Deugun Deugun

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'
Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hasil imajinasi penulis.

💚

Do Yeon tertawa. Memperlihatkan gummy smile yang merupakan favorit fansnya.

Pria manis itu terlihat di sebuah pusat perbelanjaan bersama sang kakak, O Myung, seorang aktor papan atas yang sudah membintangi banyak drama dan film layar lebar.

Do Yeon dan kakak lelakinya itu sedang duduk di sebuah bangku mall sore itu setelah mereka berdua menonton. Quality time berdua yang akhir-akhir ini jarang mereka lakukan. Hyungnya itu baru selesai melakukan syuting sebuah drama dua hari lalu jadi dia bisa memenuhi janji pada sang adik untuk keluar bersama.

"Kau seperti anak kecil saja merengek meminta ice cream itu, Do Yeon," ucap O Myung menggeleng memandang sang adik yang tersenyum lebar lalu menjilat es krim cone berwarna pink di tangannya. Do Yeon tak menghiraukan kalimat sang kakak. Dia sedang fokus pada ice cream di tangannya sebelum meleleh.

"Aku sudah lama tak makan es krim, Hyung," ujar Do Yeon setelah menggigit es krimnya yang lembut. Dia memejamkan mata saat rasa dingin masuk ke kerongkongannya. "Ini enak," ucap Do Yeon.

O Myung lagi-lagi menggeleng. Adiknya seperti bocah umur 5 tahun yang baru pertama kali mencicipi es krim.

"Cepat habiskan es krimmu lalu kita pulang. Eomma sudah menunggu kita di rumah," kata O Myung sambil membaca pesan dari sang ibu.

"Eomma mengirimimu pesan?" Do Yeon melirik sang kakak.

O Myung mengangguk.

"Ya sudah ayo," kata Do Yeon lalu berdiri.

"Habiskan dulu es krimmu. Jangan makan sambil jalan, dasar bocah," ucap sang kakak menasehati.

Bukannya menurut, Do Yeon palah memajukan bibirnya. Membuat sang kakak menggeleng gemas.

"Sudah berumur 25 tahun tapi kelakuan seperti anak TK. Mana ada wanita yang mau denganmu jika seperti ini," cibir O Myung.

Do Yeon mendelik. "Hei, hyung lupa jika aku pernah memiliki kekasih? Itu artinya ada yang mau denganku."

O Myung menaikkan alis. "Siapa?" Lalu dia ber-oh seperti mengingat sesuatu. "Ah, si Se-"

"Ayo pulang, Hyung," sela Do Yeon sebelum O Myung menyebut sebuah nama yang entah mengapa tak ingin pria bermata kelinci itu dengar.
"Es krimku sudah habis." Lanjut Do Yeon sambil mengelap sudut bibirnya dari sisa-sisa es krim yang tadi dia makan.

O Myung memandang Do Yeon. "Cepat sekali es krim itu menghilang," ucapnya.

Do Yeon mendecakkan lidah. "Ck. Tadi kau bilang agar aku segera menghabiskan es krim. Mengapa sekarang justru bertanya?"

O Myung tertawa lalu berdiri. "Hehe. Ya sudah ayo pulang. Eomma Appa menunggu."

Do Yeon mengangguk lalu berjalan bersisian dengan sang kakak meninggalkan bangku tempat mereka tadi duduk dan berjalan ke eskalator.

Kedua kakak beradik tampan itu terlihat berbicara saat eskalator membawa mereka turun dari lantai 3 mall ke lantai satu. Keduanya tertawa ketika salah satu dari mereka melontarkan jokes. Tapi sang adik lebih sering dibuat tertawa oleh sang kakak karena O Myung memang humoris tak seperti Do Yeon tak tak bisa membuat jokes. Member di ENKOTA pun mengakui jika candaan Do Yeon garing.

"Kita langsung menuju parkiran atau membeli sesuatu untuk eomma appa di rumah, Do Yeon-ah?" Tanya sang kakak begitu mereka turun eskalator di lantai satu.

Do Yeon sedang berpikir saat matanya yang tajam tertuju pada sosok yang dia kenal tak jauh darinya. Seorang wanita yang tengah duduk dengan ponsel di tangan.

"Do Yeon-ah," panggil O Myung. "Kau melihat apa?" Sang kakak mengikuti pandangan Do Yeon tapi tak tahu siapa yang sedang diperhatikan sang adik. Terlalu banyak orang di mall.

Adiknya tak menjawab.

"Do Yeon," panggil O Myung.

"Hyung," Do Yeon pun menoleh.

"Hm?"

"Kau ke parkiran saja dulu," kata Do Yeon.

"Lah kenapa?" tanya O Myung.

"Aku ...." Do Yeon memandang wanita tadi yang masih duduk di sana sambil menopang dagu. "Ada keperluan sedikit. Nanti aku menyusul, oke?" Do Yeon kemudian menyerahkan kunci mobil pada sang kakak.

"Urusan apa sih?" tanya O Myung. "Ya, sudah tapi jangan terlalu lama. Aku sudah lapar ingin pulang."

Do Yeon mengangguk sebelum beranjak. O Myung hanya mengangkat bahu melihat Do Yeon yang meninggalkannya dengan langkah sedikit tergesa. Mungkin dia mau ke toilet, pikir O Myung.

"Kalau lama, kutinggal kau Do Yeon," gumamnya lalu berbalik pergi.

*

"Se Riz, sedang apa di sini?"

Yoon Se Riz sedang menggigit kuku jari telunjuknya saat suara lembut seseorang menyapa indera pendengarannya. Wanita itu mendongak dari layar ponsel dan mendapati Kim Do Yeon berdiri di depannya.

"Doy?"

"Hai, ini aku." Do Yeon menyapa Se Riz dengan senyum manisnya.

Se Riz perlahan mengulas senyum tak kalah manis. Membuat pria di depannya menahan napas sesaat. Matanya tak ia lepaskan dari Se Riz.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Se Riz.

Do Yeon mengerjap. Mengapa wanita itu balik bertanya bukannya menjawab pertanyaan darinya?

"Aku sedang bersama kakakku," jawab Do Yeon.

"Kakak?" Se Riz tak melihat seseorang yang datang bersama Do Yeon. "Mana dia?"

"Ah, dia pergi ke parkiran lebih dulu," jawab Do Yeon. "Karena aku tadi melihatmu jadi aku menghampirimu."

Se Riz mengangguk. "Oh."

"Dan kau?" Do Yeon balik bertanya.

"Aku—"

Ting!

Se Riz memandang ponselnya. Sebuah pesan yang masuk mengubah raut muka Se Riz.

"Sudah aku duga," ucapnya.

Alis Do Yeon naik. "Ada apa?" Dia bertanya.

Se Riz menoleh. "DK membatalkan janji. Harusnya kami kencan sore ini tapi dia baru saja mengirim  pesan jika kencan kami batal. Ada masalah di kantor," jelas Se Riz.

Do Yeon diam. Jadi dia di sini untuk berkencan? Ah, iya sekarang kan malam Minggu, batinnya. Perasaan iri memenuhi hati Do Yeon.

"Selalu masalah kantor. Dan aku benci dia lebih memilih urusan kantor daripada kencan kami," ucap Se Riz. Kecewa.

Do Yeon memutuskan duduk di samping Se Riz. "Mungkin dia memang sedang sibuk di kantor," ucap laki-laki itu.

Se Riz tak menjawab.

"Bagaimana jika aku menggantikan kekasihmu itu?"

Pertanyaan Do Yeon membuat Se Riz menoleh. "Ne?"

"Aku mau menggantikan dia kencan denganmu," kata Do Yeon. Entahlah tiba-tiba ide itu keluar begitu saja.

Se Riz menatap Do Yeon.

"Ya, kupikir karena kau sudah di sini tak ada salahnya jalan denganku. Atau kau berniat pulang dan menikmati Sabtu malammu sendiri dan bersedih?" tanya Do Yeon.

"Doy, tapi aku ...."

Se Riz ingin mengatakan sesuatu tapi jika dipikir lagi memang yang dikatakan idola ini ada benarnya.

Menikmati Sabtu malam dengan bersedih karena DK membatalkan janji? Pulang ke apartemen setelah aku berdandan segala macam? Hell no! Batin Se Riz.

"Kau yakin?" Tanya Se Riz pada Do Yeon. "Mau jalan denganku?"

Do Yeon refleks mengangguk. "Kenapa tidak? Aku bisa menemanimu daripada kau menangis di sini karena kekasihmu mengingkari janjinya."

Se Riz mempoutkan bibirnya. "Aku tidak menangis, Doy."

Do Yeon mengangkat bahu. "Untuk saat ini tidak. Tapi tidak tahu jika aku tak bertemu denganmu."

Se Riz memandang Do Yeon. Dia benar, dirinya memang kesal dan ingin menangis karena DK membatalkan kencan tiba-tiba padahal dia sudah berada di tempat janjian, menunggu cukup lama.

"Jadi bagaimana? Mau kencan denganku?" Tanya Do Yeon.

O Myung yang sedang menunggu Do Yeon di mobil, mendesah begitu membaca pesan yang baru saja adiknya kirimkan.

Do Yeon
Hyung, aku tak bisa pulang sekarang. Ada hal yang harus aku lakukan. Penting. Maaf tak bisa makan malam bersama.

~l'amour~

Do Yeon kembali masuk ke dalam gedung bioskop yang baru satu jam lalu dia tinggalkan.

Jika tadi dia pergi ke bioskop dengan O Myung, kali kedua ini bersama Se Riz. Wanita itu bilang dia ingin menonton film seperti rencana awal kencannya. Do Yeon dengan senang hati menurut.

Se Riz memilih sebuah film dengan judul "Annyeong, Love" yang dibintangi si cantik Hye Kyo dan si tampan Jun Gi. Film yang menceritakan tentang seorang gadis biasa yang jatuh hati pada laki-laki kaya. Mereka saling mencintai tapi sayangnya sang lelaki sudah dijodohkan dengan gadis lain dan harus meninggalkan gadis yang dicintainya tadi.

Se Riz menggigit bibir memandang layar lebar di depannya.

"Suk Jae seharusnya tak melakukan itu pada Eun Bi," ujar Se Riz.

Do Yeon yang duduk di sebelah Se Riz mengangguk. "Dia menyakiti perasaan gadis manis itu," ucapnya berkomentar. "Tapi tak ada yang bisa dia lakukan. Dia dipaksa."

Di layar terlihat adegan seorang wanita yang menangis tatkala seorang pria meninggalkannya di tengah hujan.

"Oppa, kajima, jebal!"

Se Riz menutup wajahnya saat si wanita di layar menangis berseru pada si pria yang tak mempedulikannya.

"Oppa, saranghae. Jangan tinggalkan aku," ucap gadis itu.

"Hiks...,"

Do Yeon menoleh saat mendengar isakan dan mendapati Se Riz sibuk mengusap pipinya yang basah.

"Se Riz, kau menangis?" Tanya Do Yeon.

Malu, Se Riz menunduk. "Jangan melihatku."

"Wae?"

"Aku pasti jelek sekali saat menangis. Apalagi menangisi sebuah film, memalukan," jawab Se Riz. Dia meraih slingbagnya dan mengambil tisu.

Di sampingnya Do Yeon tersenyum tipis.

"Ceritanya memang sedih wajar kalau kau menangis. Itu bukan hal memalukan."

Jemari Do Yeon terangkat dan mengusap ujung mata Se Riz yang basah.

"Ah?" Se Riz menoleh begitu merasakan jari Do Yeon di pipinya. "D-Doy?"

Di dalam bioskop yang remang, Se Riz menoleh pada Do Yeon yang menatapnya. Sentuhan Do Yeon di pipinya membuat dadanya berdebar. Mungkin karena kaget tiba-tiba sang idol melakukan skinship padanya. Menghapus air matanya.

"Aku... memakai tisu, Doy," ucap Se Riz menyentuh tangan Do Yeon yang masih berada di pipinya. Jantungnya kembali berdebar saat tangan mereka bersentuhan.

"Ah, maaf. Refleks," ucap Do Yeon lalu menarik tangannya.

Se Riz tersenyum tipis. Haruskah kau berdebar seperti ini? Tanya wanita itu pada jantungnya.

"Mau lanjut menonton atau keluar saja?" Tanya Do Yeon.

Se Riz yang sudah selesai menghapus jejak air matanya menoleh.

"Aku penasaran ending filmnya," jawab Se Riz. "Tapi aku takut menangis lagi. Malu."

"Jika merasa malu kau bisa menangis di dalam pelukanku," kata Do Yeon membuat debaran baru di dadanya.

*

Yoon Se Riz memang batal berkencan dengan kekasihnya tapi wanita itu tetap menikmati Sabtu malamnya yang cukup menyenangkan. Dia masih bisa menonton film bersama Do Yeon karena pria itu sendiri yang menawarkan diri menemaninya kencan.

Selesai menonton film, mereka berdua pergi ke sebuah tempat makan langganan Se Riz. Menangis saat menonton film tadi membuat wanita itu merasa lapar.

"Kau bisa melepas benda itu jika mengganggu," kata Se Riz begitu mereka berdua duduk di dalam resto.

Do Yeon yang memakai topi putih dan masker saat mereka jalan berdua tadi menoleh pada Se Riz. Dia mengedarkan pandangan ke penjuru resto sebelum melepas benda yang dimaksud Se Riz.

"Hah," Do Yeon menghela napas lega. Sebagai idol kadang dia memang memakai masker dan topi ketika berada di keramaian agar tak terlalu dikenali apalagi dia berjalan dengan seorang wanita. Menghindari rumor.

Setelah meletakkan topi ke meja, Do Yeon menyisir rambutnya dengan jemari.

Di depannya Se Riz tertegun. Ada aura berbeda saat Do Yeon melakukan hal remeh itu.

Apakah Do Yeon setampan ini? Batin Se Riz seraya menatap idol itu.

Merasa ditatap, Do Yeon menautkan alis.

"Kenapa?" Dia bertanya dan balas menatap Se Riz.

Se Riz menggeleng. "Rambutmu bagus. Hitam, lembut, terawat," jawab Se Riz. Aku jadi ingin menyentuhnya tambahnya dalam hati.

"Ah, biasa saja. Kupikir kau lebih suka rambut pirang," kata Do Yeon. Menyinggung kekasih Se Riz.

"Pirang?"

"Kekasihmu. Rambutnya pirang bukan?"

Se Riz ber-oh. "DK memang suka pirang dan terlihat bagus untuknya."

Do Yeon mengangguk acuh. "Aku dulu juga sempat berganti warna rambut beberapa kali."

"Benarkah?"

"Tiap comeback album baru kami. Coklat, ungu, pirang, biru. Tapi aku lebih suka rambut hitamku."

"Menurutku kau lebih tampan dengan rambut hitammu, Doy."

Do Yeon menatap Se Riz. Beberapa saat mereka saling tatap sebelum Se Riz menunduk. "I mean, rambut hitam sangat cocok untukmu dibanding warna lain," ucapnya lalu melirik pria di depannya yang diam-diam tersenyum.

"Ah begitu," ucap Do Yeon.

Se Riz tersenyum tipis. "Iya. Hehe."

Dia tak mengerti mengapa salah tingkah karena tatapan Do Yeon.

"Di sini makanan apa yang enak?" tanya Do Yeon kemudian setelah tersenyum puas melihat Se Riz yang salah tingkah. Wanita itu menggemaskan. Dibukanya buku menu yang berada di meja.

Se Riz memandang buku menu di tangan Do Yeon lalu menunjuk sederet makanan andalan resto yang pemiliknya adalah sahabat Jay, rekan Se Riz di studio.

"Kebanyakan enak menurutku. Kau bisa pilih menu-menu yang ini," ucap Se Riz menunjuk beberapa gambar. Do Yeon mengangguk.

"Se Riz?"

Seorang pria berwajah Arab datang ke meja Se Riz dan Do Yeon. Membuat dua orang yang sedang berdiskusi menu mendongak. Alis Do Yeon menyatu melihat pria yang mengenakan apron di badannya yang memandang Se Riz dengan senyum hangat.

"Siapa lagi ini?" Tanya Do Yeon yang hanya bisa dia suarakan di dalam hati.

"Hai, Seung Oppa," sapa Se Riz dan tersenyum pada si pria tadi, Song Seung Nim, pria blasteran Korea-Arab.

"Ah, aku lupa sekarang malam Minggu. Kau sedang berkencan rupanya," ucap Seung. Tapi dia sedikit terkejut melihat dengan siapa Se Riz datang. "Wah, siapa ini? Kupikir dia DK." Song memandang Do Yeon dengan tanya.

"Bukan DK, Oppa." Se Riz melambai pada Song. "Dia temanku, Do Yeon," kata Se Riz sambil memandang Do Yeon.

"Temanmu?" Seung memandang Do Yeon. Alisnya naik sementara tangannya bersedekap. "Wajah dan namanya tak asing. Kau seperti... Idol?"

Do Yeon memandang Se Riz yang tersenyum tipis.

"Oppa benar, dia memang idol," bisik Se Riz.

Song memandang Se Riz lalu kembali pada Do Yeon. Mencoba mengenali siapa idola ini.

"Biarkan aku menebak. Kau Kim Do Yeon? ENKOTA?!" tanya Seung Nim.

Do Yeon mengangguk. "Halo, Seung-ssi," sapanya ramah seraya menunduk.

Seung Nim  mengusap-usap kedua tangannya lalu menatap Do Yeon.

"Wah, suatu kehormatan restoranku kedatangan idol ternama. Apa aku boleh meminta tandatanganmu?" tanya Seung.

"Ah, tentu saja, boleh," jawab Do Yeon.

Seung Nim tersenyum. "Aku ambil kertas dan pena dulu. Atau kau mau tandatangan di kaca resto saja untuk menarik pengunjung?"

Se Riz menggeleng. "Oppa, terserah kau ingin meminta tandatangan di mana. Tapi sekarang bisakah kau mencatat menu pesanan kami dulu? Aku lapar," ujar Se Riz.

Seung Nim menggaruk tengkuknya. "Astaga, maafkan aku. Kalian datang untuk makan malam ya? Oke, kalian mau pesan apa?"

Pria yang sudah membuka restoran ini cukup lama lalu mengambil buku kecil yang ada di saku apron kemudian mencatat pesanan Se Riz.

"Pesanan akan datang dalam 20 menit. Mohon sabar menunggu," ucap Seung Nim sebelum beranjak dari meja "pasangan kencan" itu.

"Kau tampak akrab dengannya," ucap Do Yeon setelah Seung Nim menghilang.

"Dia sahabat Jay, temanku di studio," jawab Se Riz. "Dan ini tempat makan langgananku bersama DK."

Do Yeon hanya mengangguk tanpa berkomentar. Jika Se Riz sudah mengucap DK rasanya dia malas untuk menanggapi.

Terserahlah mau ini tempat langgananmu dengan si pirang itu yang penting aku bisa menghilangkan laparku ini. Yang lebih penting lagi, aku bersamamu sekarang. Batin Do Yeon dan tersenyum tipis sambil menatap Se Riz.

Setelah menikmati makan malam dengan obrolan ringan, akhirnya mereka meninggalkan restoran setelah Do Yeon ditagih untuk memberikan tandatangan. Seung Nim melambai senang saat Se Riz dan Do Yeon pamit dengan kertas di tangannya.

"Aku akan menempel ini di etalase resto agar banyak yang datang," kata Song senang.

~l'amour~

Se Riz memandang keluar mobil taksi yang sedang membawanya pulang ke apartemen. Memperhatikan lampu jalan yang berlarian ke belakang. Langit gelap. Tapi di atas sana bintang-bintang bertebaran. Waktu menunjukkan pukul 21.45 saat itu. Cukup malam karena setelah keluar restoran Seung Nim, Se Riz dan Do Yeon memutuskan duduk di taman sebelumnya pulang.

Wanita itu tersenyum tipis mengingat acara jalannya dengan Do Yeon tadi. Senyuman manis Do Yeon. Sentuhan jari pria itu saat mengusap air matanya. Dekapan hangatnya saat dia menangis ketika film usai. Juga tatapan Do Yeon di restoran, di taman dan saat pria itu pamit sebelum dia pulang. Ah, jangan lupakan saat dia menyugar rambutnya. Semua hal kecil itu membekas di hati Se Riz.

"Aneh sekali aku merasa berdebar dengan semua itu," ucap Se Riz sambil menopangkan tangan di dagu. "Aku mungkin terbawa suasana." Lanjutnya bermonolog.

"Setidaknya Sabtu malamku menyenangkan," ujar Se Riz. "Hoam...!" Dia menguap saat merasakan kantuk datang.

*

"Kau sudah tidur, Do Yeon-ah?" O Myung menyembulkan kepalanya di sela pintu kamar sang adik.

Do Yeon yang masih duduk di ranjang sedang menonton drama, menoleh.

"Masuk, Hyung. Aku sedang menonton," jawab Do Yeon.

O Myung pun masuk lalu duduk di sebelah Do Yeon.

"Menonton drama?" tanya O Myung.

Do Yeon mengangguk.

"Tapi bukan dramaku," kata O Myung.

"Aku bosan melihat wajahmu."

"Haish, adik tak sopan!"

"Hahaha!" Do Yeon tertawa.

"Jam berapa kau pulang?" tanya O Myung.

"Jam 10 lebih mungkin," jawab Do Yeon tak ingat.

"Pergi kemana kau tadi?" Sang kakak ingin tahu.

"Kencan dengan seseorang."

"Kencan?!"

Do Yeon mengangguk.

"Kau punya kekasih?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Aku kencan dengan kekasih orang."

Ctak!!!

"Awww...!"

💚


----Notes

Comeback : Group idol merilis album baru

Dugeun dugeun : Berdebar

Gummy smile  : Senyum lebar yang memperlihatkan gusi

Kajima : Jangan pergi

Jebal : Tolong / Aku mohon

Skinship : Skin to skin relationship, misal bersentuhan, bergandengan, berpelukan dll.

----Casts

Gong Myung as O Myung, kakak Do Yeon

Song Yunhyeong of iKON as Song Seung Nim

----
Se Riz Yoon
19.09.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp