Seperti Mimpi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'
Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hasil imajinasi penulis.

💚

Kim Do Yeon mengerang saat ponselnya berdering. Pasalnya dia tengah bermimpi saat itu. Butuh waktu sekitar satu menit untuknya membuka mata dan memusatkan perhatian pada si benda pipih. Matanya membuka sempurna begitu melihat nama di layar.

Baby Riz 💚

Mengusap mukanya dan berdehem, Do Yeon segera menerima panggilan sebelum Se Riz mematikannya.

"Baby, hai," sapa Do Yeon.

"Kau baik-baik saja?" tanya Se Riz. "Sedang apa? Aku mengganggu?"

Do Yeon memang berpikir panggilan itu mengganggu, tapi begitu melihat jika sang kekasih yang menelpon tentu saja tidak.

"Tidak," jawab Do Yeon. "Aku hanya sedang berbaring." Pria itu melirik jam dinding kamarnya. Pukul 15.45. Dia tertidur lumayan lama setelah mengusir Taeyeo tadi.

"Bagaimana wajahmu? Sudah kau obati?" Se Riz bertanya dengan cemas. Terdengar di nada bicaranya dan Do Yeon tahu.

"Aku langsung tidur begitu pulang dari pesta. Kepalaku sakit," jawab Do Yeon.

"Sakit? Sudah ke dokter?"

Do Yeon tersenyum mendengar pertanyaan Se Riz.

"Bukan dokter yang aku butuhkan saat ini tapi kau," sahut Do Yeon. "Ayo bertemu," ajaknya kemudian.

Malamnya, sekitar pukul 20.00 bel apartemen Se Riz berbunyi. Wanita yang saat itu sedang menatap laptopnya di sofa beranjak dan segera membuka pintu begitu melihat pria berhoodie hitam dengan masker menutupi muka.

"Kau benar-benar kemari," ucap Se Riz menyambut Do Yeon.

"Aku pria yang menepati janji, Se Riz," sahut Do Yeon.

"Masuklah. Kau terlihat seperti penjahat," canda Se Riz lalu menarik tangan Do Yeon.

"Aku? Aku pikir justru kau penjahatnya," ucap Do Yeon mengikuti Se Riz ke dalam.

"Aku?" Se Riz memajukan bibirnya sambil menatap Do Yeon. "Kenapa?"

"Kau biang masalah perkelahianku tadi jadi kau penjahat sebenarnya." Do Yeon bercanda tentu saja.

"Hahaha, kau lucu, Doy." Se Riz pura-pura tertawa. "Duduk," perintahnya pada Do Yeon.

Pria itu menurut.

"Buka!"

Perintah Se Riz membuat Do Yeon mengernyit. "Waw, kau agresif sekali."

"Agresif?" Se Riz memandang Do Yeon.

"Kau menyuruhku membuka apa?" tanya Do Yeon.

Se Riz melotot sebelum memukul bahu Do Yeon. "Maskermu tentu saja dan tudung hoodiemu. Aku ingin melihat wajahmu," kata Se Riz. "Kau memikirkan apa sih, mesum."

Do Yeon tertawa. Pria itu hanya menggoda Se Riz.

"Aku tahu," ucap Do Yeon. "Aku hanya suka menggodamu. Kau menggemaskan saat kesal." Tangan Do Yeon mencubit pipi Se Riz.

"Kau mau bonus bogeman dariku?" Se Riz mengepalkan tangan kanannya ke depan wajah Do Yeon.

"Waw, kau bisa memukul? Aku tak percaya." Do Yeon menggeleng seraya menurunkan penutup kepala jaket dan melepas maskernya.

"Bisa kalau aku mau," jawab Se Riz.

"Oke. Pukul saja." Do Yeon memajukan wajahnya. Dia menatap Se Riz. "Aku yakin kau tak tega memukul wajah tampanku."

Seperti dugaan Do Yeon Se Riz memang tak tega memukul wajahnya.

"Aigoo, wajahmu mengerikan," komentar Se Riz begitu melihat hidung Do Yeon yang lecet dan sudut bibirnya yang biru. "Aku ambil kotak obat."

Do Yeon mengangguk. "Aku boleh minta beer atau wine mungkin?" Dia bertanya saat Se Riz menjauh.

"Kau pikir apartemenku bar?!" seru Se Riz.

Do Yeon terkekeh.

Tetapi saat Se Riz kembali. Wanita itu membawa apa yang Do Yeon minta di tangan kiri sementara satu tangannya membawa kotak obat.

"Kau bilang apartemenmu bukan bar tapi kau mempunyai wine," ucap Do Yeon saat Se Riz meletakkan botol  wine di meja berbarengan dengan kotak obat.

"Diamlah." Se Riz membuka kotak obat lalu memandang wajah Do Yeon. "Wajahmu belum kau apa-apakan?"

"Hanya aku kompres dengan es," jawab Do Yeon.

Se Riz mengangguk lalu mengambil salep. Mengoleskannya ke ujung jarinya sebelum mengusapnya di ujung bibir Do Yeon.

"Maaf, membuat wajah tampanmu terluka," ucap Se Riz. Dengan telaten dia mengobati luka Do Yeon. Pria itu diam saja meski perih terasa saat salep yang dioles Se Riz mengenai lukanya.

"Aku tak masalah mukaku terluka jika akhirnya kau yang mengobatiku," sahut Do Yeon.

Se Riz yang sedang menempelkan aid band di hidung Do Yeon untuk menutupi luka dengan sengaja menekan telunjuknya cukup keras hingga pria itu mengaduh.

"Appo! Kau jahat, Baby." Do Yeon cemberut.

Dalam hati Se Riz tertawa. Pria yang dulu dia pikir dingin dan galak ternyata imut sekali jika kesal.

"Ah, sakit?" tanya Se Riz sambil mengedip-kedipkan mata. "Baiklah sini aku obati."

Lalu sebuah kecupan Se Riz berikan di ujung hidung Do Yeon. Membuat pria itu mematung kemudian wajahnya merona.

"Aigoo, look at yourself. Kau tersipu. Neomu kiyowo," ucap Se Riz tersenyum menggoda Do Yeon.

"Jangan menggodaku," kata Do Yeon.

"Atau ...?" Se Riz menatap Do Yeon.

Cup!!!

Kali ini ganti Do Yeon yang balas mengecup dahi Se Riz. Wanita itu melongo sesaat sebelum menutup wajahnya. Do Yeon terkekeh.

"Kita impas," ucap pria itu.

"Jangan tertawa. Aku malu." Se Riz cemberut. Hal itu justru membuat Do Yeon tertawa lebih keras.

"Kekasihku lucu sekali jika kesal," ucap Do Yeon seraya mengusap puncak kepala wanita itu.

Se Riz membereskan kotak obatnya dengan cepat lalu berdiri. Meninggalkan Do Yeon yang masih tertawa. Ketika kembali, pria itu tengah menelpon.

"Siapa?" tanya Se Riz. Lalu duduk di hadapan Do Yeon.

"Aku lapar jadi aku memesan makanan," jawab Do Yeon sebelum meletakkan ponselnya di meja.

"Aigoo, kekasihku yang tampan ini belum makan?" tanya Se Riz.

Do Yeon menggeleng. "Aku bahkan lupa makan gara-gara kejadian tadi pagi."

Se Riz melirik Do Yeon. "Maaf."

Do Yeon menoleh. "Untuk?"

"Lukamu. Dan maaf karena DK sudah memukulmu."

Do Yeon menghela napas lalu menggeleng. "Dia yang memukulku kenapa kau yang meminta maaf?"

Se Riz diam.

"Tak apa. Pria kan kadang suka berkelahi." Do Yeon tersenyum tipis. "Lalu bagaimana kekasihmu itu?" Lanjutnya berbasa-basi.

Se Riz memandang Do Yeon lama sebelum menjawab, "We're break up."

"Break up? Putus?"

Se Riz mengangguk. "Aku mengatakan padanya tentang hubungan kita dan membicarakan hubungan kami yang sepertinya tak bisa dilanjutkan. Dan akhirnya aku meminta putus."

Entah harus sedih atau senang mendengar Se Riz putus dengan kekasihnya tapi yang pasti dengan ini Se Riz menjadi miliknya seutuhnya kan? Ingin sekali Do Yeon memeluk Se Riz tapi dia menahan diri karena Se Riz terlihat muram.

"Kau sedih putus dengan kekasihmu itu?" tanya Do Yeon.

Se Riz menggeleng lemah. "Bukan sedih hanya sedikit kecewa. Hubungan kami berakhir."

"Kau menyesal?" Do Yeon menatap Se Riz. "Atau kau menyalahkanku karena membuat hubungan kalian berakhir?" 

Se Riz menatap mata Do Yeon dengan gelengan. "Bukan begitu, Doy. Justru karenamu aku bisa merasakan cinta yang selama ini aku inginkan. Cinta yang membuatku merasa seperti naik rollercoaster. Mengaduk perasaanku," kata Se Riz.

Do Yeon meraih tangan Se Riz. "Jadi kita bagaimana?"

Alis Se Riz naik. "Bagaimana apanya?"

"Hubungan kita," jawab Do Yeon.

"Ya seperti ini," sahut Se Riz ambigu. "Kita berkencan. Memang berkencan bukan? Ah, kau membuatku bingung."

"Jadi, sekarang kau milikku?" tanya Do Yeon.

Se Riz mengusap tangan Do Yeon yang menggenggam tangannya. "Of course. I'm yours. Only yours."

Bibir Do Yeon mengembangkan senyum. "Gomawo, Se Riz. Saranghae."

Se Riz balas tersenyum. "Nado saranghae, Do Yeon."

*

Se Riz menghela napas ketika Do Yeon berdiri berhadapan dengannya di depan pintu.

"Kau pulang sekarang?" tanya Se Riz seraya melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 22.15.

Do Yeon mengangguk. "Iya. Besok aku ada jadwal dan leaderku yang tampan itu sudah menerorku untuk segera pulang."

Se Riz terkekeh. "Baiklah."

"Besok aku akan datang lagi saat aku tak sibuk, seperti biasa," janji Do Yeon.

Se Riz mengangguk. Dia mengantar Do Yeon keluar. Memperhatikan kekasihnya itu memakai masker dan memakai tutup hoodienya.

"Aku pergi," pamit Do Yeon.

Dengan berat hati, Se Riz mengangguk.

"Bye. Tidur nyenyak ya," ucap Do Yeon.

Se Riz mengangguk lagi. "Hati-hati di jalan."

Do Yeon mengangkat ibu jarinya. Lalu menghilang di balik pintu.

Begitu pintu tertutup, Se Riz kembali masuk ke ruang tengah. Duduk di sofa lalu meraih ponselnya yang sengaja dia abaikan sejak Do Yeon menelponnya tadi. Ada banyak notifikasi masuk, tapi yang menarik perhatiannya adalah 5 panggilan tak terjawab dan dua pesan dari DK. Se Riz menggigit kuku telunjuknya sebelum membuka pesan yang kekasihnya itu, ah ralat, mantan kekasihnya itu kirim.

DK Sunshine

Noona, aku ingin bicara. Angkat teleponku.

Lalu pesan ke-dua.

Noona, kau tak sungguh-sungguh dengan yang kau katakan tadi bukan? Aku tak ingin putus darimu.
Balas pesanku, please.

Se Riz menghela napas. Ketika jemarinya mulai mengusap keyboard, hendak membalas pesan DK, bel apartemennya berbunyi. Wanita itu menoleh.

"Siapa?" Dia bertanya seraya bangkit dari sofa. Wanita itu mengusap dagu saat matanya tak melihat ada seseorang dari layar interkom. Ketika Se Riz ingin mengabaikan bel pintu yang dia pikir hanya iseng, suara bel terdengar lagi. Membuat wanita itu memutuskan menuju pintu.

"Jika orang iseng, aku doakan dia jomblo seumur hidup," ucap Se Riz sebelum membuka pintu dan ....

Dor!!!

Sebuah suara mirip petasan terdengar di depan Se Riz dan butiran-butiran kertas warna-warni menghambur tepat di atas kepalanya.

Confetti? tanya Se Riz dalam hati. Dia masih mematung saking kagetnya.

"Surprise!!!"

Kim Do Yeon berdiri di depan Se Riz yang memegang dadanya, terkejut. Pria itu memeluk boneka alpaca dan memegang sebuket bunga daisy merah.

"Saengil chukkae, Yoon Se Riz, my baby," ucap Do Yeon tersenyum.

"Kau membuatku terkejut, Do Yeon!" seru Se Riz.

"Seperti yang aku bilang. Surprise. Jadi memang kejutan," jawab Do Yeon. "Selamat ulang tahun." Do Yeon memberikan boneka alpacca dan bunga di tangannya pada Se Riz yang kemudian diterima wanita itu dengan senang hati.

"Terimakasih," ucap Se Riz. "Dari mana kau tahu aku ulangtahun?" Lanjutnya bertanya sambil mengusap boneka alpacca yang sudah ada di tangannya.

"Jung Won," jawab Do Yeon. "Maaf terlambat. Aku lupa membawa semua itu saat kemari tadi. Tertinggal di mobil." Do Yeon mengusap tengkuknya.

"It's okay. Gomawo, Do Yeon."

Do Yeon mengangguk. "Eum, tapi aku lupa membeli kue. Tak ada kue dan lilin, tak bisa make a wish."

Se Riz menggeleng. "Tapi aku masih tetap bisa membuat permohonan."

"Ah, tunggu sebentar." Do Yeon merogoh ponsel di saku hoodienya. Mencari sesuatu di gadget birunya dan tersenyum. Pria itu lalu mengarahkan ponselnya pada Se Riz. Wanita itu memandang layar ponsel Do Yeon. Di sana ada gambar kue dan lilin yang menyala.

"Kau bisa meniup lilin di sana. Anggap saja ini sungguhan. Besok aku janji akan membawakan yang asli untukmu," kata Do Yeon.

Se Riz tersenyum mendengar ide pria itu. "Okay. I'll make a wish."

Do Yeon mengangguk lalu memandang Se Riz yang kemudian menutup mata dan menangkupkan telapak tangan di depan dada dengan sedikit kesulitan karena boneka dan buket bunga di pelukannya. Saat dia berniat mengambil alih dua barang itu, Se Riz sudah membuka mata.

"Sudah?" tanya Do Yeon.

Se Riz mengangguk.

"Apa doamu?" Do Yeon ingin tahu.

"I can't tell you." Se Riz menggeleng. "Nanti harapanku tak terkabul."

Do Yeon hanya mengangguk. "Aku harap aku ada di dalam harapanmu itu," ucapnya.

"Tentu saja," sahut Se Riz. "Terimakasih, Doy."

Se Riz pikir Do Yeon akan segera berpamitan setelah kejutan ini tapi pria itu menahannya ketika dia bilang Do Yeon harus pulang.

"Masih ada satu lagi," ucap Do Yeon lalu mengeluarkan sesuatu dari saku hoodie sebelah kiri.

Mata Se Riz menyipit memandang apa yang dipegang Do Yeon. Sebuah kotak kecil berwarna biru dengan pita putih.

"Hadiah untukmu dariku," kata Do Yeon.

"Tapi kau sudah memberiku alpaca dan bunga," sahut Se Riz.

"Tak apa. Aku ingin memberikan sesuatu yang lebih spesial." Do Yeon memberikan kotak hadiahnya pada Se Riz.

"Apa isinya?" tanya Se Riz menatap kotak kecil di tangannya.

"Bukalah dan kau akan tahu ada apa di dalamnya," jawab Do Yeon.

"Bisa bantu aku memegang ini?" Se Riz mengoper alpaca dan buket bunga di tangannya pada Do Yeon.

"Kemarikan." Dan dua benda itu berpindah ke pelukannya sementara Se Riz dengan rasa ingin tahu menarik ujung pita dan membuka kado dari Do Yeon.

"Doy, ini ...." Se Riz menoleh pada Do Yeon yang menatapnya. "Cincin?"

Do Yeon mengangguk. Dia memang memberikan cincin untuk hadiah ulang tahun Se Riz.

"Kau berlebihan," ucap Se Riz. Wanita itu menggeleng sambil memandang cincin cantik berbentuk mahkota dengan tiga permata.

"Kurasa tidak," kata Do Yeon. "Pakai," pintanya.

"Tapi ..."

"Pakai atau aku marah?" Do Yeon memberikan tatapan tajam.

Se Riz tersenyum tipis. Ck, tatapannya sungguh menyebalkan, batinnya. Menurut, dia pun memakai cincin yang diberikan Do Yeon di tangan kanan.

"Bagaimana?" tanya Se Riz sambil mengangkat tangannya. Cincin tadi tersemat di jari tengah.

"Cantik. Sepertimu," kata Do Yeon memuji.

Se Riz tersenyum. Tapi dia menoleh pada Do Yeon dengan alis menyatu.

"Wae?" tanya Do Yeon. Dia tahu Se Riz ingin bertanya sesuatu.

"Bagaimana cincin ini begitu pas di jariku? Darimana kau tahu ukuran jariku?" tanya Se Riz.

Do Yeon hanya tersenyum. "Rahasia. Aku tahu semua hal-hal penting tentangmu."

"Benarkah? Wah, aku merinding mendengarnya. Apa kau stalker?" Se Riz memasang wajah terkejut.

Do Yeon mengangguk. "Aku pengagum rahasiamu."

Se Riz tertawa. "Terimakasih lagi, Doy. Rasanya ini ulangtahun yang tak akan aku lupakan," ucapnya seraya menatap cincin dari Do Yeon.

Do Yeon mengangguk. "Selamat ulang tahun. Aku berdoa semoga yang kau harapkan tadi terkabul dan bahagia selalu menyertaimu. Menyertai kita. I love you."

Se Riz tersenyum bahagia menatap Do Yeon. Rasanya seperti mimpi. Idol yang dulu dia benci karena menyebalkan, hari ini berdiri di depannya memberikan surprise ulangtahun meski tanpa cake, begitu sederhana tetapi bermakna baginya. Do Yeon, pria yang tak pernah dia sangka akan menjadi kekasihnya. Meskipun awalnya dia ragu, sekarang Se Riz yakin perasaannya untuk pria itu nyata.

"Aku mencintaimu, Kim Do Yeon," ucap Se Riz.

~l'amour~

Kim Dong Kyu memandang ponsel di depannya dengan kesal. Benda itu tak berbunyi sama sekali. Pesan yang dia kirim tak ada balasan, panggilannya pun diabaikan oleh seseorang.

Sementara itu laptop masih menyala tanpa disentuh. Laporan yang harus dia kerjakan sengaja diabaikan. Pikirannya tak fokus dan semua ini karena Se Riz.

Ucapan wanita itu tadi masih tak bisa dia percaya.

"Let's break up."

"Ya Tuhan, aku harap ini adalah mimpi buruk," ucap DK seraya meremas rambutnya. "Aku harus menemuinya besok, memastikan apa yang dia katakan hanya gurauan."

💚

-

---Notes

Appo : Sakit

Saengil chukkae : Selamat ulang tahun

----
Se Riz Yoon
18.10.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp