What Really Happened?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yang di mulmed itu fotonya Keiji Yamamoto ya ....
―――――――――――――――――――
KEIJI POV

Seperti yang kalian tau, aku membuat sebuah benteng yang dibuat oleh tanah yang berada di sekitarku. Awalnya mudah saja mendorong benteng yang ku buat itu, namun beberapa saat kemudian, aku merasa semakin berat saja. Aku tidak tau apa yang dilakukan oleh Kaori, karena penglihatanku terhalang oleh benteng yang ku buat sendiri.

Waktu yang tersisa tinggal beberapa menit lagi, tapi keanehan pun terjadi. Aku melihat seberkas cahaya dibalik bentengku. Lama-kelamaan cahaya itu pun hilang seiring dengan hilangnya benteng tanahku juga. Aku yang tidak mengetahui apa yang terjadi hanya bisa tercengang melihat kejadian ini.

Sepertinya teman-temanku yang berada diluar arena juga terkejut. Mereka hanya terdiam mematung tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Perlahan-lahan, Kaori menampakkan dirinya setelah cahaya itu benar-benar menghilang. Dia terlihat memejamkan matanya. Anehnya, dia juga ikut terkejut dengan apa yang dia lihat di depannya saat ini. Sepertinya dia tidak sadar dengan yang sudah ia lakukan tadi.

Waktu masih tersisa beberapa menit lagi, tapi benteng itu sudah menghilang lebih dulu. Mungkin itu yang membuat ia ―Kaori― terkejut, karena ia tidak merasa melakukan hal tersebut. Tapi yang pasti, siapakah pemenang dari pertandingan ini?

AUTHOR POV

"A-apa yang t-terjadi?" ucap Kaori dengan terbata-bata

Kaori mengedarkan pandangannya ke semua temannya yang berada di luar arena, namun mereka sama terkejutnya dengan Kaori. Mereka tercengang melihat akhir dari pertandingan antara Kaori dan Keiji ini.

"A-ada apa ini, minna⑷... ?" tanya Kaori, heran

Kaori bertanya sekali lagi kepada semua temannya. Namun semuanya masih terdiam mematung, mereka terperangah kaget melihat Kaori melenyapkan benteng besar itu dengan jurus yang belum diketahuinya yang seperti mengeluarkan cahaya terang.

"Sen ... sei ... ?" Kali ini Kaori bertanya pada Hiromasa-sensei alias kakeknya. Berbeda dengan yang lainnya, kakeknya itu terlihat tersenyum pada Kaori seperti menemukan hal baru.

Hiromasa-sensei berjalan mendekat ke arah Kaori. Setelah ia sampai di depan Kaori, ia mengelus pucuk kepala Kaori lalu berkata, "Sepertinya kau sudah mendapatkan jurus baru, Kaori ...."

Kaori mendongakkan kepala, "J-jurus apa itu Ke― Sensei ... ?" tanyanya, 'untung gak ada yang denger, fyuuh~' gumamnya dalam hati

"Nanti akan Sensei beritahu" jawab Hiromasa-sensei sambil terkekeh, 'sebenarnya Kakek juga belum tau, hehe~' batinnya

Kaori pun memasang muka datar karena tau apa yang dipikirkan oleh kakeknya itu.

Semua yang berada diluar arena masih saja terdiam. Kali ini bukan terdiam karena terkejut atau apapun itu, tapi mereka diam untuk menyimak pembicaraan Kaori dan Hiromasa-sensei.

"Sepertinya mereka terlihat sudah dekat, ya?" bisik Hazuki pada ketiga teman perempuannya

"Iya, tidak mungkin kan kalau murid yang baru datang bisa langsung dekat dengan gurunya" sahut Mizuki sambil berbisik juga

"Jangan-jangan, Kaori adalah cu―" ucapan Azusa terpotong oleh suara berisik di samping kirinya

"Eehhh!!! Kenapa aku tadi diam ya?!!" ucap Raeden dengan lantang. Sontak semua yang berada di tempat itu menoleh ke arahnya.

"Lah? Emang Raeden-san tidak tau kenapa kita semua diam tadi?" sahut Terra, sekaligus bertanya kenapa temannya itu tidak tau apa yang membuatnya terdiam

"Enggak tau" jawab Raeden singkat. Kelima temannya hanya menepuk jidat melihat tingkah laku pengendali listrik/petir yang satu ini.

"Kenapa bisa ga tau?" tanya Hisoka

"Kan tadi pas ada cahaya, aku langsung tutup kedua mata. Jadi ga tau ada apa" jawab Raeden dengan santainya

"Hadeeehhh ...." ucap kelima temannya bersamaan. Sementara Raeden hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Kaori pun ikut terkekeh mendengar pembicaraan Raeden dan temannya yang lain. Ia juga berterimakasih kepada Raeden karena ia tau Raeden hanya berpura-pura. Raeden melakukan itu hanya untuk mengalihkan perhatian Azusa saja, ia tau apa yang dipikirkan Raeden.

'Mana mungkin aku tidak tau kenapa aku terdiam, aku hanya berpura-pura saja, tau ... ! Untung saja Azusa tidak melanjutkan perkataannya mengenai Kaori dan Sensei'

Seperti itulah yang dipikirkan Raeden. Ia mendengar pembicaraan Azusa dan teman-temannya. Wajar saja ia bisa mendengarnya, karena ia berada tepat di samping kiri Azusa.

"Sensei!" Keiji berucap tiba-tiba, semua menoleh ke arah Keiji, termasuk Kaori dan Hiromasa-sensei. Ia berjalan mendekat pada mereka berdua. "Jadi, siapa pemenangnya?" tanya Keiji saat sudah berada di depan Hiromasa-sensei.

"Oh iya, sensei lupa" jawab Hiromasa-sensei

'Waah ... Kayaknya Kakek udah mulai pikun ya ... ?' ucap Kaori dalam hati

'Hhh ... !' Tanpa sadar, Hiromasa-sensei mendengus kesal, membuat Keiji mengernyitkan keningnya.

"Loh ... kok, Sensei terlihat kesal?" tanya Keiji, heran

"Eh? Oh, enggak ... Tadi ada debu masuk ke hidung sensei ..." jawab Hiromasa-sensei, menyangkal pertanyaan Keiji. 'Aduuuh ... gara-gara kamu nih, Kaori ....' protesnya dalam telepati-nya dengan Kaori.

'Ahaha ... jyoudan deshou, Ojii-san. Gomen nasai ....⑴' jawab Kaori sekaligus meminta maaf pada Kakeknya, dalam telepati.

"Jadi ... siapa, Sensei ... ?" tanya Keiji lagi, mengulang pertanyaannya karena belum terjawab

"Tidak ada," jawabnya, Keiji dan lainnya pun terkejut, "karena di antara kamu dan Kaori tidak ada yang berhasil membuat lawannya keluar arena, benar?" lanjut Hiromasa-sensei

"Ah, benar juga ...." ucap Keiji dengan nada murung

"Tapi, kalau dilihat dari efek serangannya, pemenangnya adalah Kaori" tambah Hiromasa-sensei. Keiji tambah murung mendengar ucapan Hiromasa-sensei, sementara Kaori berbinar-binar mendengar hal itu.

"Yappari ...." ucap Keiji lagi, tambah murung

Hiromasa-sensei melihat Keiji yang tambah murung setelah mendengar ucapannya. Ia pun memegang pundak Keiji, "Jangan menyerah! Sebenarnya kau sudah bertambah kuat, dan Kaori menang karena ia mendapat kekuatan baru yang belum bisa ia kendalikan. Jadi, kau masih punya kesempatan untuk mengalahkan Kaori lain kali" ucapnya, berusaha mengembalikan semangat Keiji lagi

"Baik, Sensei!" jawab Keiji yang sudah bersemangat kembali

"Ya sudah, sensei ada urusan dulu dengan anak baru itu" ucap Hiromasa-sensei sambil menunjuk Kaori dengan ibu jari tanpa membalikkan badannya

(bisa dibayangin ga tuh? Maaf ganggu //plak)

"Eehhh?!" Kaori bingung sekaligus tidak terima dibilang begitu

"Kamu kembali saja ke teman-temanmu ya ... !" lanjut Hiromasa-sensei, meminta Keiji kembali berkumpul dengan teman-temannya yang lain.

"Baik, Sensei!" Keiji pun membungkuk hormat pada Hiromasa-sensei terlebih dahulu sebelum berjalan ke arah teman-temannya.

Hiromasa-sensei juga berbalik badan lalu berjalan ke arah Kaori. Saat sampai di depan Kaori, ia memegang pundak Kaori, lalu berteleportasi bersama cucunya itu ke suatu tempat.

Kentaro yang melihat hal itu pun bertanya-tanya kemanakah Hiromasa-sensei membawa Kaori. "Eum ... Sensei bawa Kaori kemana ya?" Kentaro bergumam sendiri.

Ketiga temannya yang mendengar gumaman Kentaro ―kecuali Yuki dan Akinobu yang biasa-biasa saja― pun, menatapnya sambil tersenyum jahil.

"Kau tidak usah khawatir Kentaro, Sensei tidak akan merebut Kaori darimu ..." ucap Hisoka

"A-apa maksudmu?" jawab Kentaro yang sedikit blushing mendengar ucapan Hisoka

"Sudahlah ... jangan berpura-pura ... Jujur saja~" sahut Raeden

"Benar itu, Kentaro-san ...." sambung Terra

"A-apaan sih, kalian ... !" sangkal Kentaro

"Jujur saja, kau suka dengan Kaori 'kan?" tanya Raeden, membuat Kentaro semakin blushing

Kentaro memalingkan wajahnya, "Ti-tidak, aku hanya tertarik saja" jawabnya

"Itu sama saja, Bro ...." sahut Hisoka

"Aarghh ... Urusai!" Kentaro sudah tidak tahan dengan suasana ini. Ia pun berteleport ke suatu tempat, meninggalkan teman-teman yang terus menggodanya.

"Yah kan ... Kentaro-san kesel sama kalian ...." ucap Terra. Dia mengucapkan itu tanpa terlihat menyesal sama sekali, malahan ia tersenyum jahil sama seperti Raeden dan Hisoka.

"Ahaha ... udah yuk, kita nyusul Kentaro aja, paling dia ada di asrama" ucap Raeden, mengajak yang lain menyusul Kentaro di asrama

"Ayuk!" jawab yang lainnya bersamaan. Mereka pun berteleport ke asrama mereka.

※※※✺※※※

"Kakek, kita mau ngapain kesini?" tanya Kaori. Dia bingung kenapa kakeknya membawanya ke sebuah sungai tidak jauh dari air terjun yang terlihat sangat indah.

"Kita mau menguji kekuatan baru kamu" jawab kakeknya tanpa menatap Kaori, ia melihat ke arah lain, atau lebih tepatnya ke arah air terjun itu berada.

"Menguji kekuatan baru ... aku?" ucap Kaori dengan nada ragu

"Iya" jawab kakeknya singkat sambil membalikkan badan, menatap Kaori lekat.

―――――――――――――――――――

⑴ Ahaha ... aku cuma becanda, Kakek. Maafkan aku ....

⑵ Sudah ku duga ....

✯✯✯✪✯✯✯







T
B
C





Konnichiwa, minna ....

Berjumpa lagi dengan Hicchan yang kali ini update-nya siang hari ....

Maaf kalau chapter kali ini terlalu banyak dialognya, soalnya Hicchan nulis (ngetik) ngebut dari tadi pagi sampai siang (biasalah efek males nulis, baca cerita orang lain, sama nonton anime terus .... //plak) Tolong maafkan author kalian yang males ngelanjutin ceritanya sendiri ini ....

Hmm... Sepertinya di chapter sebelumnya ga ada yang nyadar sama nama keluarganya si Kazuye. Coba deh diinget-inget lagi, apakah nama keluarga itu pernah muncul di chapter sebelumnya~?

Ya sudahlah kalau kalian tidak ingat, nanti Hicchan akan ingatkan lagi :(

Kalau kalian masih penasaran dengan kelanjutan cerita ini, dukung Hicchan agar semangat ngelanjutin ceritanya dengan vote dan komen dari kalian ya ^_^

Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya ....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro