First Snow

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'
Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif, hasil imajinasi penulis.

💚

Se Riz's POV

"Milikmu," ucap Do Yeon sembari mengangsurkan dompetku.

"Kamsahamnia, Do Yeon-ssi," Kuterima dompetku lalu memasukkannya ke dalam tas.

Saat ini aku sedang bersama dengan Kim Do Yeon di sebuah restoran di daerah Gangnam. Seperti yang dibahas semalam, dia ingin mengembalikan dompetku yang tertinggal di mobilnya kemarin.

Aku menemuinya di sini, segera setelah pekerjaanku selesai. Pukul 16.55 saat ini.

"Aku tak membukanya," ucap Do Yeon lagi.

"Apa?" tanyaku.

"Itu. Aku tak membuka dompetmu atau mengambil sesuatu dari sana jadi tak akan ada yang hilang. Jangan khawatir."

Aku melambaikan tanganku. "Ah, aku tak berpikiran ke arah sana. Lagipula apa yang akan kau ambil tak ada barang berharga," Candaku.  "Terimakasih sekali lagi, Do Yeon-ssi," ucapku.

Do Yeon mengangguk lalu menatapku.

"Kau tak perlu berbicara formal padaku, Se Riz-ssi," kata Do Yeon.

"Benarkah? Tapi kita baru mengenal kemarin. Rasanya tak sopan jika langsung memanggil nama," balasku. "Apalagi kau idol."

"Idol juga manusia," jawab Do Yeon. "Omong-omong aku ingin tahu sesuatu."

Alisku naik. "Tentang?" tanyaku.

"Jung Won memanggilmu 'Noona' dan aku hanya bisa bertanya dalam hati kapan kau lahir." Do Yeon menelengkan kepala.

"Aku lahir akhir tahun '95," jawabku.

Aku melihat Do Yeon cukup terkejut begitu aku menyebutkan tahun lahirku.

"'95? Benar?" Tanya Do Yeon.

Aku mengangguk. "Wae? Apa aku terlihat tua dan kau tak percaya?"

"Ani." Do Yeon melambaikan tangannya. "Justru kau terlihat muda. Ku kira kau di bawah Jung Won jadi aku bingung kenapa dia memanggilmu 'Noona'. Ternyata kau lahir sebelum dia."

Aku tersenyum mendengar pujian Do Yeon. "Dan kau? Tahun berapa?" Aku ganti bertanya.

Tidak, aku bukan pura-pura tak tahu. Aku memang tak tahu kapan dia lahir. Meskipun dia idola tapi aku tak pernah mencari tahu. Dari anggota ENKOTA aku hanya tahu tanggal lahir Jung Won dan Taeyeo. Ah, Jae Hyuk juga karena ulang tahunnya tepat saat hari Valentine bukan?

Sedangkan Kim Do Yeon? Ingatkan jika aku tak suka padanya. Tak ada alasan untukku mencari tahu apa pun tentangnya.

"Aku '96," jawab Do Yeon.

"Ah? Benarkah?" Aku cukup terkejut. Kupikir dia sebaya dengan Jung Won. Ah, pantas Jung Won memanggilnya Hyung. Dua tahun di atas Jung  Won ternyata dan setahun di bawahku.

"Jadi aku harus memanggilmu 'Noona'  juga?" Do Yeon menatapku.

Hei, tunggu. Mengapa tatapannya mengusikku?

"Ani. Kau bisa memanggil namaku. Cukup Se Riz saja," jawabku.

"Kau yakin? Aku tak keberatan memanggilmu 'Noona'."

Aku menggeleng. Aku yang keberatan.

"Panggil nama saja, Do Yeon-ssi."

Do Yeon diam sebelum mengangguk. "Baiklah. Aku akan memanggilmu Se Riz dan kau juga bisa memanggilku Do Yeon tanpa - ssi."

Aku mengangguk. "Deal."

"Jadi... Apakah kita berteman sekarang?" tanya Do Yeon.

Aku bahkan tak pernah membayangkan akan berteman dengan Kim Do Yeon yang adalah seorang idol. Catatan, sosok idol yang tak kusukai karena sikap juteknya dulu.

"Berteman? Kupikir kau tak menyukaiku," ucapku.

"Aku?" Do Yeon menunjuk dirinya sendiri.

"Fansign waktu itu," jawabku. Lalu mengingat bagaimana pandangan matanya saat aku tertawa karena Jung Won dan ucapannya yang bilang aku tak menghargai fansign.

"Apakah bukan kau yang membenciku? Justru kau yang terlihat jelas tak suka padaku." Do Yeon menopangkan tangannya di dagu sambil menatapku. "Aku masih ingat ucapanmu waktu itu. 'Aku tak menyukaimu.'."

Yah, benar aku memang tak menyukainya karena sikapnya tempo hari. Dan tunggu, ayolah. Bisakah dia tak menatapku seperti itu? Rasanya tatapan matanya membuatku... Entahlah.

"Em.. Sedikit," ucapku mengaku.

"Kenapa?" tanya Do Yeon. "Karena aku bukan biasmu atau karena aku tak setampan Taeyeo?"

Alisku naik. Mengapa harus membandingkan dirinya dengan Taeyeo. Jelas lebih tampan Taeyeo menurutku tapi...

"Bukan masalah tampan atau tidak tapi ...."

Do Yeon menunggu kalimatku.

"Kau ... tak tersenyum padaku saat kita bertemu di fansign dulu," jawabku. "Lalu kemarin pun saat kita jalan dengan Jung Won, kau lebih banyak diam. Eum, saat kau mengajakku berkenalan pun wajahmu terlihat ...."

Aku tak meneruskan ucapanku. Bingung ingin menjelaskannya takut dia tersinggung. Intinya wajahnya judes.

Do Yeon menatapku lama sebelum mengangguk. "Ah, jadi karena ekspresi wajahku. Banyak netizen yang bilang jika wajahku menyebalkan tapi mereka yang sudah lama mengenalku tahu jika aku tak seperti itu. Kau tahu image?"

Aku menaikkan alis. Image?

"Aku memang terkenal ber-image seperti itu. Dingin, terkesan angkuh, jutek tapi sebenarnya tidak. Kau bisa bertanya pada Jung Won seperti apa aku," kata Do Yeon.

Aku mengangguk. Mencoba mengerti maksud pria itu. "Mungkin karena aku bukan penggemarmu aku tak tahu bagaimana aslimu jadi berpikiran yang tidak-tidak. Maafkan aku jika sempat tak suka padamu," ucapku tak enak. "Tapi kau memang terlihat jutek," lanjutku jujur.

Do Yeon menatapku.

"Aku hanya jujur," aku ku sambil meringis.

"Tak apa. Sudah biasa," ucap Do Yeon. Helaan napas keluar dari bibirnya.

"Hei, kau tak tersinggung bukan?" tanyaku tak enak hati.

"Aniyo." Do Yeon menggeleng.

"Jinjjayo?"

Do Yeon mengangguk.

"Baguslah," ucapku. Lega.

"Aku memang tak setampan Taeyeo Hyung kan?" tanya Do Yeon tiba-tiba.

Aku terkekeh pelan. "Tampan atau tidak bukan ukuran dan alasan seseorang untuk menyukaimu. Bagiku rasa suka bisa datang karena hal sepele."

Do Yeon hanya mengangguk.

Aku tertawa pelan. Aku tak tahu apa maksudku berkata seperti itu.

"Tapi Taeyeo tampan kan?"

Aku heran mengapa pertanyaan itu lagi yang dia tanyakan.

"Tampan," jawabku agar dia tak bertanya lagi.

"Dan aku?"

Astaga, ada apa dengan pria ini? Apa Kim Do Yeon pria yang cerewet? Aku baru tahu.

"Kalian sama-sama tampan," jawabku kemudian mengangkat tangan. "Cukup. Aku tak mau membahas ketampanan seseorang. Kupikir inner beauty lebih penting dari visual,"

Do Yeon mengangguk.  "Aku sependapat denganmu."

Aku ikut mengangguk dan tersenyum.

"Jadi kita bisa berteman?" tanya Do Yeon.

Aku ragu. Berteman seperti apa?

"Berteman dengan idol? Itu berlebihan," jawabku.

"Berlebihan?" Do Yeon menyatukan alisnya.

"Aku hanya orang biasa yang tak bermimpi dan membayangkan berteman dengan idol terkenal sepertimu."

"Tapi kau berteman dengan Jung Won," kata Do Yeon.

"Ah, itu ...." Aku memutar bola mataku. "Apa Jung Won tak bercerita rahasia padamu tentang kami?"

Bisa kulihat wajah Do Yeon berubah saat aku mengatakan rahasia. Serius? Tegang?

"Rahasia apa?" Do Yeon ingin tahu.

Aku mencondongkan badanku ke arahnya. "Kami sebenarnya ...." Aku menggantung kalimatku. Bisa kulihat wajah penasaran pria di depanku itu.

"Sepupu."

"..."

"..."

Kami berdua berpandangan hingga aku tertawa.

"Wajahmu serius sekali, Do Yeon. Apa yang kau pikirkan?" Tanyaku.

"Aku pikir kau akan berkata kalian berkencan," jawab Do Yeon.

Lagi-lagi aku tertawa. "Memangnya Jung Won tak mengatakan hubungan kami?"

"Aku tak bertanya dan hanya menerka."

Aku mengangguk. "Tidak. Bukan berkencan. Tapi mengapa kau berpikir kami berkencan?"

"Jung Won bilang dia menyukaimu semalam. Kupikir itu artinya rasa suka pada seorang wanita."

"Tentu saja dia menyukaiku karena aku kakak sepupunya tapi tak lebih dari itu," jelasku.

"Oh oke." Do Yeon menghela napas.

Aku tersenyum. Dia lucu.

"Jadi kau mau berteman denganku? Anggap aku teman Jung Won bukan idol," kata Do Yeon.

Aku menyipitkan mataku. "Kenapa kau ingin berteman denganku?"

Do Yeon memandangku sesaat sebelum menyisir rambut hitamnya dengan jari.

"Aku ingin."

Hanya jawaban itu yang keluar dari bibir Do Yeon.

"Berteman atau tidak?" Tanya Do Yeon terdengar begitu memaksa.

Aku menatap Do Yeon lama lalu, "Oke. Berteman." Aku mengangguk kemudian kuulurkan  tanganku.

Setelah kupikir lagi, Do Yeon tak sedingin yang aku kira meski masih sedikit menyebalkan. Dia cerewet, iya kan? Aku tak suka pria cerewet.

Dan seulas senyum terangkat di bibir Do Yeon sebelum dia meraih uluran tanganku.

"Aku harap kita bisa menjadi dekat, Yoon Se Riz," ucapnya sambil menatap ku.

Aku mengangguk dan membalas tatapan hangat Do Yeon. Aneh, mata dan senyum pria itu membuatku terpesona dalam sekejap.

~l'amour~

"Jadi kau bekerja sebagai fotografer?" tanya Do Yeon setelah kami menghabiskan menu makanan kami.

Aku mengangguk.

"Menyenangkan? Kau suka?" tanya Do Yeon lagi.

"Aku tak akan bekerja pada sesuatu yang tak aku sukai," jawabku.

"Aku dengar dari Jung Won kau juga model?" Do Yeon menatapku.

"Iya itu dulu tapi sekarang aku fokus ke fotografi. Meski kadang sesekali aku menjadi model jika ada beberapa pihak yang meminta," jawabku.

Do Yeon mengangguk. "Sepertinya aku memang pernah melihatmu di sebuah majalah."

"Benarkah?" tanyaku.

"Iya. Sekarang aku yakin itu kau. Yoon Se Riz. Nama itu yang aku baca di artikel sebuah majalah tempo hari. Ternyata kau cukup terkenal."

Aku tersenyum. "Tapi tidak seterkenal dirimu.,"

Aku mendapati Do Yeon tersenyum lagi.

"Se Riz,"

"Ya?"

"Apa kau--"

Drrttttt!!! Drrttttt!!!
Drrrttttt!!! Drrrrrtttttttttt!!!

Do Yeon menggantung ucapannya begitu terdengar getaran ponsel. Dia meraba saku mantelnya. Menggeleng pelan lalu menatapku.

Aku menaikkan alis.

"Pasti milikmu," ucap Do Yeon.

Ddrrrrrtttttttttt!!!

"Ah, milikku?" Aku lalu mengambil ponsel dari saku mantelku. Iya, ternyata milikku yang bergetar. Ada panggilan masuk.

"Sebentar," ucapku pada Do Yeon sebelum berpaling dan mengangkat panggilan itu.

"Sudah pulang?" tanya seseorang di sana.

"Aku masih di luar," jawabku.

"Ada pemotretan outdoor?"

"Ani. Pekerjaanku sudah selesai. Aku sedang di luar bersama seseorang." Aku melirik Do Yeon yang ternyata sedang menatapku.

"Siapa?"

"Teman. Dia mengembalikan dompetku yang tertinggal."

Do Yeon tersenyum tipis.

"Kau di rumah?" tanyaku.

"Aku masih di kantor."

"Jam berapa sekarang? Lembur?"

"Tidak. Hanya ada beberapa berkas yang harus aku periksa sebelum pulang."

Aku ber-oh sembari mengangguk.

"Kau masih lama di luar?"

Aku menggeleng. "Entahlah. Kami masih mengobrol."

"Di luar salju mulai turun."

Refleks, aku menoleh keluar restoran. Kulihat butiran-butiran putih melayang turun di udara.

Wah, salju pertama.

"Sebaiknya kau pulang setelah urusanmu selesai, Noona. Suhu udara pasti akan turun drastis dan dingin tak baik untukmu."

Aku tersenyum. "Arraseo."

"Oke. Aku harus kembali bekerja agar cepat pulang. Kutelpon lagi begitu aku sampai di rumah."

Aku mengangguk dan menutup panggilan setelah dia mengatakan sesuatu.

Do Yeon masih menatapku saat aku menoleh padanya.

Aku tahu dia ingin tahu siapa yang berbicara padaku tadi tapi dia tak bertanya. Jadi aku tak perlu memberitahunya. Tak penting bukan.

"Salju pertama akhirnya turun," celetuk Do Yeon seraya memandang keluar jendela resto.

Aku mengangguk.

"Kurasa sebaiknya kita segera pulang sebelum salju turun lebih banyak," kata Do Yeon lalu menoleh padaku.

"Aku juga berpikir begitu," sahutku.

Do Yeon mengangguk dan kami pun keluar resto setelah membereskan bill.

Niatku yang ingin membayar semua makanan yang kami pesan, ditolak Do Yeon. Justru dia yang membayar.

"Di mana harga diriku jika seorang wanita mentraktirku makan untuk kedua kali?" Dia bertanya. Dan aku membiarkannya membayar dengan debit cardnya.

Keluar dari restoran, aku tak langsung menuju mobil. Di depan resto, ku angkat tangan kiriku ke arah salju yang turun.

"Salju pertama," ucapku lirih.

"Baru kali ini aku melihat salju pertama di luar seperti ini."

Kalimat Do Yeon membuatku menoleh. Dia berdiri di sebelah kananku dan melakukan hal yang sama denganku.

Kami berdua menengadahkan tangan merasakan butiran salju yang turun.

"Benarkah? Sama sekali?" tanyaku.

"Selama aku di eSeM," jawab Do Yeon. "Kau tahu aku tak punya cukup waktu santai di agensi."

"Ah, aku lupa siapa kau. Idola yang sibuk." Aku tersenyum.

Do Yeon membalas senyumku.

Hei, aku baru sadar jika Kim Do Yeon mempunyai senyum yang sangat manis. Apa kalian tahu? Jujur, aku suka melihat senyumnya. Dia terlihat lebih manis saat tersenyum.

"Apa kau tahu?" tanya Do Yeon.

"Apa?" balasku.

"Jika kau melihat salju pertama yang turun dengan seseorang. Lawan jenis maksudku. Kalian akan berjodoh," jawab Do Yeon.

Aku menaikkan alis. Benarkah? Aku belum pernah mendengar hal semacam itu.

"Benarkah? Wah, jangan-jangan kita berjodoh besok," candaku.

Doyoung menatapku. "S€/•)# §@¢€."

"Ne?" tanyaku.

Aku benar-benar tak mendengarnya dengan jelas karena suaranya yang lembut dan pelan. Seperti berbisik.

Tapi Do Yeon hanya tersenyum lalu menggeleng sebelum memalingkan wajahnya dariku. Dia kemudian memasukkan tangannya ke saku mantel yang dipakainya.

Apa sih yang dia katakan? Batinku.

"Kajja, kita harus bergegas. Udara semakin dingin," ajak Do Yeon.

Aku mengangguk dan berjalan menuju mobil.

"Sampai bertemu lagi, Se Riz," ucap Do Yeon saat aku membuka pintu mobil milikku.

Aku mengangguk. "Selamat malam, Do Yeon," balasku lalu segera masuk ke dalam mobil.

Tin!

Do Yeon mengklakson mobilnya sebelum melaju terlebih dahulu.

Aku yang baru mengecek ponselku tersenyum tipis lalu ikut meninggalkan restoran. Mengendarai Kia biruku dengan hati-hati.

~l'amour~

"Aku pulang," ucapku saat masuk ke dalam apartemen.

Aku tahu tak ada siapa-siapa di apartemen tapi aku terbiasa mengucapkan itu. Kebiasaan di rumah.

Setelah membersihkan diri, aku duduk di ranjang. Dengan ponsel di tangan, aku membuka akun instagramku lalu mengunggah sesuatu.

....

Selesai.

Aku lalu menuju menu musik. Memutar lagu favoritku sebelum akhirnya berbaring dengan mata terpejam.

Saat aku berada di ambang kesadaran karena kantuk datang, dering ponsel membuatku membuka mata.

Tapi sebelum aku sempat meraih ponsel, dering ponsel tadi sudah terputus.

"Ah, kenapa dimatikan?" Aku mempoutkan bibirku lalu mengambil ponsel yang aku lempar di atas bantal tadi. "Siapa yang menelpon?"

1 missed call Natha Kim

Rupanya sahabatku. Ada apa?

Kuhela napas lalu mengambil posisi duduk. Ketika aku ingin ingin men-dial nomor Natha, sebuah notifikasi yang baru saja masuk menghentikanku.

doykim_0201 mulai mengikuti Anda.

💚

----Notes

Deal : Setuju

Image : Gambaran sifat seseorang dilihat dari mata orang lain

Inner beauty : Kecantikan batin / pribadi

Visual : member boygroup atau girlgroup yang sangat good looking

Jinjjayo : Serius

Arraseo : Baiklah

Bill : Tagihan

Ne : Ya

Kajja : Ayo

Dial : Panggil

----
Se Riz Yoon
03.09.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp