Kejutan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'
Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hasil imajinasi penulis.

💚

Kring! Kring! Kring! Kring!

Suara berisik alarm yang berasal dari ponsel biru milik Do Yeon membuat yang empunya mengerang di balik selimut. Benda itu terus berbunyi selama sang pemilik belum menyentuh benda pipih itu untuk mematikan alarm.

"Dasar pengganggu!" Seru Do Yeon kesal begitu dia meraih ponsel dan mematikan alarm ponsel. Dengan mata yang masih belum bisa diajak kerjasama untuk melihat indahnya pagi, Do Yeon mengambil posisi duduk. Sebagian rambut halusnya menutupi dahi dan mata.

"Aigoo, jam berapa sekarang?" Gumamnya lalu menyipitkan mata menatap layar ponsel, mencari tahu waktu saat ini. 06.05.

Waktu yang masih terlalu pagi untuknya bangun.

Pria itu berpikir untuk kembali merebahkan diri di ranjang tapi sesuatu menghentikannya.

"Sepertinya hari ini aku ada schedule," ingatnya.

Tok tok tok!!

Ketukan di pintu membuat Do Yeon menoleh. Sang manager yang satu kamar dengannya itu menyembulkan kepalanya di sela pintu.

"Doye, jam delapan kita harus ada di tempat acara. Bersiaplah," ucap sang manajer.

"Ne," sahut Do Yeon yang kemudian menghela napas lalu menyibak selimut dan beranjak dari ranjang. Dia membawa tubuhnya ke kamar mandi.

Dua puluh menit kemudian, Do Yeon sudah berpenampilan rapi. Bersetelan suit rapi dan sepatu pantofel dia tersenyum mematut diri di depan cermin. Meraih tas VLTN hitam kesayangannya, dia meninggalkan kamar. Sebelum mencapai pintu, pria main vocal ENKOTA itu memandang ke arah rak yang ada di kepala tempat tidurnya. Dia tersenyum menatap sebuah kotak berwarna biru dengan pita putih yang berada di sebelah Dochi, boneka landak miliknya.

~l'amour~

"Mengapa kau tak memberitahuku dari kemarin?" tanya Se Riz pada DK yang pagi ini menjemputnya di apartemen untuk ikut bersamanya ke sebuah acara.

Se Riz yang pagi ini sudah pulih dan bersiap berangkat kerja, urung.

"Kemarin kau sakit, Noona. Aku tak yakin akan mengajakmu. Alih-alih kau berangkat bekerja lebih baik kau menemaniku saja," ucap DK. "Tapi kau sudah baik-baik saja sekarang?" lanjut DK bertanya seraya menatap wajah sang kekasih.

Se Riz mengangguk. "Aku memang baik-baik saja," jawabnya. Pagi ini badannya lebih sehat dari kemarin. Flunya sudah membaik.

"Jangan sakit lagi, oke?" Kata DK.

"Oke," ucap Se Riz. "Aku akan menjaga kesehatanku."

"Kalau begitu ayo," ucap DK lalu berdiri dari duduknya.

Se Riz mengikuti. Meraih clutch dan mantel, dia menyusul DK yang sudah terlebih dulu menuju pintu.

"Chagi, sebenarnya ada acara apa?" tanya Se Riz seraya memakai heels yang pagi ini diberi oleh DK. Heels baru berwarna putih yang sangat pas di kakinya, serasi dengan gaun yang dikenakan Se Riz. DK memang sudah hafal ukuran kakinya. Bahkan ukuran yang lain, baju misalnya.

"Salah satu relasi bisnisku hari ini merayakan pesta pertunangan anaknya. Dan aku diundang beserta pasangan," jelas DK. Dia menatap Se Riz lalu tersenyum. "Natha juga pasti datang."

"Ah, begitu." Se Riz mengangguk lalu merapihkan gaunnya. Alisnya menyatu mendapati tatapan DK padanya. "Wae?"

DK menggeleng. "Kau terlalu cantik hari ini. Membuatku khawatir."

"Khawatir?"

"Ya, aku khawatir ada pria lain yang berusaha merebutmu dariku."

Se Riz dan DK saling pandang sebelum Se Riz akhirnya menunduk. Tatapan mata DK membuatnya gelisah.

"Ayo, berangkat. Aku tak sabar mengenalkanmu pada relasi perusahaan," ucap DK lalu menggandeng tangan Se Riz.

*

Suasana di ballroom tempat diadakan acara pertunangan anak salah satu direktur sebuah perusahaan properti terkenal Korea, begitu ramai. Meski hanya pesta pertunangan tetapi acaranya sudah seperti resepsi pernikahan. Mewah. Bahkan tuan rumah menunjuk salah satu artis terkenal Korea untuk pengisi acara dan mengundang beberapa penyanyi untuk memeriahkan acara dan yang lebih mengejutkan, salah satunya adalah Kim Do Yeon.

"Wah, ternyata temanmu menyanyi di acara seperti ini juga, Noona?" tanya DK ketika Do Yeon tengah bernyanyi di saat tamu undangan sedang menikmati hidangan setelah acara inti selesai.

Se Riz memandang Do Yeon di kiri panggung, menyanyikan lagu ballad request dari si empunya acara. Do Yeon tampak berbeda hari ini. Mengenakan setelan jas rapi berwarna biru tampak seperti pegawai kantoran hanya saja tak memakai dasi, tak ada bedanya dengan pria yang duduk di sebelahnya.

"Kenapa? Kau tampak terkejut," ucap DK pada Se Riz yang masih diam.

"Aku?" Se Riz menoleh pada DK. "Tidak. Hanya saja aku tak tahu dia ada di sini," jawabnya.

"Benarkah?" DK menatap Se Riz. "Kukira kau dekat dengannya."

Dekat? Se Riz mencerna kalimat DK. "Tidak, DK. Meski kami berteman aku tak serta merta tahu jadwal dia sebagai idol bukan? Lagipula hari ini dia ada schedule apa dan di mana juga bukan urusanku." Se Riz menjawab seolah tidak peduli.

"Begitu?" Alis DK naik.

Merasa aneh, Se Riz menatap DK. "Ada apa denganmu? Mengapa kau bertanya pertanyaan aneh seperti itu?"

"Aneh apa?" tanya DK.

Se Riz menatap DK tapi kemudian menggeleng. "Lupakan saja."

Dari tempat Do Yeon bernyanyi, pria itu menyipit begitu melihat sosok wanita yang dia kenal tengah duduk berdua dengan pria pirang di salah meja tamu undangan.

"Se Riz?!" Hatinya menyebut nama sang kekasih. Tatapannya menajam melihat si pria mengusap kepala wanita pujaannya itu.

Hari sial! Batin Do Yeon.

Dan kesialan Do Yeon seakan berlanjut setelah selesai menyanyi, seorang pria yang merupakan salah satu staf acara mempersilahkan Do Yeon untuk bergabung bersama tamu undangan dan tangan Tuhan menulis agar dia duduk bergabung satu meja dengan Se Riz dan kekasih aslinya. Do Yeon ingin menolak tapi pria tampan itu tak enak hati.

Masih berpikir kalimat apa yang akan dia keluarkan untuk menyapa Se Riz, ternyata DK sudah lebih dulu menyapanya.

"Hei, kau teman Se Riz yang kemarin datang menjenguk ke apartemen bukan?" DK tersenyum pada Do Yeon yang masih berdiri, ragu untuk duduk. "Halo, ingin bergabung?"

Se Riz mengernyit lalu menoleh dan pandangan matanya bertemu dengan milik Do Yeon. Pria itu mengangguk demi sopan santun pada DK meski dalam hati kekesalan meliputi hatinya.

"Do Yeon?" Se Riz terkejut mendapati selingkuhannya itu sudah berdiri di sampingnya.

"Hai, Riz," sapa Do Yeon. "Tak kusangka kita berjumpa di sini."

"Aku tak tahu kau di sini," kata Se Riz mencoba tersenyum.

"Aku diundang untuk menyanyi," sahut Do Yeon. Dalam hati dia bertanya. Apakah kekasihnya itu tak menyadari dia tadi yang menyanyi? Ah, mungkin tidak karena wanita itu tadi sedang asyik dengan DK tadi.

"Mengapa kau hanya berdiri di situ, Do Yeon-ssi? Duduklah." Kalimat DK terdengar ramah tapi begitu menyebalkan di telinga Do Yeon.

Tanpa menjawab, Do Yeon lantas mengambil kursi di sebelah Se Riz.

Di panggung, pembawa acara sedang berbicara dengan pasangan yang bertunangan. Seperti sedang melakukan interview selebriti di televisi. Se Riz, DK maupun Do Yeon memperhatikan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Do Yeon-ssi."

Panggilan DK membuat Do Yeon menoleh.

"Apakah kau berencana bertunangan suatu hari nanti dengan kekasihmu?" tanya DK. "Atau langsung menikah?"

Do Yeon diam. Sementara Se Riz memandang DK. Mengapa dia bertanya hal itu? Batinnya.

"Entahlah. Selama masih di agensi, member tidak diperkenankan untuk berkencan atau menjalin hubungan serius," jawab Do Yeon.

Alis DK naik. "Ada aturan seperti itu?"

Do Yeon mengangguk. "Ne."

"Jadi kau menahan diri untuk tidak menjalin suatu hubungan sekarang?"

Se Riz hanya diam di antara dua orang pria tampan yang duduk mengapitnya.

"Tapi jika bisa, apa yang akan kau lakukan? Bertunangan atau menikah?" Lanjut DK.

"Jika hubungan kami sudah cukup serius, aku akan langsung melamarnya untuk menikah," jawab Do Yeon dengan mata memandang Se Riz.

DK mengangguk. "Aku juga setuju," sahut DK lalu tangannya meraih jemari Se Riz yang berada di meja. "Jika aku melamarmu sekarang, apa kau mau menerimaku, Sayang?" Lanjutnya sambil menatap Se Riz. Sebelah tangannya mengeluarkan sebuah kotak beludru merah dan meletakkan di depan Se Riz.

Mata Do Yeon melebar dan Se Riz memandang DK dengan tangan menutupi mulutnya.

"DK ...."

"Aku serius ingin melamarmu," kata DK lalu membuka kotak beludru tadi. Seperti perkiraan Do Yeon ataupun Se Riz, di dalamnya terdapat cincin perak bermata cantik.

Bola mata Se Riz bergerak ke kanan dan ke kiri. Bingung mengapa DK melamarnya secepat ini. Jujur dia dulu memang pernah berpikir apakah DK serius menjalin hubungan dengannya. Tetapi di saat pria itu kini melamarnya entah mengapa dia bingung. Apakah karena hatinya sekarang sudah terbagi?

Apakah DK serius melamarku? Mengapa harus di depan Do Yeon? Batin Se Riz.

"Aku ...."

Sebelum Se Riz menjawab, Do Yeon sudah berdiri dari duduknya. Membuat Se Riz menoleh dan DK mengangkat alis.

"Maaf, aku permisi!" Do Yeon segera meninggalkan drama menyebalkan di depan mata.

"DK, haruskah kau melamarku sekarang?" Bisik Se Riz sambil memandang ke sekeliling. Ekor matanya mengikuti langkah Do Yeon yang menjauh keluar ballroom.

"Kau tak suka?" tanya DK.

Se Riz menoleh. Dia tak tahu harus menjawab apa. "Bukan tak suka, hanya saja ini terlalu mendadak. Kau membuatku terkejut."

"Karena aku memang ingin memberimu kejutan. Di hari ulang tahunmu," ucap DK.

Se Riz bergeming. "Ulang tahun?"

"Kau bahkan lupa hari ulang tahunmu sendiri?"

Se Riz meraih ponsel di dalam clutch, mengecek tanggal dan menepuk dahinya. Hari ini, tanggal 30 Desember merupakan hari ulang tahunnya.

"Happy birthday, Love," ucap DK memberi selamat. "Dan cincin ini aku berikan untuk hadiah ulang tahunmu." DK mengambil cincin itu dari tempatnya lalu memasukkan ke jari manis tangan kiri Se Riz setelah lebih dulu melepas cincin yang tahun lalu dia berikan.

"Cincin yang lama ini biar aku simpan," ucap DK mengambil cincin emas yang sebelumnya ada di sana.

"Gomawo, DK," jawab Se Riz seraya tersenyum.

Dari kejauhan, Do Yeon mengangkat smirk kesal menatap mereka.

Apa Tuhan membenciku hingga membuat takdir yang sangat menyebalkan seperti ini? Batin Do Yeon tak terima.

"Tapi mengenai lamaranmu tadi," Se Riz bersuara. "Apa kau serius?"

DK tersenyum. "Lamaranku? Aku akan berpikir untuk melamarmu dengan lebih romantis lain kali. Bukan di acara pertunangan orang lain."

Entah mengapa Se Riz menghela napas lega lalu memandang ke arah pintu keluar.

"DK, aku ke kamar mandi sebentar," ijin Se Riz.

"Perlu aku temani?"

"Aku tak akan tersesat, DK." Se Riz kemudian berdiri.

DK tersenyum lalu mengangguk. Dia mengawasi langkah Se Riz yang menjauh.

"Ke kamar mandi?" Gumam DK. Dia sangsi.

Do Yeon berdiri di depan taman di gedung tempat dia melakukan schedule pribadi member ENKOTA. Dia menendang batu yang ada di depannya kesal. Sang manager sudah mengirimi pria itu pesan agar masuk ke ballroom tapi pria itu enggan. Dia sedang kesal.

"Do Yeon."

Panggilan dari suara yang amat dikenalnya membuatnya mendongak. Ketika dia menoleh, Se Riz sudah ada di belakangnya.

"Sedang apa di sini?" tanya Se Riz kemudian.

Do Yeon mengangkat bahu lalu menghentakkan kakinya ke lantai.

"Kau terlihat kesal. Kenapa?" Pertanyaan lain keluar dari bibir Se Riz. Masih bergeming, Do Yeon tak menjawab. Wanita itu menghela napas.

"Aku tak tahu apa yang membuatmu kesal tapi jika itu karena aku, aku minta maaf," ucap Se Riz. Wanita itu menghela napas lalu meraih tangan Do Yeon saat pria di depannya diam saja. "Kim Do Yeon. Baiklah jika kau tak menjawab, aku akan pergi dan ingat, aku akan membencimu karena berani mengabaikanku!"

Do Yeon langsung menoleh begitu mendengar ancaman Se Riz. "Andwae. Kau tak boleh membenciku." Dia meraih tangan Se Riz. "Jangan pergi." Tahan Do Yeon.

Se Riz tersenyum tipis ancamannya berhasil membuat Do Yeon bicara. "Lalu kenapa tak menjawab?"

Do Yeon menggeleng. "Aku kesal."

"Padaku?"

"Si pirang itu." Do Yeon menatap Se Riz. "Jadi dia melamarmu?"

Se Riz membuka mulut hendak menjawab, tapi Do Yeon kembali bicara.

"Ck, aku tahu dia kekasihmu. Tapi haruskah aku melihat dia melamarmu di depan mataku? Tak tahukah kau kesalnya hatiku? Ingin sekali aku membuang cincin itu dan mengajaknya berkelahi."

Jika Do Yeon berada dalam film animasi, mungkin sekarang ada tanda empat sudut di dahinya, tanduk di kepala dan asap keluar dari hidungnya. Atau bahkan api karena emosi yang meluap.

"Doy, apa kau cemburu?" Se Riz menaikkan alisnya.

"Tentu saja!" Jawab Do Yeon. "Bagaimana mungkin aku tidak cemburu melihat wanita yang aku cintai dilamar pria lain?!" Serunya.

Entah mengapa melihat kekesalan Do Yeon justru membuat Se Riz tersenyum.

"Aku menyukaimu," ucap Se Riz.

Do Yeon memandang Se Riz yang tersenyum. "Apa?"

"Aku bilang aku menyukaimu, Do Yeon," ulang Se Riz. "Aku menyukai sikapmu yang cemburu terhadapku."

Alis Do Yeon menyatu. "Wae?"

"Karena aku merasa dicintai melihat sikap cemburumu itu," ucap Se Riz. Dia tersenyum. Selama berpacaran dengan DK, hampir tak pernah CEO muda itu cemburu padanya. Entah terlalu dewasa atau tidak peka, Se Riz tak tahu. Wanita itu menyangsikan apakah DK mencintainya atau tidak. Meskipun dia yakin DK mencintainya tai rasanya hubungan mereka terasa hambar tanpa adanya rasa cemburu.

Di depan Se Riz, Do Yeon mendekat lalu membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

"Aku cemburu karena aku memang mencintaimu, Se Riz. Perasaanku tak main-main," ucap Do Yeon.

"Aku tahu," kata Se Riz. Dia membalas pelukan Do Yeon.

"Se Riz," panggil Do Yeon.

"O?" Sahut wanita itu.

"Tak bisakah kau hanya memilih satu di antara kami? Aku tak peduli jika kau sudah menerima lamaran pria itu, keinginanku untuk memilikimu tak akan hilang."

Do Yeon melepas pelukannya. Ditatapnya Se Riz.

"Bisakah kau memilih aku saja dan meninggalkan kekasihmu itu?"

Se Riz dilema. Dia memang sudah mulai mencintai Do Yeon tapi melepaskan DK?

"Bukankah lebih baik memilih aku yang selalu ada untukmu dibanding dia yang sibuk dengan urusan kantornya dan mengabaikanmu? Tak bisakah kau melihat besarnya rasa cintaku untukmu?"

"Doy, DK ti-"

Belum sempat Se Riz memberi jawaban, Do Yeon sudah mengunci bibir wanita itu dengan sebuah ciuman. Bukan sekedar kecupan ringan seperti yang semalam Do Yeon berikan, tapi kali ini lebih dalam. Pria itu ingin menyalurkan rasa cintanya pada Se Riz dan wanita itu tahu. Meski awalnya ragu, akhirnya Se Riz membalas ciuman Do Yeon. Mereka menautkan bibir, menyatukan hati.

Sementara itu, di belakang mereka, sepasang mata menatap murka. Tangannya mengepal.

"YAK! APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

💚


----
Se Riz Yoon
14.10.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp