Neutralize the Element

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yang di mulmed itu fotonya Rei Takahashi ya ....
―――――――――――――――――――
AUTHOR POV

   Hiromasa-sensei menghentakkan kakinya dan keluarlah es yang membekukan Kaori sehingga ia tidak dapat bergerak, kecuali kepalanya saja. Belum sempat Kaori mencari cara untuk keluar dari es itu, Hiromasa-sensei sudah menyerangnya dengan elemen api milik kakeknya itu.

   Kaori tidak berputus asa, sebab jika ia hanya diam saja, bisa-bisa ia terbakar oleh api itu. Tapi, tentu saja Hiromasa-sensei tidak berniat membuat cucu kesayangannya itu terluka.

   Sebenarnya, bisa saja dia membatalkan serangan apinya jika Kaori tidak bisa mengeluarkan kemampuan barunya itu, ia hanya memancing Kaori untuk lebih berusaha mengeluarkan kemampuan barunya secara sadar, bukan karena spontan saja.

   Tapi sepertinya, Hiromasa-sensei tidak perlu membatalkan serangannya. Ia melihat Kaori memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri. Lalu setelah itu, seberkas cahaya keluar dari kedua telapak tangan Kaori dan perlahan-lahan melenyapkan es yang membekukannya serta api yang mendekat ke arahnya.

   Kaori pun tersenyum bangga dengan mata yang berbinar-binar. Ia sangat senang bisa mengeluarkan kemampuan, eum ... sepertinya itu bukan sekedar kemampuan tapi kekuatan barunya itu secara sadar, bukan secara spontan lagi.

   Hiromasa-sensei pun ikut tersenyum melihat cucunya yang dia rasa akan lebih hebat darinya suatu saat nanti, dan dia pun berpikiran untuk mewariskan perguruan ini pada Kaori jika nanti dia sudah tiada.

    "Kaori, sepertinya kau sudah berhasil mengendalikan kekuatan itu. Selamat!" ucap Hiromasa-sensei sambil berjalan menghampiri Kaori.

    "Hai'⑴, terima kasih, Kek ... Aku akan belajar mengendalikan kekuatan ini lagi!" jawab Kaori dengan semangat.

   "Bagus! Menurutmu, kekuatan barumu itu ... apa?" Hiromasa-sensei bertanya kepada Kaori tentang kekuatan barunya, membuat Kaori berpikir keras apa kekuatan yang didapatnya itu.

   "Hmm ... Apa ya....? Memangnya kekuatanku itu apa, Kek?" tanya Kaori, dia masih belum tau apa kekuatannya yang sebenarnya.

   "Sepertinya ... kekuatanmu itu dapat menetralkan elemen." jawab Hiromasa-sensei dengan nada yang terdengar masih ragu.

   "Eh, benarkah?" ucap Kaori tidak percaya.

   "Hmm ... Coba kau netralkan serangan Kakek." pinta Hiromasa-sensei, lalu menyuruh Kaori mundur beberapa langkah.

   Kaori hanya mengangguk paham lalu mundur beberapa langkah. Ia pun bersiap mengeluarkan kekuatannya lagi.

   Sementara itu, Hiromasa-sensei mengeluarkan elemen apinya lagi lalu mengarahkannya pada Kaori. Kaori pun membalasnya dengan kekuatan menetralkan miliknya. Api itupun lenyap seketika.

   Hiromasa-sensei pun menyerangnya lagi. Kali ini dia menggunakan kemampuan electrokinesis/mengendalikan listrik miliknya. Namun dengan mudahnya Kaori melenyapkan itu dengan kekuatannya.

   Sungguh kekuatan yang luar biasa. Hanya itu yang terpikirkan oleh Hiromasa-sensei. Ia pun bertepuk tangan sekali lagi melihat cucunya yang mendapat kekuatan yang sangat langka dan hebat.

   "Kekuatanmu sangat hebat, Kaori...." ucapnya, sangat kagum dengan kekuatan yang dimiliki Kaori.

   "Terima kasih, Kek. Aku sangat tidak percaya bisa mendapat kekuatan sehebat ini. Kenapa aku bisa mendapatkannya, ya?" ucap Kaori. Ia sangat senang dengan hal itu sekaligus heran kenapa dia bisa mendapatkannya.

   "Hmm ... Kakek juga tidak tau kenapa kamu bisa mendapatkan kekuatan itu" jawab Hiromasa-sensei sambil cengengesan.
  
   Kaori menghela napas, "Tak apalah! Yang penting aku sudah mendapatkan kekuatan yang sangat hebat ini!" ucap Kaori sangat bersemangat sambil mengepalkan tangannya ke atas.

   "Kyaa!!! Kore wa sugoi desu!!!⑵" teriak Kaori sambil melompat-lompat girang saking senangnya.

   Tanpa disadari, langit pun sudah menunjukkan semburat jingga-nya, pertanda malam akan segera tiba. Kaori yang sedang jingkrak-jingkrak kegirangan pun akhirnya terdiam melihat langit yang sudah berubah warna menjadi jingga ini. Begitupun dengan Kakeknya yang juga menikmati pemandangan ini.

   "Kaori, sudah mau malam, ayo kita pulang!" ajak Hiromasa-sensei untuk pulang karena hari sudah mulai gelap.

   "Ah, iya ... Ayo, Kek!" jawab Kaori.

   Mereka pun pulang ke rumah Hiromasa-sensei alias kakeknya Kaori dengan berteleportasi lagi, karena kalau mereka berjalan dari tempat ini, jaraknya cukup jauh dan pasti akan memakan waktu yang cukup lama. Sedangkan jika berteleport, hanya memakan waktu beberapa detik saja.

✯✯✯✪✯✯✯

Tok tok tok

  Suara ketukan terdengar di depan pintu kamar Terra dan Yuki.  Yuki pun terganggu dengan suara itu dan akhirnya terbangun, tapi Terra masih saja tidur.

   "Terra ...! Ini Hisoka ...!" ucap Hisoka sambil mengetuk pintu kamar kedua teman perempuannya itu beberapa kali.

   Yuki pun akhirnya membangunkan Terra yang masih tertidur lelap walaupun Hisoka sudah mengetuk pintu kamarnya berkali-kali.

   Yuki menepuk-nepuk pundak Terra, berusaha membangunkannya, "Terra ... Bangun ...!" ucap Yuki dengan suara pelan.

   "Ughhhhhh...." gumam Terra. Ia pun terbangun lalu mengucek-ngucek matanya dan merubah posisinya yang tadinya berbaring menjadi duduk.

   "Ohayou, Yuki ...⑶ Hoaamm...." lanjut Terra, lalu meregangkan otot-otot tubuhnya.

   "Ohayou, Terra....⑷" jawab Yuki.

   "Ada apa bangunin aku pagi-pagi begini?" tanya Terra setelah ia terdiam beberapa saat untuk mengumpulkan kesadarannya.

   "Itu, ada Hisoka di depan kamar." jawab Yuki, memberitahu Terra bahwa Hisoka ada di depan kamar mereka berdua.

   "Oh, iya kah?" tanya Terra tak percaya. Yuki pun mengangguk saja.

   "Hmm ... Oke deh, aku akan menemuinya." ucap Terra, lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu.

Di depan kamar Yuki dan Terra

   "Ini mana orangnya sih! Masa cewek-cewek susah dibanguninnya!" gumam Hisoka yang sudah merasa kesal karena dia sudah mengetuk pintu berkali-kali tapi tidak ada yang keluar juga.

   Hisoka masih saja mengetuk-ngetuk pintu itu, sampai ia tidak sadar kalau Terra sedang membukanya. Tanpa disengaja, ia pun mengetuk puncuk kepala Terra, spontan Terra pun meringis kesakitan.

   "Aduuh...." gumam Terra sambil mengelus-elus puncuk kepalanya.

   "Eh, maaf-maaf ... Aku ga tau kamu lagi buka pintunya." ucap Hisoka, yang dengan spontan ikut mengelus puncuk kepala Terra juga.

   Terra yang merasa ada tangan lain yang mengelus kepalanya pun terdiam. Hisoka yang heran melihat Terra terdiam pun akhirnya sadar bahwa tangannya juga ikut mengelus kepala Terra.

   "Eeehhhh?!" teriak Hisoka, lalu segera menjauhkan tangannya dari kepala Terra.

   Terra hanya memajukan bibirnya beberapa senti dan membalikkan badannya sambil melipat tangan di dada dengan pipi yang memerah. 

   Hal yang sama pun dilakukan oleh Hisoka, ia membalikkan badan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan sedikit blushing juga.

   Yuki yang melihat hal itu di dalam kamar pun hanya tersenyum tipis melihat tingkah kedua temannya yang sama-sama tengah blushing tersebut.

   Hening. Tidak ada yang berkata apapun saat ini. Setelah beberapa saat  berada dalam keheningan, akhirnya Terra pun membuka suara, "Ada apa?!" tanya Terra, tentu dengan nada kesal pada Hisoka.

   "Eum ... Sekarang kan di rumah Sensei ada Kaori, jadi Kentaro ngajakin kita buat bangun pagi terus pergi ke rumah Sensei lebih cepat dari biasanya." jawab Hisoka sekaligus memperjelas maksudnya datang ke kamar Yuki dan Terra.

   "Ouhhh ... Oke!" ucap Terra yang langsung bersemangat karena akan bertemu teman barunya, Kaori.

   "Ya udah, siapin sarapan dulu kek cewek-cewek." ucap Hisoka dengan nada yang lebih pelan saat mengucapkan tentang sarapan.

   "Iya ...!" balas Terra dengan nada jengkel sambil memajukan bibirnya beberapa senti lagi.

   "Yuki," panggil Terra pada Yuki. Yuki pun hanya menanggapinya dengan dehaman. "kamu mau mandi duluan, apa aku dulu?" tanya Terra.

   "Kamu duluan saja, aku akan membuat sarapan." jawab Yuki dengan nada datar, seperti biasanya.

   "Oke deh, nanti aku nyusul." ucap Terra sambil mengedipkan matanya dan mengacungkan jempol.

   "Hmm...." deham Yuki, tanda ia setuju. Ia pun berjalan menuju dapur dan Terra berjalan menuju kamar mandi, sementara Hisoka sudah pergi dari kamar mereka sedari tadi.
―――――――――――――――――――
⑴ Iya
⑵ Uwaa!!! Ini sangat hebat!!!
⑶ Selamat pagi, Yuki ...
⑷ Pagi, Terra....

✯✯✯✪✯✯✯







T
B
C





Konbanwa, minna....
Berjumpa lagi dengan Hicchan, author yang sering hiatus, dan sekarang baru kembali dari hiatus-nya selama sebulan ini :")

Mungkin kalian sudah malas mendengar permintaan maaf Hicchan, tapi ... Hicchan akan tetap meminta maaf pada kalian :v

Gomen nasai, minna...
Hontou ni gomen nasai...
ヾ(。>﹏<。)ノ゙✧*。

Kalian sudah menunggu lama, tapi Hicchan cuma meng-update satu chapter dan itu juga sedikit lagi. Hhh, aku memang author yang tidak patut untuk dicontoh.
//geleng-geleng kepala sendiri :v

Kalau kalian masih mau tau kelanjutan ceritanya, selalu dukung Hicchan dengan memberikan vote dan komennya ya :D

Karena tanpa dukungan dari kalian, semangatku untuk melanjutkan cerita ini akan turun dan akhirnya hiatus lagi ^_^;

Ya sudah, sampai jumpa di chapter selanjutnya ya....

『ありがとうございます、みんな』

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro