Unexpected

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

AUTHOR POV

Sementara itu...

   Para murid dari perguruan yang dimiliki oleh kakeknya Kaori dengan rambut mereka yang berwarna-warni seperti pelangi, sedang mengobrol seperti sedang menyusun suatu rencana

   "Eh, eh, si Kaori kan lagi nganter keluarganya, gimana kalo kita nyusun rencana buat jahilin dia? Kalo dia bisa menghindar, berarti dia juga punya kemampuan yang sama kayak kita..." ucap seorang anak laki-laki berambut hitam bergradasi biru pada teman-temannya yang lain

   "Boleh, boleh..." jawab teman laki-lakinya yang berambut cokelat, setuju

   "Tapi jangan sampe ngebahayain dia ya..." sambung teman perempuannya yang berambut biru

   "Iya... Ga bakal ngebahayain kok" jawab anak laki-laki berambut hitam bergradasi biru tadi

   Mereka pun mulai merencanakan sesuatu untuk menjahili Kaori, eum... Mungkin lebih tepatnya, mengetes kemampuan Kaori dengan berbisik

   "Jadi, kalian setuju?" tanya anak laki-laki berambut hitam bergradasi biru itu setelah selesai membicarakan apa yang akan mereka lakukan

   "Setuju!" jawab semua temannya bersamaan, kecuali satu teman laki-laki mereka yang berambut merah, hanya diam tidak memperhatikan

   "Kentaro?!" ucap laki-laki berambut hitam bergradasi biru sambil melirik ke arah temannya yang berambut merah yang dipanggil Kentaro olehnya itu

   "Eh, apa yang kau katakan tadi, Raeden?" tanya laki-laki bernama Kentaro itu, menanyakan kembali apa yang dikatakan oleh temannya tadi

   "Kamu setuju ga, Ke-tu-a?" tanya laki-laki bernama Raeden lagi, sambil menekan kata "Ketua" pada setiap suku katanya

   Kentaro memang seorang ketua di perguruan supranatural mereka. Kalau di sekolah biasa, bisa dibilang... Dia adalah ketua kelasnya. Dan juga, menurut murid-murid yang lain, dia juga yang terkuat disana. Maka dari itu, dia dipilih sebagai ketua oleh teman-temannya, meskipun ada yang tidak suka kalau dia yang menjadi ketua.

   "Tidak usah memanggilku seperti itu kalau sedang tidak belajar" jawab Kentaro, dengan nada kesal

   "Jadi?" tanya Raeden lagi

   Kentaro menghela napas, "Baiklah, aku setuju" jawabnya pasrah

   "Bagus, semua sudah setuju. Semoga saja Kaori tidak mendengarnya..." ucap Raeden dengan nada khawatir di akhir kalimatnya karena takut Kaori mendengar rencana mereka

   "Tuh, orangnya udah dateng" ucap anak laki-laki berambut cokelat sambil melirik ke arah Kaori yang muncul dari arah pintu depan rumah Sensei mereka

   'Hmm... Kok perasaanku tidak enak ya? Kayaknya mereka abis ngomongin aku deh...' batin Kaori sambil berjalan ke arah mereka

   "Hei, Kaori-san... Ayo sini!" ucap perempuan berambut biru, berjalan menghampiri Kaori lalu menarik tangan kirinya

   "E-eh, iya..." sahut Kaori

   "Oh iya, kita belum kenalan loh!" ucap perempuan berambut biru itu lagi 

    'Ah... Benar juga, aku belum berkenalan dengan mereka' batin Kaori

   "Oh, iya ya, aku lupa..." jawab Kaori

   Perempuan itu mengulurkan tangannya pada Kaori, "Kalo begitu... Kenalin, nama aku Terra Akatsuki, kamu bisa panggil aku Terra" ucap perempuan tadi yang selama ini membuat Kaori penasaran dengan namanya, akhirnya dia menyebutkan namanya juga

   Kaori membalas uluran tangan Terra, "Salam kenal, Terra-san..." ucapnya sambil tersenyum manis yang membuat Kentaro terpaku karenanya

   Terra menggelengkan kepalanya sambil berdeham, "Panggil saja Terra, tidak usah terlalu formal" protes Terra sambil tersenyum   

   "Kalau begitu, kamu juga panggil aku Kaori saja ya!" pinta Kaori

   "Oke deh, Kaori" ucap Terra

   Kaori pun menoleh ke arah perempuan berambut putih yang berada di samping Terra

   "Yuki Natsumi" ucap perempuan itu dengan nada dingin, lalu membungkuk kecil pada Kaori

   "Ah, salam kenal Natsu―" ucap Kaori terpotong oleh perempuan yang sikapnya dingin itu

   "Panggil saja Yuki" ucap Yuki masih dengan nada dinginnya

   "Baiklah, Yuki" jawab Kaori, 'Ini orang sikapnya dingin banget sama kayak namanya, Yuki, yang artinya salju' gumamnya dalam hati

※※※✺※※※

   "Kino! Siap-siap!" ucap Raeden pelan yang hanya bisa di dengar oleh ketiga temannya, mungkin lebih tepatnya hanya kedua temannya, karena yang satunya lagi hanya diam mematung. Jarak keempat laki-laki itu, memang lumayan jauh dari ketiga perempuan disana

   Laki-laki yang dipanggil Kino itu hanya mengangguk tanda setuju. Dia pun mulai menggerakkan jarinya, bersiap melakukan sesuatu, tinggal menunggu aba-aba saja dari Raeden

3

2

1

   Raeden memberikan aba-aba pada Kino sambil menghitung mundur dari 3 sampai 1 dengan jarinya, "Sekarang!" ucap Raeden menyuruh Kino melakukan hal yang sudah mereka rencanakan pada Kaori

   Kino mengarahkan jarinya pada Kaori, entah apa yang akan di arahkan olehnya. Tiba-tiba...

   "Lah, itu ngapain si Kentaro malah nyamperin Kaori?" ucap laki-laki berambut coklat yang heran kenapa Kentaro malah menghampiri para perempuan, terutama Kaori

   "Mana, Hisoka? Eh, iya itu― Aduh... Si Kentaro kenapa dah?" sahut Raeden yang juga bingung pada tingkah temannya itu, sambil menunjuk Kentaro yang sedang berjalan

   Kino mengernyitkan dahinya, serangan yang sudah ia lakukan tidak bisa dibatalkan lagi. 'Bodo amat lah, nanti bakal kena siapa'  gumam Kino dalam hati. Dia hanya bisa pasrah kalau saja rencana mereka gagal

   Kentaro masih tetap berjalan ke arah Kaori. Tapi sekarang jaraknya sudah semakin dekat dengan perempuan berambut hitam itu. Dan... Sesuatu pun terjadi

Dukk

Byurr

   Semuanya tertawa terbahak-bahak. Sebuah ember berisikan air mendarat tepat di atas kepala Kentaro, membuat sekujur tubuhnya basah karenanya. Kentaro terlihat diam menahan amarah. Kalau bukan karena adanya perempuan berambut hitam itu di sampingnya, mungkin orang yang melakukannya sudah terbakar dengan kekuatannya

   "Daijoubu desuka?⑴" tanya Kaori pada Kentaro sambil mengambil ember yang berada di kepalanya

   "Aa, daijoubu⑵" jawab Kentaro, "Arigatou...⑶" ucapnya lagi saat ember itu sudah tidak ada di kepalanya lagi karena sudah diambil oleh Kaori

   Raeden masih tertawa melihat Kentaro, "Kentaro, ngapain ke situ tadi" ucap Raeden sambil tertawa

   "Tau tuh, padahal tadi kan kita udah rundingan" sambung Hisoka, temannya yang berambut cokelat itu sambil menahan tawa

   Kentaro hanya menatap mereka tajam dengan aura membunuh. Untung saja ada Kaori di sana. Kalau tidak, jangan harap mereka bisa selamat tanpa luka sedikit pun

   Sedangkan, Kino hanya memperlihatkan raut muka bersalah, walaupun itu hanya ketidaksengajaan. Salah sendiri, kenapa Kentaro malah menghampiri target mereka, 'kan?

   "Haah... Yappari⑷, pasti kalian ngerencanain sesuatu tadi, ternyata mau ngejahilin aku tapi ga berhasil ya?" ucap Kaori dengan nada yang sedikit mengejek di akhir kalimatnya

   "Hehehe... " ucap Raeden dan Hisoka sambil cengengesan

Tiba-tiba...

   "Awas...!!!" teriak Kaori, karena sebuah serangan tiba-tiba datang dari arah belakang Raeden

Dziing!!

Bumm!!

   Semuanya hanya diam tak percaya. Ternyata teman baru mereka yang terlihat biasa-biasa saja itu, menyimpan sebuah kekuatan besar

   "I-itu bu-bukan dari kita loh" ucap Raeden terbata-bata

   "Be-benar" sahut Hisoka

   "Su-sugoi..." kagum Kentaro

―――――――――――――――――――
⑴ Kamu gak kenapa-napa?
⑵ Ah, tidak apa-apa
⑶ Terimakasih...
⑷ Sudah kuduga

✯✯✯✪✯✯✯







T
B
C





Konbanwa, mina-san...
Kembali lagi dengan author yang update-nya selalu malam. Sepertinya jadwalnya diubah saja, tetap hari Minggu tapi pas malam update-nya, biar kalian gak nunggu-nunggu kapan ini cerita update

//emang ada yang nunggu ya :v

Nah, si Kaori udah ketemu nih sama orang-orang yang sering muncul di mimpi atau apalah itu author juga ga tau //plakk

Mungkin mulai dari sekarang cerita akan semakin seru. Jadi, kalau kalian suka cerita ini, jangan lupa tambahkan ke perpustakaan/reading list kalian ya...

Btw, gambar di atas itu, gambarnya sang Kaichou/ketua di perguruan supranatural itu, alias Kentaro

Jangan lupa klik ⭐ dan 💬 nya ya, agar cerita ini terus berlanjut. Dan juga, author rasa book ini sangat sepi, adakah yang membaca cerita ini?

Kalau ada, setidaknya kalian komen ada yang salah atau tidak dalam penulisannya, agar author bisa memperbaikinya

Sampai jumpa di chapter selanjutnya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro