Sorry

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'

Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hasil imajinasi penulis.

💚

Kim Dong Kyu memarkir mobil hitamnya di parkiran Amour studio tempat Se Riz bekerja di Gangnam. Dengan langkah pelan, dia meninggalkan mobil menuju gedung studio dan berhenti di lobi. Dia bertanya pada resepsionis yang sedang menyesap kopi.

"Chogiyo, apa Se Riz sudah keluar?" tanya DK.

Resepsionis yang sudah hafal siapa pria di depannya itu menggeleng.

"Belum, Tuan. Sepertinya pemotretan belum selesai karena belum ada yang keluar dari atas," jawab resepsionis wanita yang berumur 29-an tahun itu.

DK melirik jam tangannya. 16.25.

"Aku boleh menunggu di sini?" DK bertanya yang langsung diangguki si wanita.

DK pun duduk di kursi tunggu dekat meja resepsionis. Dia mengambil ponsel dari saku jaz yang dipakainya. Sudah berkali-kali dia mengirim pesan dan mencoba menelpon Se Riz, tetapi wanita itu tak merespon hingga akhirnya dia datang ke studio.

Sekitar lima belas menit DK menunggu sampai akhirnya dia melihat beberapa orang keluar lift. Sepertinya model dan staff sedangkan tak lama setelahnya Se Riz keluar dari lift bersama seorang pria. DK lantas berdiri dan memanggil wanita itu.

"Noona."

Se Riz yang sedang berbicara dengan pria di sampingnya menoleh mendengar suara yang akrab di telinganya. Kemudian mata mereka bertemu.

"Kekasihmu datang," ucap pria di samping Se Riz. "Aku pulang dulu."

Se Riz tak menjawab dan hanya tersenyum melambai pada pria yang merupakan staff pemotretan. Dia menggigit bibir saat DK menghampirinya.

"Baru selesai?" tanya DK begitu sampai di hadapan Se Riz.

Se Riz hanya mengangguk. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Menemuimu karena kau tak membalas pesan atau menjawab panggilanku. Aku ingin bicara sesuatu tentang percakapan kita kemarin," jawab DK.

Se Riz diam. "Percakapan yang mana?"

"Kita bicara di kafe depan. Ayo," ajak DK lalu meraih tangan Se Riz.

Se Riz menggeleng. "Di taman saja," tolaknya seraya melepaskan tangan dari DK

DK memandang Se Riz, terlihat kecewa Se Riz menepis tangannya. "Baiklah, kita ke taman."

Kemudian Se Riz dan DK keluar studio dan berjalan menuju taman yang ada di sebelah Amour. Mereka duduk di salah satu bangku yang ada di sana. Memandang matahari sore yang perlahan bergulir ke barat. Angin sepoi menerpa wajah Se Riz, menerbangkan poni rambutnya. Juga menerbangkan angannya.

Keduanya hanya diam selama beberapa saat hingga Se Riz terlebih dulu membuka suara.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Se Riz tanpa memandang DK. Matanya menatap sepasang anak manusia yang tengah tertawa tak jauh dari mereka, saling berpelukan. Memorinya yang dulu menyelinap. Dia pernah merasakan hal itu dengan pria di sebelahnya.

"About us," jawab DK. "Katakan padaku jika yang kau katakan padaku kemarin tak serius. Kau bercanda kan saat bilang ingin putus denganku?" DK memandang Se Riz.

Se Riz mengambil napas dalam. "Sorry, DK, tapi aku serius. Aku ingin putus."

"Tapi aku tak ingin hubungan kita berakhir, Noona." DK meraih jemari Se Riz.

Se Riz menoleh dan menggeleng. "Tapi aku tak ingin melanjutkan hubungan kita yang seperti ini. Aku sudah lelah." Wanita itu melepas genggaman DK.

"Tidak, kumohon. Tak bisakah kau memberiku kesempatan? Aku janji akan meluangkan banyak waktu agar kita bisa berkencan atau keluar seperti pasangan lain. Aku janji a–"

Se Riz menggeleng. "Maaf, DK. Meskipun kau berjanji, aku tetap tak bisa bersamamu. Ada pria yang lain lebih memperhatikanku."

DK memandang Se Riz dengan sorot mata sayu. "Kau yakin ingin meninggalkanku?"

Dengan berat hati Se Riz mengangguk. Hatinya sudah memilih Do Yeon. "Maaf." Hanya kata itu yang bisa diucapkan Se Riz.

"Kau benar-benar mencintai pria itu bukan karena pelarian semata?" tanya DK. Dia berharap gelengan yang dia dapat dari wanita yang sudah membuat hari-harinya berarti selama dua tahun itu tapi Se Riz mengangguk sebagai jawaban.

"Aku mencintai Do Yeon." Jawaban Se Riz membuat hati DK retak.

"Perlahan dia mengisi hatiku yang kosong karenamu, DK," ucap Se Riz. "Maaf, karena aku harus berpaling pada pria lain. Aku tahu ini menyakitkan untukmu tapi aku tak bisa mengabaikan dia yang terus memberikan rasa cinta yang tak bisa aku dapatkan darimu. Maafkan aku melukaimu dengan cara seperti ini."

DK terdiam. Dia memang terluka karena Se Riz tapi dia sadar justru dialah yang yang lebih dulu melukai wanita itu. Kurangnya perhatian yang dia berikan karena dia terlalu sibuk dengan urusan kantornya.

"Kau benar-benar tak bisa kembali padaku?" tanya DK. Dia berharap Se Riz tak meninggalkannya seperti ini. DK sangat menyayangi Se Riz. Sakit rasanya harus kehilangan wanita itu.  "Aku tak bisa jika harus kehilanganmu, Se Riz. Aku mohon."

Meski DK memohon, Se Riz yang sudah yakin dan bulat keputusannya memilih Do Yeon tak bisa goyah.

"Aku tak bisa, DK. Maaf, kita memang harus berakhir," ucap Se Riz final.

Saat DK bermaksud membujuk Se Riz, ponsel gadis itu berdering. DK hanya mampu menatap senyum yang muncul di wajah wanita itu dengan perih. Mulai saat ini senyum indah itu akan menjadi milik pria lain. Senyum itu akan terukir karena pria lain bukan dirinya.

"Kau sudah di depan? .... Eum, aku sedang di taman sebelah studio .... Baiklah, tunggu aku."

Se Riz menoleh pada DK begitu menutup panggilan teleponnya.

"Maaf, DK, aku harus pergi," ucap Se Riz kemudian berdiri.

"Apa sudah tak bisa diperbaiki?" DK meraih tangan Se Riz. "Kita berakhir seperti ini?" tanya DK putus asa.

Anggukan Se Riz membuat hati DK remuk.

"Terimakasih atas semua yang kau berikan padaku. Semua kenangan indah yang terjadi di antara kita. Mulai saat ini kita harus melangkah di jalan yang berbeda. Ayo, kita jalani hari tanpa merindukan satu sama lain. Goodbye, DK," ucap Se Riz. Dilepaskannya tangan DK darinya kemudian wanita itu beranjak.

Hati DK mencelos mendengar kata perpisahan itu.  Langkah kaki Se Riz yang meninggalkannya serasa menyesakkan baginya. Wanita itu bukan hanya pergi dari hadapannya tetapi juga pergi dari hati dan hidupnya.

"Bisakah aku tanpamu, Se Riz?" tanya DK pilu seraya menatap kepergian Se Riz.

~l'amour~

DK menatap kartu nama yang ada di tangannya. Berpikir selama beberapa saat sebelum meraih ponselnya dan menyalin nomor yang tertera di kartu nama tadi lalu melakukan panggilan.

"Annyeong haseyo, Manager-nim," sapa DK. "Aku  Dong Kyu, pria yang kemarin terlibat sedikit perkelahian dengan penyanyimu."

DK tersenyum tipis begitu mendengar jawaban di seberang. Dia mengangguk.

"Bisakah aku meminta nomor ponselnya? Ada hal yang ingin aku bicarakan dengannya. Penting," ucap DK kemudian. Pria itu mengangguk. "Baik. Terimakasih, Manager-nim. Annyeong."

DK meletakkan ponselnya ke meja seraya menghela napas.

"Kita memang harus bicarakan kan, Kim Do Yeon?" ucap DK.

*

Do Yeon mengambil napas dalam sebelum melangkah ke arah meja yang ada di pojok kafe. Meja di mana ada seseorang yang sudah menunggunya. DK. Dia tak berpikir jika mantan kekasih Se Riz itu akan menghubunginya dan memintanya bertemu. Pasti bukan sesuatu yang bagus, pikirnya. Jujur Do Yeon enggan berhubungan dengan pria pirang itu tapi dia tak ingin mantan kekasih Se Riz berpikir dia pengecut yang tak mau menemuinya.

"Annyeong, Dong Kyu-ssi," sapa Do Yeon begitu sampai di meja DK.

DK yang sedang melirik jam tangannya langsung menoleh. Alisnya naik melihat sosok pria memakai masker di depannya.

"Do Yeon-ssi?" DK bertanya dengan ragu karena dia tak terlalu mengenali wajah di balik masker itu.

Do Yeon mengangguk.

"Ah, aku sudah menunggumu." DK lalu mempersilahkan Do Yeon duduk dengan tangan kanannya. Do Yeon mengangguk lagi lantas menarik kursi di hadapan DK.

Dengan canggung, Do Yeon memandang DK. Dia kembali mengambil napas sebelum berbicara.

"Ada apa?" Do Yeon bertanya langsung.

"Ingin memesan sesuatu sebelum kita berbincang?" tanya DK.

Do Yeon menggeleng. "Tidak perlu," jawabnya.  Dia tak ingin berlama-lama duduk berdua dengan pria itu.

"Kau sibuk?" tanya DK.

Tidak, jawab Do Yeon dalam hati tapi yang keluar dari bibirnya sebaliknya, "Ne."

"Baiklah kita langsung ke intinya saja," mulai DK.

Do Yeon diam, menyimak.

"Jadi kau serius dengan perasaanmu pada Se Riz?" Pertanyaan pertama DK.

"Aku serius karena aku memang jatuh hati padanya dan mencintainya," jawab Do Yeon. DK hanya diam memperhatikan ekspresi sang penyanyi di depannya saat menjawab pertanyaannya. Pria itu memang serius, batinnya.

"Tapi kau tak berpikir jika perasaanmu dan apa yang kau lakukan membuat hubungan seseorang hancur?" Lanjut DK.

Do Yeon memandang DK. Dia tahu pria di depannya tak suka padanya. Alasannya jelas, dia merebut Se Riz.

"Kau sadar mengambil milik orang lain adalah kejahatan?" tanya DK lagi.

Do Yeon tahu. Tapi cintanya buta. Entah itu kejahatan atau bukan, selama Se Riz bisa menjadi miliknya apapun akan dia lakukan.
"Lalu apa yang kau inginkan? Menyeretku ke penjara, Kim Sajangnim?" Do Yeon balik bertanya.

DK tersenyum tipis. "Tadinya aku berpikir seperti itu," jawabnya. "Tapi aku pikir itu sia-sia."

"Kenapa?"

"Karena Se Riz bilang dia mencintaimu," jawab DK. "Haruskah aku memenjarakan seseorang yang dia cintai? Haruskah aku mengikuti egoku dan membuatnya terluka? Aku tidak setega itu, Kim Do Yeon-ssi. Aku bukan pria jahat yang tega merusak kebahagian orang lain demi kebahagiaanku sendiri."

Ucapan DK yang tenang entah mengapa justru terasa menusuk perasaan DK. Kalimat terakhir DK bagai belati yang menancap hatinya.

Do Yeon hanya menelan ludah.

"Kau menyalahkanku?" tanya Do Yeon. "Ingat, Se Riz yang memilih siapa yang ada di sampingnya. Dan kau tak berhak menyalahkanku karena putusnya hubungan kalian bukan semata karena aku tetapi karena kau yang terlalu egois dan mengabaikan Se Riz demi urusan perusahaanmu!"

Kali ini belati yang tadi menancap di hati Do Yeon berbalik menuju hati DK. Yang dikatakan penyanyi itu benar. Dia tak bisa menyalahkan Do Yeon karena awal dari Se Riz yang menyelingkuhinya karena dia sendiri.

DK dan Do Yeon saling tatap dengan percikan benci di mata masing-masing.

"Kau ingin berduel lagi? Memukul wajahku untuk sesi dua ini?" Tantang Do Yeon.

DK menghela napas. Dia sedang mencoba mengontrol emosi. Biasanya dia sangat mudah mengendalikan kemarahan, tetapi dengan pria di depannya ini, entah mengapa emosinya mudah sekali terpancing.

"Tidak," jawab DK.

"Lalu?" Do Yeon menaikkan alis. "Hanya itu yang ingin kau bicarakan? Jika iya, aku permisi." Do Yeon sudah mengangkat tubuhnya saat DK kembali bicara.

"Ada satu hal lagi," ucap DK.

Do Yeon terpaksa duduk lagi. "Cepatlah, aku tak punya banyak waktu."

"Ck, menyebalkan sekali. Aku tak menyukaimu," ucap DK.

Do Yeon mendengkus. "Aku juga tak perlu kau sukai. Tidak penting. Aku lebih tak menyukaimu asal kau tahu!"

DK menatap tajam Do Yeon dengan tangan terkepal. Pria di depannya sangat menyebalkan.  Apakah Se Riz tak salah mencintai pria ini? Batin DK. Pria itu mengambil napas panjang dan memejamkan mata demi meredam emosi karena kalimat Do Yeon.

"Ingat kata-kataku," ucap DK setelah membuang napas. "Jangan pernah membuat Se Riz terluka. Jika sampai dia menangis karenamu, aku tak akan segan membuat perhitungan denganmu. Wajah tampanmu itu akan kubuat tak bisa dikenali oleh penggemar dan keluargamu sendiri. Jika perlu aku akan membunuhmu jika kau menghancurkan hatinya." Lanjut CEO itu tak main-main.

Do Yeon cukup merinding dengan ancaman DK. Tapi seriuskah dia? Do Yeon tak yakin.

"Jika kau menyakiti Se Riz, aku akan mengambil dia kembali dan kau tak bisa melarangku!" tegas DK.

"Jadi kau sedang membuat kesepakatan denganku?" tanya Do Yeon.

"Rupanya kau mengerti?" DK menaikkan alis.

"Memangnya aku bodoh?" Do Yeon memandang DK sengit.

DK tersenyum tipis. "Sekali kau membuatnya menangis, aku akan membawa Se Riz darimu dan jangan harap kau bisa mengambilnya lagi dariku!"

"Oke, sepakat!" sahut Do Yeon. Dia mengulurkan tangannya dan disambut oleh DK. "Tapi jangan pernah bermimpi untuk membawa Se Riz dariku. Sekali dia milikku, selamanya akan menjadi milikku," tandas Do Yeon.

Dua pria tampan itu saling pandang dengan tangan terkait memegang janji. Di atas sana, Tuhan tersenyum. Dia sedang memikirkan takdir baru yang menarik untuk dua pria itu dengan Se Riz di dalamnya.

💚

----
Se Riz Yoon
24.10.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp