Instagram

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Instagram

L'AMOUR
A Fanfiction

'

Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hasil imajinasi penulis.

💚

Author's POV

Yoon Se Riz memposting sebuah foto di akun instagram miliknya dua jam yang lalu sebelum dia tertidur. Ketika dia mengecek ponselnya karena ada panggilan tak terjawab dari sang sahabat, Natha Kim, ternyata sudah banyak notifikasi masuk di akun Instagram miliknya. Selain di-like oleh banyak orang, sudah banyak pula komentar yang menanggapi postingan yang dia buat. Perlahan dia membaca komentar secara random sebelum matanya berhenti pada satu komen dari sebuah akun yang menarik perhatiannya.

"Apakah itu aku?" 😃

Akun dengan nama doykim_0201.

"Siapa dia?" tanya Se Riz. Dan notifikasi lain yang muncul membuat alisnya menyatu.

doykim_0201 mulai mengikuti Anda.
doykim_0201 mengirimi Anda pesan.

Nama itu rasanya asing tapi dia merasa kenal.

Karena penasaran, jemari Se Riz kemudian meng-klik akun tersebut lalu munculah sebuah foto profil seorang pria berkaos hitam dengan v sign di depan wajah menutupi mata kanannya. Dibacanya biografi singkat di bawah foto. Do Yeon, ENKOTA. Melihat foto akun tersebut, wanita itu yakin jika Do Yeon itu adalah pria yang dia kenal.

Dia Do Yeon itu kan? batin Se Riz bertanya.

Saat Se Riz sedang meng-scroll isi postingan yang penuh selca si pemilik, Natha Kim menelpon lagi.

"Hai, girl. Sedang apa?" Sapa Natha begitu Se Riz menjawab panggilan.

"Hanya duduk saja," jawab Se Riz. Dia tak ingin mengaku sedang men-stalking akun seseorang.

"Menonton acara musik di televisi," tambah Se Riz begitu dia menyalakan televisi yang sedang memutar music video boygroup ENKOTA. Kebetulan sekali.

"Tadi aku menelponmu tapi tak kau angkat," kata Natha.

"Ah tadi? Aku tertidur, maaf," jawab Se Riz. "Kenapa, Tha?" Lanjutnya bertanya.

"Ingin tahu kabarmu," jawab Natha.

"Aku baik-baik saja. Kau sendiri?" Se Riz mengecilkan suara televisi.

"Seperti biasa sibuk dengan berkas-berkas kantor."

Se Riz tersenyum. "Dasar wanita karier. Tapi kau tak melupakan waktu makanmu kan, Tha?"

"Jangan khawatir. Aku selalu makan teratur. Memangnya kau," cibir Natha.

Se Riz hanya tertawa. Dia memang selalu rajin menasehati sang sahabat tapi lupa memperhatikan dirinya sendiri.

"Aku sudah makan di luar tadi," balas Se Riz. Matanya masih fokus ke arah layar yang sedang menampilkan Do Yeon bernyanyi. Wah, pria itu cukup tampan, ujarnya.

"Btw, Riz, aku belum bilang terimakasih."

"Untuk?"

"Foto Kim Do Yeon kemarin. Sepupuku sampai menangis begitu menerima foto yang kau kirim. Dia benar-benar mencintai idol itu."

Se Riz tertawa. "Bucin, hm?"

Natha tertawa. "Mungkin iya seperti kau yang bucin Taeyeo."

Se Riz ikut tertawa. "Aku? Ah, biasa saja hanya sekedar suka."

"Yakin?" Tanya Natha.

"Entahlah tak tahu juga." Jawaban Se Riz membuat sang sahabat kembali tertawa.

"Oia, fee mu akan aku transfer besok tak masalah kan?" ucap Natha.

"Aigoo. Tak perlu, Natha. Free untuk mu. Eum, sepupumu. Lagipula itu hanya foto," ucap Se Riz.

"Benar?"

"Heem. Tak masalah."

"Baiklah. Gomawo," kata Thata.

"Cheonma," balas Se Riz.

"Sebagai gantinya, bagaimana jika kita keluar? Sudah lama kita tak minum berdua. Ku traktir," ajak Natha.

"Boleh. Kapan?" Se Riz antusias. Memang sudah lama dia tak bertemu Natha. Ada hal yang ingin dia tanyakan.

"Malam ini. Bisa?"

~l'amour~

Se Riz dan Natha duduk di sebuah meja bar berbagi tawa. Menikmati waktu berdua setelah beberapa hari tak bersua.

Natha Kim, wanita sebaya dengan Se Riz hanya berbeda bulan lahir, sekarang memang sibuk bekerja di perusahaan peninggalan sang ayah sebagai CEO. Semenjak orangtuanya meninggal beberapa tahun lalu, sewaktu dirinya masih kuliah, Natha akhirnya harus mengurus perusahaan Kim Company di usia muda. Salah satu perusahaan properti bergengsi di Korea Selatan. Untung saja Natha mengambil kuliah bisnis jadi dia tak kesulitan saat harus bekerja di kantor.

Sedangkan Se Riz, wanita itu sibuk sebagai fotografer. Melakukan berbagai macam pemotretan di studio tempatnya bekerja di daerah Gangnam untuk majalah- majalah ternama Korea atau pengambilan iklan televisi.

Dia memilih bekerja dengan hobinya dibanding harus bekerja di perusahaan sang ayah. Meskipun saat kuliah Se Riz juga mengambil bisnis manajemen bersama Natha.

"Lalu untuk apa ilmu yang kau pelajari di kampus selama empat tahun, Se Riz?" Tanya Natha. "Sia-sia sekali padahal kau salah satu dari sekian lulusan terbaik."

Se Riz mengangkat bahu. Benar kata Natha, meski dia salah satu mahasiswi lulusan terbaik tapi dia enggan masuk ke dunia bisnis.

"Aku tak ingin pusing mengurusi saham, investor, inilah itulah dan apalah itu yang membuatku sakit kepala," jawab Se Riz. "Toh, masih ada Oppa yang bisa diandalkan oleh Appa," tambahnya.

Yoon Se Riz memang terlahir dari keluarga mampu, mungkin di atas mampu. Ayahnya, Yoon So Ji, adalah pengusaha, pemilik kawasan apartemen mewah di Korea yang tersebar di beberapa wilayah. Tuan Yoon mempunyai banyak relasi yang membuat bisnisnya maju.

"Kau itu lulusan bisnis, tak ingin membantu appa di kantor? Menerapkan ilmu yang sudah kau dapat di kampus?" Tanya sang ibu, Gong Hyo Ri, tempo hari yang langsung dijawab dengan gelengan Se Riz.

"I'm sorry, Eomma. I'm not interesting about company and businnes," jawab Se Riz.

Se Riz hanya sesekali saja datang ke kantor untuk membantu jika appa sudah mendesaknya.

"Setidaknya kau harus belajar agar suatu saat bisa meneruskan bisnis appa ini, Se Riz," perintah sang ayah.

"Bisa diatur, Appa, tapi tidak sekarang. Appa tahu aku sudah nyaman dengan pekerjaanku," balas Se Riz. "Lagipula Oppa kan sangat bisa diandalkan. Dia akan jadi penerus bisnis appa yang hebat. Appa tak perlu khawatir. Jadi biarkan aku fokus pada pekerjaanku, oke?"

Tuan Yoon hanya menghela napas melihat kekeraskepalaan sang putri dan membiarkan wanita itu melakukan yang dia inginkan termasuk menjadi model sejak masih kuliah dan sekarang menjadi fotografer yang cukup sukses. Hanya saja sang ayah tak menganggap fotografer sebagai pekerjaan.

"Berapa gaji yang kau dapat dari fotografi? Masa depan seperti apa yang akan kau dapat dari pekerjaanmu ini?" Tanya sang ayah. "Bukankah lebih baik berkerja di perusahaan Appa saja?"

Se Riz tersenyum menatap sang ayah.

"Appa, bekerja bukan hanya tentang gaji tapi passion dan kebanggaan. Itu sudah cukup bagiku dan aku bahagia. Lagipula dengan menjadi fotografer aku bisa bertemu dengan banyak artis dan itu sangat menyenangkan."

Ayah dan kakak laki-lakinya hanya menggeleng.

"Kau ingin jadi artis seperti eomma? Atau ingin dekat dan berkencan dengan artis?" Goda sang kakak, Yoon Doo Joon.

"Artis? Boleh juga," jawab Se Riz. "Tapi berkencan dengan aktor? Tidak! Aku tak mau termakan cemburu melihat kekasihku beradu akting dengan artis yang cantik."

Sang ibu hanya menggeleng. Begitupula sang ayah dan kakaknya.

"Iya terserah kau saja tapi ingat suatu saat kau harus hidup di perusahaan!" Titah sang ayah.

"Ne, algeussemnida, Sajang-nim," jawab Se Riz sambil membungkukkan badan 90 derajat, membuat ayahnya tergelak.

Jadi itulah mengapa Se Riz bekerja sebagai fotografer sekarang. Bekerja pada passionnya.

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Loey?" tanya Se Riz menyebutkan nama kekasih Natha.

"Baik-baik saja. Masih tetap berhubungan meski dengan kesibukan masing-masing. Dan kami selalu menyempatkan pergi bersama jika ada waktu," jawab Natha lalu mengangkat gelas wine nya.

"Syukurlah," Se Riz mengangguk. "Aku berdoa yang terbaik untuk hubungan kalian." Lanjutnya seraya mengangkat gelas winenya dan menempelkan dengan gelas Natha hingga terdengar dentingan nyaring.

"Terimakasih. Lalu kau sendiri?" Ganti Natha bertanya sebelum menyesap wine miliknya.

Se Riz mengendikkan bahu. "Seperti itu," jawabnya pendek.

Natha tak mengerti arti jawaban sang sahabat. Saat ingin bertanya, dia teringat sesuatu.

"Oia, aku ingin bertanya."

Kalimat Natha membuat Se Riz menoleh.

"Kau mengunggah foto pria sore tadi di akun instagrammu bukan? Siapa dia?" tanya Natha. Wanita cantik itu memang selalu kepo tentang pria di sekeliling Se Riz. Bahkan kata kekasihnya, Park Loey, Natha selalu ikut campur.

Tapi menurut Natha itu hal yang wajar karena Se Riz sahabatnya. Natha perlu tahu dengan pria seperti apa Se Riz berteman dan bergaul.

"Teman baru," jawab Se Riz pendek.

"Iya, tapi siapa, Se Riz?" Natha betul-betul ingin tahu. "Memangnya teman barumu tak punya nama?"

Dia tahu jika sang sahabat jarang mengunggah foto pria di akun miliknya. Tapi sekarang?

Se Riz memandang Natha lalu mendekat. "Kau percaya tidak jika aku bilang dia idol?"  tanya Se Riz pelan.

"Idol?"

Se Riz mengangguk.

Natha memandang sahabatnya itu. "Eum, melihat kau yang sudah lama menjadi fotografer dan banyak melakukan pemotretan, aku percaya kau pasti banyak teman artis atau orang televisi terkenal lain tapi idol?" Natha tampak berpikir. "Siapa?" Dia menaikkan alis.

"Kim Do Yeon dari ENKOTA," bisik Se Riz.

"What?!" Natha cukup terkejut. "Demi apa? Kau bohong." Wanita itu tak percaya.

Se Riz menggeleng. "Kau tahu aku bukan orang seperti itu."

"Tapi kenapa bisa? Setahuku kau membencinya," ucap Natha.

"Aku memang sempat tak suka padanya tapi ...." Se Riz tiba-tiba membayangkan bagaimana sikap Do Yeon. "He's not bad. Aku hanya belum mengenalnya."

Se Riz tersenyum tipis. "Dia orang yang cukup ramah kau tahu?"  Tambahnya.

Natha bersedekap. "Bagaimana kau bisa bersamanya?"

"Kau kan tahu, Juon satu boygroup dengannya. Dan mereka berdua akrab," jawab Se Riz.

"Juon?" Natha kurang paham.

"Jung Won sepupuku. Anak dari adik ibuku," jelas Se Riz. "Tempo hari aku pernah bercerita padamu yang masuk eSeM sebagai penyanyi."

Natha ber-oh dan mengangguk. "Oh, yang pirang itu?"

Se Riz membenarkan. "Dan aku bisa bersama Kim Do Yeon tadi karena dia mengembalikan dompetku yang tertinggal di mobilnya saat kami bertiga keluar kemarin malam," cerita Se Riz.

"Kau tak bercerita padaku kalian pergi bersama," kata Natha. "Kau pergi dengan idol."

"Kau sibuk dan aku baru sempat bercerita padamu sekarang," jawab Se Riz.

"Jadi bagaimana ceritanya kau bisa keluar dan jalan dengan idol?" Natha ingin tahu.

"Juon mengajakku keluar Minggu lalu dan kebetulan Do Yeon ikut, lalu kami berkenalan dan singkatnya kami berteman. Well, dia tak sejutek yang aku kira."

Kim Natha hanya mengangguk mendengar cerita Se Riz. "Lagipula kau aneh membenci idol itu tanpa alasan yang jelas," komen Natha.

"Hei, bukan tanpa alasan yang jelas juga. Dia memang dingin sekali padaku, menatapku seperti punya dendam. Aku tak suka pria seperti itu," Se Riz mencembik.

"Iya, tapi bencimu sedikit tak wajar. Aku hanya khawatir," kata Natha.

"Khawatir apa?" Tanya Se Riz.

"Khawatir kau menyukainya," Natha memandang Se Riz.

"Jangan bercanda Natha." Se Riz melambai sambil tertawa.

Natha mengangkat bahu. Dia seperti ingin bicara sesuatu tapi diurungkan.

"Omong-omong katakan padaku," Se Riz memandang Natha.

"Apa?" tanya Natha. Wanita itu mengangkat botol wine yang dipegangnya.

"Memangnya benar jika kita melihat salju pertama yang turun dengan seseorang dia akan menjadi jodoh kita?" tanya Se Riz.

Natha tampak berpikir sambil meletakkan botol di tangannya kembali ke meja. "Aku pernah mendengar hal semacam itu. Tapi itu terjadi jika konteksnya mereka adalah sepasang kekasih."

Se Riz memandang Natha lalu mengangguk. "Oh ...."

"Kenapa?"

"Hanya bertanya," jawab Se Riz lalu menyesap wine.

"Kau, saat salju tadi turun bersama siapa?" tanya Natha.

"Kenapa?"

"Hanya bertanya," kata Natha membalik ucapan Se Riz.

Se Riz hanya tersenyum tipis. Dia tak berniat menjawab.

Jadi jika mereka sepasang kekasih, batin Se Riz. Berarti tidak termasuk aku dan Kim Do Yeon kan? Aku lega.

"Tapi..."

Se Riz menoleh ketika Natha kembali bersuara.

"Masalah jodoh atau tidak menurutku bukan karena dengan siapa kau saat salju pertama turun tapi bagaimana kau menjalani hubungan itu," ucap Natha.

Se Riz mengangguk. Membenarkan ucapan Natha.

"Lalu jika saat salju pertama turun kau berada di luar dengan orang lain bagaimana?" tanya Se Riz.

Natha menatap sang sahabat. "Dengar, Se Riz, jodoh atau tidaknya kita bukan karena salju turun atau saat kau melihatnya pertama kali dengan pasangan mu atau siapa, tapi jodoh itu jika Tuhan memang menghendaki kalian untuk bersatu. Jadi bukan masalah salju," jelas Natha panjang.

Se Riz mengangguk - angguk. "Okay. I get it."

"Kenapa kau tertarik dengan hal itu?" tanya Natha.

"Hanya bertanya, Natha. Ada temanku yang mengatakan hal itu dan otakku terus memikirkannya," jawab Se Riz.

Natha menghela napas lalu berujar. "Jika kau bersama seorang pria, dan dia menyukaimu mungkin suatu saat kalian akan bersama."

"Iyakah?"

Natha mengangkat bahu. "Jika kau percaya mitos."

"Tapi... Aneh sekali... Sebenarnya apa yang dia ucapkan?" Se Riz berbicara sendiri.

"Kau kenapa sih?" Natha heran melihat sahabatnya seperti bingung sendiri.

Se Riz menggeleng. "Bukan apa-apa. Lupakan saja," ucapnya lalu meminum habis wine di gelas miliknya.

E

h, Tha. Apa kau bersama kekasihmu saat salju pertama turun tadi?" tanya Se Riz.

"Tentu saja," jawab Natha. "Dia menjemputku ke kantor tadi sore."

"Ah, aku iri padamu," Se Riz menghela napas.

Natha tersenyum. "Mengapa harus iri? Seperti kau tak punya kekasih saja."

Se Riz tersenyum tipis.

~l'amour~

Pukul 23.19.

Se Riz duduk bersandar di kepala ranjang, mengecek pekerjaannya sebelum dia kirim pada kliennya via email besok.

"Aaaahhh..." Selesai dengan pekerjaannya, Se Riz merentangkan kedua tangannya. Meregangkan otot lehernya sebelum menyingkirkan laptop dan meletakkannya ke nakas.

Dia sudah merebahkan badannya dengan nyaman, bersiap memejamkan mata yang lelah karena menatap laptop cukup lama ketika dia merasa ada sesuatu yang mengganggunya.

Matanya menatap langit-langit kamar dengan pikiran berlarian. Apa yang dia lupakan?

"Ah. Kim Do Yeon," ucapnya lalu kembali duduk dan meraih ponsel yang sedang dia charge.

Sepertinya pria itu mengiriminya pesan lewat IG. Dan dia melewatkannya.

Ternyata benar. doykim_0201 mengirim pesan.

Sudah beberapa jam yang lalu. Waktunya sama saat Do Yeon mengomentari postinganya.

Ingin tahu, Se Riz segera membuka DM.

Hai, ini aku. Do Yeon.
Apa kau mau men folback akun ku? Aku ingin berteman denganmu di socmed juga.
Hehe.

Sudut bibir Se Riz terangkat. Pesannya lucu.

Menelengkan kepala, dia mengetuk telunjuknya pada layar ponsel.

Haruskah dia balas? Pikirnya.

Tapi jemarinya tanpa dia duga justru menari di atas keyboard ponsel. Membalas pesan Do Yeon.

Hai juga Do Yeon. Aku tahu itu kau.
Soal fb akun mu? Lain kali saja y.

Se Riz mengetik pesannya dengan seulas senyum. Lalu kembali menambahkan.

Hehe. Aku bercanda, Do Yeon.
I did.

Setelah yakin jika akun yang mengikuti tadi akun Do Yeon, Se Riz memang sudah mengikuti balik akun pria itu.

Lima menit balasan terkirim, tak ada respon. Tak ada bulatan hijau di bawah  akun Do Yeon yang berarti pria itu tak aktif.

Pasti dia sudah tidur sekarang, pikir Se Riz setelah mengecek jam di ponselnya. 23.45. Dia menghela napas.

Wanita itu tersenyum tipis. Mengapa dia menghela napas seolah kecewa? Se Riz mengangkat bahu lalu men-scroll acak aplikasi Instagram. Meng-like postingan yang dia suka. Menulis komentar di beberapa akun yang dia kenal. Lalu pandangan matanya berhenti pada postingan Do Yeon yang lewat.

Alisnya menyatu. Diperhatikannya betul-betul foto yang diunggah pria yang beberapa saat lalu memaksa menjadi teman barunya itu.


"Bukankah itu tanganku?" tanya Se Riz. Meski awalnya ragu tapi dia yakin itu tangannya. Tak mungkin salah mengenali tubuhnya sendiri. Se Riz masih ingat saat dia mengangkat tangannya saat salju turun di kafe tadi. Tangan kiri seperti di foto Do Yeon. Dan cincin itu. Itu memang dia.

Jadi Do Yeon mengambil gambarnya tanpa sepengetahuan nya? Hanya tangan atau yang lain? Haruskah dia marah? Ah, tapi tunggu, bukankah dirinya juga melakukan hal yang sama? Dia mengunggah foto Do Yeon yang dia ambil tanpa ijin.

Anggap saja impas. Aku mengambil fotonya dan dia mengambil fotoku. Lagipula hanya tangan, kata Se Riz dalam hati.

Se Riz kemudian membaca caption yang ditulis Do Yeon, "Mulai saat ini, aku akan selalu menyelipkan namamu di setiap doa ku."

"Namaku?" Tanya Se Riz pada diri sendiri. "Kenapa?"

💚

----Notes

Selca : Foto selfi

Bucin : Budak cinta

Fee : Bayaran

Aigoo : Astaga

I'm sorry, Eomma. I'm not interesting about company and businnes : Maaf Ibu. Aku tak tertarik dengan perusahaan dan bisnis.

Cheonma : Tak masalah

Investor : Penanam uang atau saham dalam perusahaan

Eomma : Ibu

Oppa : Panggilan kakak laki-laki oleh wanita yang lebih muda

Appa : Ayah

Passion : Keinginan atau hasrat yang kuat terhadap sesuatu

Algeussemnida : Baik (formal)

Sajang-nim : Direktur

He's not bad : Dia tak buruk.

Ok. I get it : Oke aku mengerti.

Charge :  Isi

Caption : Penjelasan yang disisipkan di bawah suatu gambar

----Cast

Kim Na Hee as Natha Kim

----
Se Riz Yoon
05.09.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp