Break Up

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'
Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hasil imajinasi penulis.

💚

DK melirik Rolex yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah lebih dari seperempat jam sang kekasih belum kembali dari toilet.

"Apa Se Riz tersesat?" Gumam pria itu. "Atau dia kabur?"

DK mengetuk-ngetuk jemarinya pada ponsel yang berada dalam genggamannya. Haruskah dia menelpon? Tapi dia menggeleng lalu menoleh pada pintu keluar ballroom sebelum berdiri.

Pria tampan berambut pirang dan ber-dimple itu berjalan menuju kamar mandi yang berjarak tak jauh dari ballroom. Dia berhenti di depan toilet wanita, menunggu. Tak mungkin kan dia masuk ke dalam. Lima menit menunggu, nihil seseorang yang dia tunggu tak muncul.

"Chogiyo," ucap DK pada seorang wanita yang lewat di depannya, baru saja keluar toilet.

"Ne?" Wanita itu berhenti di depan DK dan menatapnya.

"Maaf, apa di dalam ada wanita mengenakan gaun hitam berlengan putih dengan rambut hitam sebahu? Eum, aku kekasihnya. Aku sudah menunggu lama tapi dia belum keluar. Aku takut terjadi sesuatu," kata DK.

Wanita itu menggeleng. "Tidak ada. Kamar mandi kosong saat aku keluar," jawabnya.

"Ah, begitu. Terimakasih," balas DK lalu wanita itu pergi.

"Tak ada di kamar mandi? Lalu?" Lanjutnya bergumam.

DK menjauh dari kamar mandi dengan ponsel di telinga.

"Natha-ssi, kau melihat Se Riz?" Tanya DK saat dia menghubungi nomor sahabat Se Riz yang juga teman perusahaan.

"Se Riz? Bukankah dia bersamamu tadi?"

"Dia pergi ke toilet tapi tak ada di sana. Sudah aku cek," jawab DK.

"Dia tidak ada di dalam. Tidak bersamaku, DK."

"Lalu di mana?" Tanya DK. Matanya menyapu sekeliling tempatnya berdiri.

"Coba kau cari di luar. Mungkin dia sedang mencari angin."

"Mencari angin atau mencari pria itu?"

"Pria apa?"

"Tidak. Terimakasih, Natha-ssi. Nanti aku hubungi lagi."

"Ne."

Menutup panggilan dengan Natha Kim, DK kali ini berjalan keluar gedung. Mengikuti ucapan wanita sahabat sang kekasih mencari Se Riz keluar. Tangannya masih memegang ponsel guna menghubungi Se Riz. Langkahnya tiba-tiba berhenti saat melihat dua orang yang sedang berpelukan di dekat taman.

"Ck, mereka tidak bisa mencari tempat lain untuk melakukan hal itu?" Cibir DK.

Saat dia ingin berbalik, pendengarannya mendengar ucapan dua orang yang sedang berpelukan itu.

"Bisakah kau memilih aku saja dan meninggalkan kekasihmu itu?" Suara si pria.

"Bukankah lebih baik memilih aku yang selalu ada untukmu dibanding dia yang sibuk dengan urusan kantornya dan mengabaikanmu? Tak bisakah kau melihat besarnya rasa cintaku untukmu?"

Alis DK menyatu. Suara pria itu seperti tak asing. Niatnya berbalik urung saat si wanita membuka suara.

"Doy,"

DK memandang dua manusia tadi. Suara itu milik kekasihnya. Pria itu mencoba mendekat.

"DK ti–"

Wanita itu menyebut namanya.

DK bergeser untuk melihat lebih jelas. Memastikan jika suara tadi milik kekasihnya dan dia mematung  melihat apa yang kemudian terjadi.

Wanita yang tadi bicara memang kekasihnya. Dan kini, kekasihnya itu tengah berciuman dengan pria lain yang tak lain idol yang tadi berbicara dengannya di dalam.

Penyanyi sialan! Maki DK dalam hati.

"YAK! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

Suara DK menggelegar di tengah emosi yang tak bisa dia bendung.

Dua orang di depannya yang tampak kaget dengan seruan tadi lantas melepas tautan bibir mereka.

Sang wanita, Se Riz, membulatkan matanya terkejut mendapati DK di sana.

Sial! Rutuk wanita itu dalam hati.

Se Riz segera menjauh dari Do Yeon yang terkejut jika kekasih Se Riz memergoki apa yang baru saja terjadi. Saat dia berbalik, tatapan DK terarah padanya, penuh amarah.

"Jelaskan padaku apa yang terjadi di sini," ucap DK pada Se Riz. Meski amarah terlihat jelas, DK mencoba mengontrol ucapannya. Terdengar tenang meski sebenarnya dia ingin meledak.

"DK, kau melihat ...."

DK memandang sang kekasih. "Melihat kau dan pria itu berciuman? Tentu saja. Kalian menikmatinya?" DK menoleh pada Do Yeon. "Bagaimana rasanya berciuman dengan kekasih orang lain?"

Do Yeon membalas tatapan DK tanpa takut.

"Dan bagaimana rasanya melihat kekasihmu berciuman dengan pria lain?" Do Yeon justru balik bertanya. "Sakitkah?" Do Yeon justru mengangkat smirk menjengkelkan. Membuat emosi DK naik.

DK bergerak maju ke arah Do Yeon. Tangan kirinya sudah meraih jas yang dipakai idol itu sementara tangan kanannya yang mengepal terangkat.

"DK, don't!" seru Se Riz menahan tangan kanan DK sebelum menyentuh wajah Do Yeon.

"Lakukan saja jika itu membuatmu senang," kata Do Yeon menantang.

Mata DK bertatapan dengan Do Yeon. Berperang melalui obsidian bening itu.

"Please. Lepas, DK." Se Riz menarik DK.

DK mengambil napas dalam sebelum menarik tangannya dari jas Do Yeon.

"Tak jadi memukulku, Sajangnim?" tanya Do Yeon. "Padahal aku ingin berkelahi denganmu." Pria itu tersenyum tipis. Membuat Se Riz menatapnya tajam.

"Do Yeon, jangan memancing," bisik Se Riz.

"Aku memang ingin berkelahi dengannya, Baby," sahut Do Yeon yang membuat manik mata DK kembali terarah padanya.

"Baby?" Ulang DK.

Do Yeon memandang DK dengan seulas senyum. "Ya, panggilan sayangku untuk kekasihmu. 'Baby'," jawab Do Yeon berani. "Ah, kau tadi bertanya apa yang terjadi? Akan kuberitahu."

Se Riz menatap Do Yeon dengan gelengan kepala. Memohon agar pria itu tak bicara apapun. Dia tak ingin DK terpancing. Tapi bukan Do Yeon jika dia tak suka memancing keributan.

"Dengar, Sajangnim. Aku menjalin hubungan dengan kekasihmu dan kami berkencan." Do Yeon menarik tangan Se Riz mendekat lalu memeluk pinggang wanita itu. Senyum manis dia ulas di bibir.

Se Riz memandang DK yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Jadi aku tidak berciuman dengan kekasih orang lain, Sajangnim, tapi aku mencium kekasihku sendiri." Do Yeon tersenyum pada DK. "Dan seperti yang kau lihat. Kami berciuman dan kami menikmati–"

Bugh!!

"Doy!!" Se Riz berseru saat sebuah hantaman DK layangkan ke wajah Do Yeon. Idol itu terhuyung mendapat serangan tak terduga. Dia meraba pipi kirinya yang menjadi sasaran tinju DK.

"Ya Tuhan!" Se Riz memandang Do Yeon sebelum menoleh pada DK.

"DK, haruskah kau melakukan ini?!" seru Se Riz tak suka. Selama ini DK adalah pria yang lembut, tak sekalipun dia melihat DK memakai kekerasan pada orang lain jika marah.

"Dia memancing emosiku, Noona," jawab DK. Tangannya masih mengepal. "Aku tak akan memaafkan pria yang merebutmu dariku." Sebelum bisa dicegah, DK sudah kembali menghantam Do Yeon.

"Sial!" Tak terima DK memukul wajahnya dua kali, Do Yeon pun membalas.

Bugh!!!

Bogeman tangan Do Yeon mengenai rahang DK.

Se Riz berdiri bingung di tengah medan perang antara dua pria tampan yang notabene kekasihnya tersebut. Matanya memandang DK dan Do Yeon bergantian. Kedua tangan pria itu saling menarik kerah jas masing-masing.

"Eotteoke?" Gumam Se Riz. Sebelum wanita itu melerai, seorang pria mendekat.

"Astaga, Do Yeon! Apa yang kau lakukan?!"

Seorang pria yang Se Riz kenal sebagai manager ENKOTA datang.

"Ya Tuhan, wajahmu." Sang manager menatap horor wajah sang idola. Sudut bibirnya berdarah dan ada luka di hidung mancung Do Yeon. Pria berusia 35 tahun itu menarik tangan Do Yeon dari jas DK. "Lepas!"

"Maaf, atas keributan ini, Tuan," ucap manager lalu menunduk ke arah DK.

"Kenapa kau meminta maaf, Hyung," ucap Do Yeon. "Justru dia yang memukulku lebih dulu." Do Yeon tak terima.

Sang manajer menoleh dan menatap tajam Do Yeon. "Diam!"

"Maafkan idol kami, Tuan, Nona." Sang menejer memandang Se Riz yang berdiri di sebelah DK. "Kami harap kalian tak melaporkan hal ini pada pihak yang berwajib. Kita bisa menyelesaikan ini dengan musyawarah bukan?"

DK memandang Do Yeon. "Aku harap bisa melaporkan idol yang merebut kekasih orang lain sebagai tindak kejahatan."

Sang manager menaikkan alis, tak mengerti. "Mwo?"

"DK, stop it. Kau yang membuat masalah di sini," ucap Se Riz mengingatkan.

DK memandang sang kekasih tak terima. "Why me? He did."

"Kau yang memukul Do Yeon lebih dulu, ingat?" ucap Se Riz.

Sang menejer mendengar apa yang Se Riz ucapkan lalu memandang Do Yeon yang memandang DK penuh amarah. Ada apa di sini sebenarnya.

"Nona, ini kartu namaku." Manager ENKOTA mengambil sebuah kartu nama dan menyerahkannya pada Se Riz. "Kau bisa menghubungiku untuk berdiskusi tentang masalah ini. Maaf, bukan maksud kami lari dari tanggung jawab, tapi kami harus pergi sebelum ada pihak lain melihat keributan yang terjadi di sini dan terjadi kegaduhan."

Se Riz membaca kartu nama tersebut. Kang Woo Jin. Manager ENKOTA. eSeM Ent.

"Maaf atas apa yang terjadi. Permisi." Kang Woo Jin lalu menarik Do Yeon pergi dari sana.

Se Riz memandang kepergian Do Yeon dan menejernya dalam diam sebelum menoleh pada DK yang sedang meraba rahangnya yang terasa sakit.

"Are you okay?" tanya Se Riz. Dia memandang luka DK dengan tatapan sedih.

"Tidak," jawab DK. "Egoku terluka." Mata DK menatap Se Riz. "Aku ingin mendengar penjelasanmu tentang pria itu."

Se Riz menelan ludah.

"Kita pulang dan obati dulu lukamu," ucap Se Riz.

~l'amour~

Taeyeo memandang wajah Do Yeon dengan alis menyatu. Leader ENKOTA itu langsung masuk ke kamar Do Yeon begitu melihat sesuatu yang aneh pada muka dongsaengnya itu dan mengambilkan es batu untuk mengompres mukanya yang memar.

"Apa yang terjadi?" tanya Taeyeo duduk di hadapan Do Yeon di ranjang.

"Hanya perkelahian kecil, Hyung," jawab Do Yeon.

"Kau pergi menyanyi ke acara pertunangan dan pulang dengan wajah luka karena perkelahian? Perkelahian macam apa? Memangnya di sana ada mafia?"

Do Yeon memutar bola matanya memandang Taeyeo. Tangannnya memegang ice bag compres di pipinya yang memar.

"Kau bisa jujur padaku," kata Taeyeo.

"Dan kau bisa membocorkan apa yang aku katakan," balas Do Yeon.

"Hei, aku bukan orang seperti itu. Aku bisa menjaga rahasia. Ada apa?"

Do Yeon mengangkat bahu lalu merebahkan diri di ranjang.

"Tak mau bercerita pada hyung tersayangmu ini?" Taeyeo menatap Do Yeon yang memejamkan mata.

"Aku justru membencimu, Taeyeo," jawab Do Yeon yang langsung mendapat pukulan di lengannya. "Sakit, Hyung," protes Do Yeon.

"Rasakan," kata Taeyeo. "Jadi katakan ada apa?" lanjutnya bertanya.

"Seperti yang aku bilang, Hyung. Aku berkelahi," jawab Do Yeon. "Dengan pria di pesta tadi."

"Siapa? Mengapa kau berkelahi? Tak seperti Do Yeon saja," kata Taeyeo. "Pasti masalah serius."

Do Yeon membuka mata. "Aku berkelahi karena pria itu memukulku lebih dulu."

"Tak ada asap jika tak ada api," kata Taeyeo cerdas. "Kau mencari masalah dengan pria itu?" Tebaknya karena dia tahu, Kim Do Yeon kadang suka memancing keributan, begitu pula ketika dengannya meski tak ada bahu hantam serius.

"Aku hanya ...."

Taeyeo menunggu jawaban Do Yeon.

"Dia, pria itu, melihatku sedang berciuman dengan kekasihnya yang juga kekasihku."

"...."

Taeyeo mendengar dengan jelas kalimat Do Yeon tapi otaknya masih mencerna arti ucapan pria yang berbaring di depannya.

"Kekasihnya yang juga kekasihku? Ige mwoya? Jangan bilang kau merebut kekasih orang lain, Kim Do Yeon?!"

Do Yeon diam. Kepalanya yang sedari tadi berdenyut, sekarang semakin terasa ditambah sang leader berseru padanya. Denyutan itu terasa menyebalkan.

"Jadi yang dibilang Jung Won benar? Kau mendekati kakak sepupunya yang sudah memiliki kekasih?" tanya Taeyeo lagi.

"Jung Won bilang begitu?" Alis Do Yeon naik.

Taeyeo mengangguk. Jung Won pernah bercerita hanya saja Taeyeo tak menganggap itu serius karena kadang apa yang dikatakan Jung Won hanya lelucon.

"Dia benar. Kau gila." Taeyeo menggeleng. "Lalu kekasih dari wanita itu bagaimana? Lebih parah darimu? Wajahnya?"

Do Yeon mengangkat bahu. "Aku tak peduli. Jika manager-nim tidak datang aku sudah menghajar pria itu lebih parah," ucapnya emosi.

"Hei, jangan membuat masalah. Itu bisa jadi skandal. Kau mau muncul di berita, 'Idol DY terlibat perkelahian dengan seorang CEO karena merebut kekasihnya'?"

Do Yeon diam lalu menghela napas. Dia tak berpikir ke arah sana.

"Astaga, Do Yeon. Tak bisakah kau mengesampingkan urusan hatimu sekarang? Fokuslah pada karier, sebentar lagi kita akan comeback. Aku tak ingin memberku terbagi pikirannya untuk hal-hal remeh seperti ini," kata Taeyeo.

Do Yeon melirik yang lebih tua. "Hal remeh? Urusan hatiku lebih penting, Hyung."

"Lebih penting hingga kau melakukan hal gila dengan mendekati kekasih orang lain dan akhirnya wajahmu seperti ini? Di mana Kim Do Yeon yang cerdas itu? Logikamu hilang?"

Do Yeon menghela napas kasar. Mendengar ceramah Taeyeo tak membuatnya lebih baik. Dia harus mengusir leadernya sekarang.

"Hyung, aku lelah. Bisakah kau tinggalkan aku sendiri?" Pinta Do Yeon.

Taeyeo menghela napas sebelum berdiri. "Aku akan memgambilkanmu salep untuk mengobati lukamu. Kau tahu besok kita ada jadwal perform. Aku tak mau-"

"Iya, Hyung." Do Yeon sudah menyela ucapan Taeyeo dan mendorong pria itu keluar kamarnya.
"Terimakasih atas perhatianmu tapi salepnya aku ambil sendiri saja nanti. Aku menyayangimu, Hyung."

Belum sempat membalas ucapan Do Yeon, pria itu sudah menutup pintu di depan wajah Taeyeo.

"Memang benar apa kata pepatah. Cinta membuat orang buta dan gila," ucap Taeyeo kemudian berbalik pergi.

~l'amour~

Se Riz membereskan kotak P3K milik DK setelah dia selesai mengobati luka kekasihnya itu. Wanita itu melirik pria yang sedari tadi hanya diam tak bersuara. Saat Se Riz hendak mengembalikan kotak obat ke tempatnya, DK bersuara.

"Jadi berapa lama?" tanya DK.

Se Riz menoleh dan mendapati DK menatapnya.

"Berapa lama kalian jalan tanpa sepengetahuanku?" DK kembali bertanya.

Se Riz mengambil napas. "DK, aku–"

"Jawab! Kau dan dia berkencan di belakangku?!" Seru DK.

Se Riz menelan ludah. Jika DK sudah berseru padanya seperti ini artinya dia marah.

"Katakan itu tak benar, Noona," kata DK.

Se Riz hanya diam, dia menjalin jemari, gelisah. Harus jujurkah?

"Noona," panggil DK, menurunkan nada bicaranya.

"I'm sorry, DK. I did," jawab Se Riz lalu menggigit bibir. "Aku memang berkencan dengannya." Se Riz menutup matanya.

Sesaat hening. DK terdiam mendengar pengakuan sang kekasih. Dia pikir pria yang sudah dia hajar di pesta tadi hanya membual. Dia pikir informasi yang orang kepercayaannya berikan salah. Dia pikir asumsi Natha tentang Se Riz yang memiliki hubungan dengan idol pria itu hanya dugaan semata tapi sekarang setelah mengetahui yang sebenarnya dari bibir sang kekasih membuat DK cukup terkejut. Dia tak menyangka.

"But why?" tanya DK. "Kau tak mencintaiku lagi hingga kau memutuskan untuk berselingkuh?"

Se Riz diam. Bukan itu, DK, jawabnya dalam hati.

"Kenapa, Noona? Kau tahu aku begitu menyayangimu dan kau ta–"

"I know, DK," potong Se Riz. "Aku tahu kau menyayangiku tapi pernahkah kau berpikir suatu hubungan bukan hanya tentang cinta?" Wanita itu menatap DK. "Ada hal lain yang lebih penting bagiku. Waktumu."

"Waktu?"

"Aku lelah, DK. Aku selalu membenci waktu di antara kita," jawab Se Riz. "Kau lebih banyak menghabiskan waktumu untuk pekerjaanmu dibanding aku. Sudah berapa kali rencana indah kita gagal karena kau lebih memilih urusan perusahaan dibanding aku? Kau tak memikirkan perasaanku yang harus mengalah."

"Hanya karena masalah itu? Pekerjaan?" tanya DK.

Se Riz menggeleng. "Aniyo. Aku rasa aku bosan menjalani hubungan yang seperti ini denganmu."

"Seperti ini bagaimana?" DK tak mengerti.

"Datar." Se Riz kembali memandang DK. "Apakah kau tak merasa hubungan kita hanya sebatas ini? Hubungan kita terlalu baik-baik saja."

"Lalu apa masalahnya? Bukankah itu yang diharapkan semua pasangan? Baik-baik saja?"

"Tidak, DK." Se Riz menggeleng. "Bagiku ini membosankan."

DK menatap Se Riz. Apa yang salah dengan hubungan mereka. Dia mencintai Se Riz. Memberikan semua yang wanita itu butuhkan kecuali waktu. Se Riz seharusnya mengerti dia sibuk karena pekerjaan. Lalu membosankan? DK tak mengerti.

"Kau tak pernah sekalipun cemburu, DK." Ucapan  Se Riz membuat DK diam.

"Meskipun kau bilang mencintaiku tapi justru tak pernah sekalipun merasa cemburu saat aku dekat dengan pria lain seolah perasaanmu hanya ...."

Se Riz menggantung kalimatnya.

"Haruskah aku cemburu?" tanya DK. "Aku hanya bersikap dewasa, Noona."

"Dewasa atau kau tak peduli padaku?" Se Riz balik bertanya. "Aku iri setiap Natha bercerita jika kekasihnya cemburu melihatnya dekat dengan pria lain, sedangkan aku? Aku bertanya, apakah kita menjalani hubungan ini karena cinta atau keterpaksaan."

"Keterpaksaan apa maksudmu?"

"Kau tahu? Kita dekat karena Appa bukan? Seolah kita diharuskan menjalin hubungan tanpa ada cinta di dalamnya."

"Tapi aku menyayangimu, Se Riz," ucap DK lalu meriah jemari Se Riz. "Kau tahu."

Se Riz menatap DK. Dia tahu, sangat tahu tapi bukan cinta seperti ini yang dia mau.

"Apa yang sudah idol itu lakukan padamu?" tanya DK. "Sebelum kau kenal dengannya bahkan kau tak pernah mempermasalahkan hubungan kita. Kenapa?"

"Karena dia memberikan apa yang tak bisa kau berikan, DK. Waktu, perhatian dan rasa cemburu. Kau tahu, saat kau sibuk dengan urusanmu, dia selalu ada di sampingku. Dengannya aku merasa lebih dicintai. Dan aku mencintainya."

Kalimat terakhir tak pernah dibayangkan DK keluar dari bibir manis kekasihnya. Se Riz mencintai pria lain?

"Kau bercanda?" tanya DK.

Se Riz menggeleng. "Butuh waktu untuk menyakinkan diriku sendiri jika aku memang mencintai Do Yeon."

"Jangan sebut nama pria lain saat kau masih denganku, Noona. Tak ada cinta lain di antara kita." DK menggeleng.

"Maaf, DK. Tapi aku mencintai pria lain. Idol itu, Kim Do Yeon." Aku Se Riz. "Dan aku rasa aku tak bisa melanjutkan hubungan ini."

Mata sipit DK melebar. "What?!"

"You heard what i said," jawab Se Riz. "Sorry, but, let's break up, Dong Kyu."

💚

----Notes

Ige mwoya : Apa ini?

Break up : Putus

----
Se Riz Yoon
2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp