Ide Gila

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'
Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fikL'AMOURtif,
hasil imajinasi penulis.

💚

Author's POV

"Jadi hyung ditolak kan?" Tebak Jung Won saat mendapati raut muka menyedihkan Do Yeon. Dia datang ke kamar hyung favoritnya itu, meminta beer.

Do Yeon tak berniat untuk menjawab, pun menoleh. Dia sedang sibuk dengan hatinya yang patah.

Well, penolakan itu sudah cukup membuat semangatnya hilang. Dan sekarang dia galau.

Moodnya down semenjak pulang dari kafe tadi.

"Kau mencintai pria itu?" Tanya Do Yeon sebelum dia berpisah dengan Se Riz.

Dan senyum manis Se Riz sudah cukup menjawab pertanyaannya.

"Ah, mengapa dia harus mempunyai kekasih?" Gerutu Do Yeon.

Jung Won yang duduk sembari melihat tayangan Netflix hanya melirik pria yang lebih tua itu.

"Sudahlah, Hyung. Kau cari wanita lain saja. Banyak yang mau denganmu atau kau bisa kembali pada mantanmu Sej–"

"Tapi aku menginginkan Se Riz, Jung Won. Hanya dia!" Potong Do Yeon cepat. "Dan jangan pernah menyebut nama wanita itu lagi. Kami sudah berakhir!"

Tatapan tajam Do Yeon membuat Jung Won meringis.

"Santai, Hyung. Aku hanya ingin menghiburmu," ucap Jung Won lalu kembali menonton drama.

"Tapi kau justru membuatku kesal dengan membawa nama wanita itu," wajah Do Yeon terlihat masam.

"Maaf, Hyung," Jung Won merasa tak enak. Dia menunduk.

Melihat ekspresi dongsaengnya seperti itu, Do Yeon menghela napas. "Sudah lupakan. Aku tak bermaksud marah padamu. Aku hanya kesal."

Jung Won melirik Do Yeon yang duduk di ranjang sambil menatap ponselnya.

"Ah, hatiku," ucap Do Yeon sambil meraba dadanya kemudian merebahkan diri di ranjang. Ingin beristirahat karena malam mulai beranjak. Tapi sosok Se Riz masih mengganggunya. Berkeliaran di pikirannya. Membuat pria manis itu bergerak gelisah. Dia tak bisa memejamkan mata.

"Hyung, aku pergi dulu," kata Jung Won yang sudah berdiri dan mematikan siaran Netflix.
"Terimakasih beernya."

Do Yeon memandang Jung Won dan hanya menggumam.

"Tidurlah, Hyung. Agar hatimu sedikit lebih baik," kata Jung Won sebelum keluar dari kamar Do Yeon.

Usul Jung Won masuk akal. Mungkin dia butuh tidur agar galau nya hilang, tapi ternyata tidak.

Do Yeon tak bisa memejamkan mata. Hatinya pun bukannya membaik tapi bertambah rumit. Pria itu masih terjaga hingga lewat tengah malam. Meski akhirnya mata kelincinya lelah dan dia terlelap saat jam menunjukkan pukul 03.00 pagi.

Sayang sekali Do Yeon harus bangun saat Taeyeo masuk ke kamarnya pukul 07.00.

"Yak, Kim Do Yeon bangun!!!! Kita ada latihan satu jam lagi. Bangun, pemalas!!!" Gelegar sang leader.

Pendengaran Do Yeon menangkap apa yang diucapkan hyung nya itu tapi dia enggan membuka mata apalagi bangun.

Dia baru tidur selama beberapa jam. Saat dia sedang enak-enak nya tidur mengapa harus diganggu?

Lee Taeyeo menatap Do Yeon yang tak bergerak. Lalu menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Do Yeon. Membuat tubuhnya menggigil kedinginan saat hawa dingin menyentuh kulitnya.

"Nnngghhh, beri aku waktu setengah jam lagi," gumam Do Yeon sambil membalikkan badan membelakangi Taeyeo yang berkecak pinggang.

"BANGUN SEKARANG KIM DONG YEON!!!!!!!"

*

Do Yeon menghela napas lelah. Latihan kali ini dia tak bisa berkonsentrasi. Tak terhitung berapa kali Taeyeo menegurnya karena gerakannya yang salah atau terlambat. Hingga sang leader mengentikan latihan dengan kesal.

"Kim Do Yeon! Kau mengecewakan u!" Kata Taeyeo.

Do Yeon hanya mendesah. Lalu meminum air mineral dari botol dengan tak semangat.

Tak jauh darinya Jung Won dan Jae Hyuk tampak berbisik.

"Do Yeon hyung kenapa?" Tanya Jae Hyuk.

Jung Won mengangkat bahu. "Masalah hati."

Alis Jae Hyuk naik. "Hati?"

"Ya seperti itu lah." Jung Won enggan menjelaskan.

Tak mendapat jawaban yang memuaskan Jae Hyuk hanya mengangguk. Yah, bukan urusanku juga, batinnya.

Berbeda dengan Ha Joon yang memandang Do Yeon simpati lalu melangkah mendekat dan duduk di sampingnya.

"Kau terlihat  kacau hari ini. Apa kau baik-baik saja, Do Yeon?" tanya Ha Joon.

Do Yeon menoleh pada pria Chicago itu lalu kembali mendesah.

"Aku mengacaukan latihan," jawab Do Yeon.

"Iya tapi kenapa? Ada apa denganmu hari ini? Kau terlihat berantakan."

Do Yeon tersenyum tipis. "Berantakan? Terlihat seperti itu?"

Ha Joon mengangguk. "Seperti orang yang sedang patah hati."

Ha Joon mengucapkan itu sebagai gurauan tapi dia tak tahu jika memang itu yang terjadi. Kim Do Yeon sedang patah hati.

"Yah kau benar, Hyung. Aku patah hati," jawab Do Yeon lirih.

"Oh, patah hati," Ha Joon mengangguk. Lalu menoleh dengan terkejut begitu sadar yang diucapkan pria di sampingnya. "What?!?! Are you serious? How come?"

~l'amour~

Ha Joon mendengar cerita singkat Do Yeon tanpa menyela atau berkomentar hingga pria yang dijuluki Dotokki itu menyudahi ceritanya.

"Jadi seperti itu, Hyung. Aku patah hati," kata Do Yeon.

Mereka sudah kembali ke dorm   dan Ha Joon sedang berada di kamar Do Yeon saat ini.

"Kau yakin dengan perasaanmu pada wanita itu?" tanya Ha Joon.

Do Yeon mengangguk.

"Bukan hanya sekedar suka?"

Do Yeon menggeleng. "Aku bukan anak remaja lagi yang merasakan cinta monyet, Hyung. Aku jatuh hati padanya."

"Tapi kau bilang kalian baru mengenal. Kenal di mana? Siapa? Dia idol?" Cecar Ha Joon.

"Bukan. Hanya wanita biasa," jawab Do Yeon. "Ah, tidak. Dia bukan wanita biasa. Dia fotografer cukup terkenal yang bekerja di sebuah studio ternama di Gangnam," lanjutnya bercerita.

"Dia kakak sepupu Jung Won," tambah Do Yeon. "Aku pertama kali bertemu dengannya saat fansign beberapa waktu yang lalu. Entah kau mengingatnya atau tidak."

Ha Joon terdiam mencoba mengingat. Tapi dia menggeleng. Begitu banyak yeoja yang mereka temui, dia tak yakin wanita yang mana yang dimaksud Do Yeon.

"Love at the first sight, hum?" tanya Ha Joon kemudian.

Do Yeon mengangguk ragu. "Mungkin. Aku tertarik padanya karena dia berbicara sinis padaku."

Alis Ha Joon naik. Cerita Do Yeon cukup menarik.

"Wow, itu aneh. Kau bertemu seseorang yang seperti dirimu. Sinis. Kenapa?" Ha Joon ingin tahu.

Do Yeon mengangkat bahu. "Dia bilang aku terlihat dingin dan tak bisa tersenyum. Dia juga bilang tak butuh tanda tanganku karena aku bukan biasnya."

Ha Joon tertawa. "Whoa, ternyata ada wanita yang menolak Kim Do Yeon."

"Sangat menyebalkan," ucap Do Yeon cemberut. "Tapi karena itu aku menyukainya."

"Apa dia cantik? Seorang pria tak mungkin menyukai yeoja menyebalkan kecuali dia cantik," kata Ha Joon.

"Yah, entah jika menurutmu. Tapi bagiku cantik."

Otak Do Yeon memutar kembali ingatan di mana Se Riz tengah tersenyum. Dia memang cantik, batinnya.

"Dibanding Sejung?"

Do Yeon menatap tajam Ha Joon. Membuat pria besar itu tersenyum tipis. Dia tahu Do Yeon sangat sensitif jika nama itu disebut.

"Sorry. I just want to know," ucap Ha Joon.

Do Yeon memutar bola matanya.

"Jangan-jangan foto tangan yang sempat kau unggah dulu itu tangan Se Riz?" Tebak Ha Joon.

Do Yeon mengangguk. "Benar, Hyung."

"Aku jadi penasaran seperti apa dia.  Kau tak berniat menunjukkan fotonya padaku?" Ha Joon memandang Do Yeon yang hanya menggeleng.

"Nanti kau bisa membocorkannya pada yang lain," ucap Do Yeon.

"Kau tak percaya pada hyungmu ini?" Tanya Ha Joon.

"Bukan tapi...," Do Yeon menghela napas lalu mengambil ponsel di ranjang. Dia menuju galeri. Mencari foto Se Riz dan menunjukkannya pada Ha Joon.

"Wah, dia memang cantik,"  komentar Ha Joon setelah melihat foto Se Riz yang hanya Do Yeon tunjukkan selama 3 detik.

"Tapi aku menyukai Se Riz bukan karena dia cantik. Tapi karena hatiku selalu menghangat setiap kali dia menatapku. Sikapnya padaku membuatku nyaman, Hyung. Dan saat aku jauh darinya, atau sehari tanpa kabarnya, aku gelisah."

"Jadi Kim Do Yeon patah hati karena wanita yang membuatnya jatuh hati ternyata sudah mempunyai kekasih?" Ha Joon menyimpulkan.

Do Yeon mengangguk dengan tak semangat. Dia menggigit jarinya.

"Ah sayang sekali." Ha Joon bersimpati.

"Aku benar-benar jatuh hati padanya, Hyung. Aku ingin memilikinya," ucap Do Yeon.

Kalimatnya diucapkan dengan sungguh-sungguh. Ha Joon bisa merasakan itu.

"Lupakan saja, dia sudah milik orang lain, Do Yeon," kata Ha Joon.

"Tapi kan hanya kekasih, Hyung, bukan suaminya," sahut Do Yeon.

"Lalu apa? Kau masih ingin tetap mendekatinya atau kau berniat merebut wanita itu dari kekasihnya?" Canda Ha Joon.

Do Yeon memandang Ha Joon lalu tersenyum tipis.

"Merebut dia dari kekasihnya ya?" Do Yeon mengulang kalimat Ha Joon. "Ide yang bagus, Hyung. Mungkin bisa aku coba."

Ha Joon membelalak. "Apa maksudmu? Aku hanya bercanda tadi. Kau tak serius ingin melakukan itu kan?"

Do Yeon tersenyum smirk. "Akan kulakukan, Hyung."

"Do Yeon, jangan bercanda!"

Do Yeon menggeleng. "Aku serius, Ha Joon Hyung."

"Tapi aku–"

"Thank's, Hyung," potong Do Yeon cepat lalu menepuk bahu Ha Joon. "Tak sia-sia aku bercerita padamu. Sekarang aku tahu apa yang harus ku lakukan."

"Kim Do Yeon, kau gila jika mau melakukan hal itu." Ha  Joon menggeleng.

"Tak apa. Aku rela menjadi gila jika bisa mendapatkan Se Riz."

💚




----
Se Riz Yoon
12.09.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp