Yang Tertinggal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'

Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif, hasil imajinasi penulis.

💚

Se Riz sampai di apartemen pukul 19.27. Diantar oleh Kim Do Yeon.

Begitu masuk apartemen, dia merebahkan badannya di ranjang. Tubuhnya terasa lelah setelah berkeliling selama hampir tiga jam saat kencan tadi. Kini matanya pun terasa berat. Dering ponselnya yang terdengar bahkan tak ia hiraukan.

Se Riz jatuh ke alam mimpi begitu mudah.

Baru pada pukul 21.45 gadis itu terbangun. Dia membuka mata perlahan sambil mengumpulkan sebagian nyawanya yang masih tertinggal di alam mimpi.

Satu hal yang cukup mengejutkan, dia memimpikan Kim Do Yeon.

Se Riz menggeleng.

"Aneh sekali," gumamnya. "Memimpikan pria itu adalah hal yang tak pernah aku bayangkan. Apalagi bermimpi dia melamarku. Gila!"

Sejurus dia mendudukkan badannya. Memandang seisi kamar dan berhenti pada ponselnya yang tergeletak di nakas. Benda pipih itu menyala.

Dia kemudian beringsut mendekat. Menyisir rambut panjangnya sebelum meraih handphone.

Banyak notifikasi yang masuk selama ia tertidur. Dari orang-orang terdekat nya dan teman satu circle pekerjaannya. Lalu alisnya naik saat melihat satu pesan dari nomor tak dikenal.

"Siapa?" Dia bertanya.

Tapi benda pipih itu kembali dia letakkan di nakas. Menunda mencari tahu siapa pengirim pesan karena dia harus mandi. Badannya lengket.

"Rasanya air dingin bisa membuat badanku segar," ujarnya lalu melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

"Begitu pulang kerja langsung mandi. Jika cuaca di luar dingin, pakailah air hangat. Usahakan jangan mandi terlalu malam. Aku tak ingin kau sakit."

Tapi saat Se Riz teringat ucapan seseorang, ia mengurungkan niatnya tadi.

Wanita itu mendekap dirinya sendiri saat hawa dingin menyapa tubuhnya.

"Baiklah. Aku mandi air hangat saja. Sekarang sudah terlalu malam," ucapnya seolah menjawab nasehat orang itu.

Setengah jam setelah mandi, mengenakan piyama lengan dan celana pendek bermotif bunga matahari, Se Riz kembali meraih ponselnya. Kali ini bukan duduk di ranjang tapi gadis itu keluar kamar, menuju pantry.

Setelah meneguk segelas air, dia mendudukkan diri di salah satu kursi makan dan mengecek ponselnya.

Pesan dari nomor tak bernama tadi menyita perhatiannya. Isi pesannya singkat.

Halo. Ini aku.

Se Riz mengerutkan alis. Aku siapa? batinnya.

Dia lalu membalas.

Aku siapa?
Maaf, apa aku mengenalmu?

Se Riz memperhatikan profile picture pengirim pesan, tapi sayang sekali wajahnya tak terlihat karena terhalang tangan. Wanita itu tak bisa menebak itu siapa. Tapi yang jelas si pengirim pria.

Tak berapa lama, balasan datang.

Aku Do Yeon.

Bibir Se Riz membulat membaca pesan itu. Do Yeon?

Do Yeon? Kim Do Yeon ENKOTA?

Tanya Se Riz di chat.

Kim Do Yeon
Menurutmu ada Do Yeon lain selain aku?

Se Riz menggeleng. Entahlah. Dia tak tahu. Nama itu jarang ia dengar.

Lagi-lagi dahinya menyatu. Bagaimana Do Yeon tahu nomornya?

Kim Do Yeon
Aku meminta nomormu dari Jung Won. Kau keberatan?

Se Riz menggeleng. Padahal dia belum bertanya tapi Do Yeon sudah menjawab pertanyaan dalam benaknya.

Apakah dia bisa membaca pikiranku? batin Se Riz.

Wanita itu lalu tertawa tanpa suara. Keberatan? Walaupun keberatan juga tak ada gunanya. Do Yeon sudah menyimpan nomornya.

Se Riz
Tak masalah.
Lalu... Ada apa, Do Yeon-ssi?

Kim Do Yeon
Um, sepertinya dompetmu tertinggal di mobilku. Terjatuh tanpa kau sadari.

Dompetnya? Benarkah? Se Riz ragu. Bukan modus kan?

Tapi kemudian Do Yeon mengirim gambar sebuah dompet berwarna soft blue bergambar daun clover.

Kim Do Yeon
Dompetmu bukan?

Se Riz mengangguk. Itu memang dompet miliknya. Jadi terjatuh di mobil tanpa dia sadari?

Se Riz
Itu memang dompetku.

Kim Do Yeon
Untung saja tidak terjatuh di jalan dan hilang.

Se Riz mengangguk lalu membalas.

Kamsahamnida, Do Yeon-ssi.🙏

Kim Do Yeon
Sama-sama, Se Riz-ssi.

Dari tempat yang berbeda, Se Riz dan Kim Do Yeon memandang ponsel masing-masing.

Do Yeon menunggu Se Riz membalas, tapi wanita itu hanya menatap ponselnya dalam diam. Dia berpikir jika Do Yeon sudah menyudahi chat dan dia tak perlu mengetik sesuatu.

Tapi Kim Do Yeon merasa belum selesai. Pria itu mengambil napas dan kembali mengirim pesan pada Se Riz.

Se Riz menatap ponselnya yang kembali berdenting. Rupanya Kim Do Yeon masih mengirim pesan.

Kim Do Yeon
Jadi..
Perlu kuantar ke apartmu sekarang?

Apa? Dia mau mengembalikan dompetku? Sekarang? Batin Se Riz.

Se Riz lalu mengecek waktu pada jam digital di nakas. 22.20. Sudah mulai larut. Dia tak ingin merepotkan.

Se Riz
Sudah terlalu malam, Do Yeon-ssi. Aku tak ingin mengganggu waktu istirahatmu.


Saat itu nama Jung Won melintas di pikirannya dan dia kembali menulis pesan.

Se Riz
Ah, kau bisa menitipkan dompetku pada Jung Won.
Dia pasti tak keberatan mengantarkan dompetku ke apartemen besok.

Do Yeon menggeleng. Dia tak sependapat.

Kim Do Yeon
Aniyo. Aku yang akan mengantarkannya.
Kau ada waktu besok, Se Riz-ssi?

~l'amour~

Do Yeon sedang berkirim pesan sambil berbaring di ranjang saat Jung Won masuk ke kamarnya.

"Hyung, punya cola?" tanya Jung Won sambil melangkah menuju refrigerator mini di sudut kamar Do Yeon.

"Sepertinya ada jika belum diambil anak-anak," jawab Do Yeon tanpa mengalihkan pandangan dari gadget birunya.

Jung Won mengangguk dan menemukan apa yang ia cari kemudian mengambilnya. Pria itu lalu duduk di kursi dekat ranjang sambil melirik Do Yeon yang tersenyum tipis memandang ponselnya.

"Ibumu, Hyung?" tanya Jung Won.

"Bukan," jawab Do Yeon singkat.

"Siapa?"

"Teman...?"

"Oh.."

Meski kepo, Jung Won tak berniat bertanya lebih. Toh, Do Yeon akan memberitahunya tanpa di tanya nanti. Dia kembali meneguk cola di tangannya dan matanya menyipit saat melihat sesuatu tergeletak di nakas dekat pot Rosemary kesayangan Do Yeon.

"Hyung," panggil Jung Won.

"Hmm?"

"Aku baru tahu jika selera dompetmu seperti wanita," kata Jung Won.

Do Yeon mengalihkan perhatiannya. Dia tahu kemana arah mata Jung Won tertuju. Dompet Se Riz.

"Itu milik Se Riz," jawabnya.

"Se Riz? Se Riz noona? Bagaimana bisa?" tanya Jung Won.

"Jatuh di mobil."

"Mobil?" Jung Won membeo.

"Setelah kau pergi, aku makan dengan Se Riz  dan mengantarnya pulang. Kau lupa? Dompetnya kutemukan di bawah kursi mobil. Pasti dia tak sadar benda itu terjatuh," jelas Do Yeon.

"Ah, iya. Pasti begitu. Lalu kenapa tak langsung kau kembalikan, Hyung?" tanya Jung Won.

Do Yeon menyugar rambutnya kemudian menjawab, "Aku juga baru sadar begitu sampai di dorm. Aku tak mungkin memutar balik. Pasti dimarahi Taeyeo Hyung."

Jung Won mengangguk.

"Mungkin aku harus mengembalikannya besok."

Itu suara Jung Won.

"Tak perlu. Biar aku saja." Do Yeon tak setuju.

Jung Won menatap Do Yeon beberapa saat lalu mengangguk.

"Ah, tentu saja. Kan kau yang menemukannya, Hyung," kata Jung Won. Dia lalu berdiri setelah cola nya habis. "Gomawo, colanya Hyung," lanjut Jung Won. Dia berniat kembali ke kamar.

"Aku akan membeli lagi besok untuk stok jika kau mau. Dan beberapa snack camilan," ucap Do Yeon.

Jung Won tersenyum. "Kau terbaik. Aku pergi."

"Ne." Do Yeon mengangguk.

Jung Won berjalan ke arah pintu. Tapi dia berbalik sebelum keluar.

"Jadi kau meminta nomor Se Riz noona karena dompet nya tertinggal, Hyung?"

Do Yeon memandang Jung Won lalu mengangguk. "Tentu saja. Kau pikir?"

Jung Won mengendikkan bahu. "Kupikir kau ingin mendekati nya."

Mata Do Yeon membulat. Lalu tertawa pelan.

"Kenapa, Hyung?" tanya Jung Won.

Do Yeon menggeleng.

Jung Won mengangguk. "Tapi hyung, aku rasa tak masalah jika kau berniat mendekati noonaku, hanya saja..."

Ucapan Jung Won yang menggantung membuat alis Do Yeon terangkat.

"Wae?" tanya Do Yeon.

Tapi Jung Won lalu menggeleng dan tersenyum.

"Tidak. Selamat malam, Hyung," kata Jung Won.

Do Yeon mengangguk lalu memandang ponselnya.

"Jung Won!" panggil Doyoung. "Ah dia sudah pergi?" tanyanya saat tak melihat Jung Won di kamarnya.

"Kenapa, Hyung?"

Tiba-tiba Jung Won membuka pintu kamar Do Yeon dan menyembulkan kepalanya di sana.

Do Yeon meringis lalu duduk dan memandang Jung Won serius. "Em.. Kau.. Berhubungan dengan Se Riz?"

Alis Jung Won naik. Tak mengerti. "Berhubungan apa?"

"Maksudku. Hubungan kalian seperti apa? Kau menyukainya?" Tanya Do Yeon.

Jung Won mengangguk cepat. "Tentu saja aku menyukainya."

Do Yeon diam lalu mengangguk pelan melihat senyum di wajah Jung Won.

"Ah begitu. Oke," ucap Do Yeon.

"Kenapa?"

Do Yeon hanya menggeleng. "Tak apa."

Jung Won memandang Do Yeon heran. "Kau aneh, Hyung."

Do Yeon hanya mengangkat bahu lalu kembali menatap ponselnya setelah Jung Won menutup pintu.

Dia lalu merebahkan diri di ranjang. Meletakkan ponselnya di samping boneka beruang kutub di sudut ranjang.

Do Yeon menatap langit-langit  kamar nya sambil berpikir. Jung Won berkata dia menyukai Se Riz. Mungkin wanita itu juga sebaliknya dilihat dari cara dia menatap Jung Won kemarin. Dari mata orang biasa pun pasti mengira mereka pasangan kekasih melihat bagaimana interaksi mereka berdua. Apakah mereka ada hubungan lebih?

Do Yeon menghela napas. Mengapa rasanya dia tak suka apa yang baru saja dia pikirkan?

Ting!!

Do Yeon melonjak kaget saat ponselnya berdenting nyaring di heningnya kamar. Tangannya lalu terulur meraih ponsel dan sebuah nama membuat senyumnya terangkat. Apalagi setelah membaca isi pesan.

Se Riz
Besok kita bertemu setelah aku pulang bekerja, bagaimana?  Aku akan memberitahumu tempatnya.

💚


----Notes

Chat : Obrolan

Pantry : Dapur

Profile picture : Gambar profil

Circle : Lingkaran

Aniyo : Tidak

Refrigerator : Kulkas

Gadget : Peranti elektronik dengan fungsi praktis (handphone)

Gomawo : Terimakasih

Wae : Kenapa?

Ne : Iya

----
Se Riz Yoon
31.08.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp