Patah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'
Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hasil imajinasi penulis.

💚

DO YEON'S POV

"Do Yeon?"

Aku menoleh begitu seseorang menyapa namaku. Senyumku mengembang begitu melihat Se Riz berdiri di hadapanku.

Akhirnya dia datang juga, batinku.

"Maaf, aku terlambat. Pekerjaanku selesai lebih lama dari yang aku kira," tambahnya sebelum menarik kursi di depanku.

"Tak apa, pekerjaanmu lebih penting," balasku.

"Sudah lama?" Dia bertanya.

Tiga puluh menit. Cukup lama. Tapi aku menggeleng.

"Tak masalah berapa lama, aku akan tetap menunggumu," ucapku sambil memandang wanita di depanku itu yang tersenyum.

"Kau ingin makan apa?" Lanjutku menilik menu sementara Se Riz sibuk dengan ponselnya yang berbunyi.

"Eum, mungkin dessert saja dan ice coffee latte, please. Aku tak begitu lapar," jawabnya tanpa menoleh padaku.

Aku mengangguk lalu memilih beberapa dessert. Mungkin cake saja, pikirku. Kupanggil pelayan wanita yang kebetulan melewati meja kami. Dia pun pergi setelah aku menentukan menu.

"Sibuk hari ini?" Tanyaku setelah Se Riz menyimpan ponselnya.

"Ya, begitulah. Pemotretan terakhir tak berjalan sesuai rencana," jawab Se Riz lalu menghela napas.

"Kenapa?" Aku ingin tahu.

"Modelnya lumayan susah diatur."

"Seperti?"

"Terlalu banyak meminta dan protes padahal seharusnya kami team yang mengarahkan bagaimana dia harusnya bersikap di depan kamera. Membuatku kesal."

Se Riz mendengkus.

Aku tersenyum tipis. Dia terlihat kesal tapi justru terlihat manis di mataku.

Ah, aku lupa apakah aku sudah memberitahu kalian jika dia wanita yang aku suka? Belum? Haruskah aku bercerita? Kurasa kalian tak keberatan untuk mendengar kan? Tidak akan lama aku hanya akan bercerita intinya saja.

Yoon Se Riz, seorang fotografer di sebuah studio terkenal di daerah Gangnam. Wanita berusia 26 tahun akhir tahun ini, yang terpaut satu tahun denganku, yang membuatku tak bisa berhenti memikirkannya karena dia memarahiku saat fansign grup kami beberapa waktu lalu. Dia dengan jujurnya berkata tak menyukaiku. Dari sekian banyak yeoja yang menyukai Kim Do Yeon baru kali ini aku bertemu dengan fans yang berkata seperti itu. Jika kalian bertanya apa aku marah? Tidak. Justru aku tertarik padanya. Dia berbeda. Dan secara kebetulan takdir mempertemukan kami kembali dengan bantuan Jung Won yang ternyata adalah sepupu Se Riz, aku bisa berkenalan dan dekat dengannya. Kedekatan yang membuatku semakin jatuh hati padanya.

Dan di sini, aku meminta bertemu dengannya untuk mengungkapkan isi hatiku. Aku serius dengan perasaanku.

"Apakah kau free, Do Yeon?" Tanya Se Riz.

Aku mengangguk. "Iya, free. Setelah promosi beberapa waktu lalu sekarang kami bisa sedikit bersantai. Hanya beberapa syuting variety show atau pemotretan besok," jawabku.

Se Riz mengangguk. "Menikmati waktu santai, benar?"

Aku mengangguk lagi. "Iya begitulah. Bagaimana denganmu? Sibuk di studio?"

"Minggu ini lumayan. Besok ada pemotretan dengan idol," jawab Se Riz sambil merapihkan poninya.

"Kau pasti sering bertemu artis ya?" Tanyaku.

"Ya begitulah." Dia mengangguk. "Artis, idol sepertimu. Beberapa waktu yang lalu aku melakukan pemotretan dengan idol dari agensi yang sama denganmu."

"Benarkah? Siapa?"

"Oh Seoho," jawabnya.

"Oh, Seoho Sunbae-nim." Aku hanya mengangguk.

Kemudian kami berdua sama-sama diam. Aku tak tahu ingin membahas apa. Tiba-tiba otakku blank.

Hening.

Untung saja saat itu pesanan datang menyelamatkan kami dari situasi yang canggung. Pelayan menata menu yang aku pesan ke meja. Dua buah piring berisi cake dan dua gelas latte.

"Wow, it's cute."

Kulihat binar di mata Se Riz begitu dua buah dessert cake berbentuk hati dengan hiasan permen yupi dan buah strawberry segar di atasnya dan terdapat pita yang ada di sisi cake, berada di meja.

"May i take picture of these before we eat?" Dia menoleh ke arahku.

Aku diam sesaat mencerna kalimatnya sebelum mengangguk.

"Sure," jawabku.

Se Riz tersenyum lalu mengambil ponsel dari saku mantelnya.  Kemudian menata dua piring yang berisi cake yang berbeda warna dan gelas minuman di meja sebelum mengambil gambar.

"I'll post it on my SNS later," ucapnya sambil menunjukkan hasil fotonya padaku. "Bagaimana menurutmu?"

"Aestetik," jawabku. "Kau benar-benar suka memotret ya?"

Se Riz tersenyum. "Apalagi jika melihat sesuatu yang lucu. Karena itu aku suka pekerjaanku."

"Aku juga lucu," ucapku tiba-tiba. "Tak ingin mengambil fotoku?"

Aku memandang Se Riz sambil menopangkan tangan di dagu. Wanita itu mengangkat senyum lalu mengusap tengkuknya.

"Kamu ...."

"Lupakan. Aku hanya bercanda," ucapku. Tahu dia tak akan mau mengambil fotoku. Aku bukan Taeyeo, bias yang dia sukai. "Sekarang ayo coba cakenya," saranku.

"Tapi sayang," Se Riz menatap cake di depannya sambil menggeleng. "Ini terlalu cantik."

Aku tersenyum. Tapi bagiku kau lebih cantik, ucapku dalam hati.

"Aku bisa memesankan untuk dibawa pulang jika kau mau, bagaimana?" tawarku.

Se Riz menoleh padaku lalu tersenyum. "Aku bisa memesan sendiri, Do Yeon."

"Tak apa biar aku traktir," ucapku.

"Tapi...,"

"Aku memaksa," ucapku. Tak ingin ditolak.

"Terimakasih, Do Yeon." Se Riz akhirnya tersenyum.

Aku mengangguk. Tak masalah.

"Ayo, kita lihat apakah rasa cake ini secantik penampilannya," ucap Se Riz sambil mengangkat sendoknya dan mengarahkannya ke cake.

"Wah, ini manis," komentarnya kemudian setelah merasakan potongan pertama kue yang diambilnya. "Cobalah." Se Riz kemudian menoleh padaku.

Aku hanya mengangguk tapi tak menyentuh kue milikku.

"Kenapa kau tak makan?" tanya Se Riz saat aku mengangkat gelas latteku.

Aku menggeleng. "Aku tak suka kue sebenarnya."

"Benarkah? Tapi saat di kafe waktu itu kau makan kue," kata Se Riz sambil menggigit ujung sendok.

Aku tersenyum tipis. "Iya tapi hanya mencicipi."

"Tapi sayang jika kue yang cantik ini kau acuhkan." Se Riz memandang kue milikku.

"Untukmu saja kalau begitu." Kugeser piring kueku ke samping piring cake Se Riz yang hampir habis.

"Tapi aku tak serakus itu." Se Riz melambai.

"Aku tak bilang kau rakus. Lagipula ini hanya sepotong. Kecuali kau memakan dua porsi besar itu baru rakus. Makan saja," ucapku.

Se Riz tersenyum tipis padaku. "Kau yang memaksa ya bukan aku yang meminta kuemu,"

Aku mengangguk. "Iya."

Lalu aku hanya memandang Se Riz yang melahap kuenya dengan antusias. Dia benar-benar menyukai cake. Haruskah aku mengirim cake ke studio kapan-kapan untuknya? Mungkin ide bagus.

Aku tersenyum sebelum kembali meminum latteku.

"Oia, Doy."

Aku menoleh. "Doy?" Alisku naik.

"Eum, aku boleh memanggilmu Doy kan? Do Yeon terlalu panjang," ucap Se Riz.

Aku diam. Doy?

"Se Riz noona memanggilku 'Juon' karena bilang namaku terlalu panjang jadi dia membuat panggilan sayang itu untukku."

Aku teringat kalimat Jung Won. Panggilan sayang. Apakah Doy juga termasuk panggilan sayang?

"Tapi jika kau tak suka, aku—"

"Aku suka," Dengan cepat aku memotong kalimat Se Riz. "Aku suka panggilan itu." Aku tersenyum. Terdengar lucu.

Se Riz tersenyum. "Kau tak keberatan?"

Aku menggeleng. "Terdengar bagus di telinga," ucapku  berkomentar.

"Baiklah, aku akan memanggilmu Doy mulai saat ini."

Aku mengangguk setuju. Mau kau panggil aku apapun, aku akan tetap menoleh padamu, Se Riz.

"Btw, Doy. Apa yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Se Riz kemudian.

Ah, aku hampir lupa tujuanku kemari.

Setelah meletakkan gelas minumanku ke meja, aku memandang Se Riz.

"Aku ingin membicarakan hal penting," jawabku.

"Penting? Tentang apa?" Se Riz menatapku.

"Hatiku," jawabku singkat.

Alis Se Riz menyatu. "Hatimu?"

Aku  lalu mengambil napas dalam sambil menata hatiku. Mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan isi hatiku pada wanita cantik di depanku ini.

"Mungkin ini terdengar lucu bagimu mengingat berapa lama aku mengenalmu." Aku mulai berbicara.

Se Riz mendengarkan.

"Tapi setelah kedekatan kita yang cukup singkat ini aku merasakan sesuatu padamu," lanjutku.

Se Riz membuka bibirnya. Aku tahu dia ingin bertanya. Tapi dia mengatupkan kembali bibir merahnya seperti mengerti jika aku belum selesai dengan kalimatku.

"Aku menyukaimu." Aku melirik Se Riz yang masih setia menatapku. Menunggu reaksi wanita itu yang masih diam.

"Aku jatuh cinta padamu, Yoon Se Riz." Akhirnya ku ungkapkan isi hatiku.

Terkejut. Bisa kulihat jelas dari pancaran mata Se Riz. Wanita itu menatapku lama tanpa kata.

Hening kembali tercipta di antara kami. Hingga kemudian Se Riz membuka suara.

"Well, kau membuatku terkejut, Doy."

Terkejut? Aku tersenyum tipis lalu menunduk. Rasanya malu sekali setelah pengakuan cinta tadi. Seperti remaja saja. Tapi jujur ini sudah lama setelah terakhir kali aku jujur tentang perasaanku pada wanita. Aku sedikit gugup tadi. Tapi aku lebih gugup sekarang, menunggu apa reaksi Se Riz.

"Aku tak pernah berpikir kau menyukaiku dan bahkan mempunyai perasaan seperti itu," ucap Se Riz. "Tapi terimakasih. Aku menghargainya. Aku juga menyukaimu."

Aku mendongak begitu mendengar kalimat terakhir Se Riz. Dia menyukaiku?

"Aku menyukai pria hangat sepertimu," lanjut Se Riz.

Gugup yang kurasakan tadi tiba-tiba hilang dan hatiku mengembang mendengar ucapan wanita cantik itu. Sudut bibirku terangkat.

"Tapi maaf,"

Oh, shit, kenapa ada tapi? Pikiranku langsung membayangkan sesuatu yang buruk. Sebuah penolakan.

Jangan, doaku.

"Maaf, Do Yeon, aku tak bisa membalas perasaanmu,"

Tidak.

"Aku sudah memiliki kekasih. Pria yang bersamaku kemarin," lanjut Se Riz.

Sudut bibirku turun. Senyuman yang tadi ingin kuulas, menghilang.

"Maaf," ucap Se Riz.

Aku diam memandang Se Riz yang menatapku dengan mata sendu.

Seharusnya aku tahu, seharusnya aku siap akan hal ini mengingat Jung Won kemarin  memberitahuku jika Se Riz sudah mempunyai kekasih. Tapi saat mendengar sendiri dari bibir wanita sang pujaan hati, rasanya berat sekali.

Kecewa.

Patah.

Jujur, sejak aku memutuskan hubungan dengan kekasihku yang sama-sama idol beberapa tahun lalu, aku menutup hati. Baru saat bertemu Se Riz, hatiku kembali merasakan perasaan hangat dengan makhluk bernama wanita. Tapi saat aku memberanikan diri mengutarakan isi hatiku justru seperti ini? Wanita pujaan hatiku menolak?

Menyedihkan.

"Maaf, Do Yeon," ulang Se Riz. Dia menyentuh punggung tanganku yang berada di atas meja.

Aku diam.

"Kuharap kau masih mau berhubungan denganku. Kita masih berteman bukan?" tanya Se Riz.

Berteman? Entahlah.

Bagaimana menurut kalian? Berteman setelah ditolak? Bisakah?

"Kim Do Yeon, kau tak membenciku karena aku menolakmu kan?" Se Riz terlihat sedih.

Andwae. Aku tak suka melihat wajah sedihnya.

"Aniyo. Aku  hanya.. tidak. Aku tak membencimu," jawabku akhirnya.

"Jadi kita masih berteman kan?" tanya  Se Riz.

Aku menghela napas  lalu mengangguk. "Tentu saja. Kita tetap berteman," jawabku.

Se Riz tersenyum. "Terimakasih, Doy."

Melihat senyum manis Se Riz, membuatku mau tak mau menarik ujung bibir membentuk seulas senyum meski hatiku kecewa.

💚

----Note
Dessert : Hidangan penutup

Andwae : Jangan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp