disini loh...
⑻ Lama tidak berjumpa, Ayah...
⑼ Lama tidak berjumpa, Kakek...
⑽ Selamat pagi, Sensei/Guru...

✯✯✯✪✯✯✯







T
B
C





Konbanwa mina-san...
Berjumpa lagi dengan author yang lagi-lagi update kemalaman. Yang penting update ya kan?

Chapter kali ini kebanyakan pake bahasa Jepangnya, jadi kalian harus sabar gulir artinya di bawah

Kalau kalian penasaran rencana apa yang teman-teman baru Kaori yang rambutnya bagaikan pelangi itu rencanakan, tetap ikuti cerita ini terus ya...

Jangan lupa klik ⭐ dan 💬 nya ya, satu vote dari kalian, berarti banget buat author agar semangat ngelanjutin cerita ini

Sampai jumpa di chapter selanjutnya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro