Rumah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'

Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hanya imajinasi penulis.

💚

Hari pertama di tahun baru dibuka dengan mentari yang bersinar hangat di ufuk pagi. Dunia seakan bersuka cita menyambut tahun yang baru. Tiap manusia berdoa untuk kehidupan yang lebih baik, dunia yang lebih baik. Tak terkecuali Se Riz. Wanita itu bangun dari tidurnya dengan perasaan bahagia meskipun di sudut hatinya dia merasakan sesuatu yang hilang.

Setelah membersihkan rumah, dan membersihkan diri, wanita yang dua hari lalu menginjak usia 26 tahun waktu Korea itu meninggalkan apartemen. Dia bermaksud pulang ke rumah yang ada di kawasan elit Korea, Itaewon.

Dengan mengendarai mobil kesayangannya, Se Riz mengemudi dari apartemennya yang berada di kawasan Hannam-dong ke Itaewon dengan jarak kurang dari 2 km selama tak lebih dari dua puluh menit.

Sampai di rumah, dia disambut hangat oleh sang ibu dan ayah yang sudah menunggunya.

"Akhirnya kau pulang," sambut sang ibu, Gong Hyo Ri.

"Apakabar, Eomma, Appa?" Se Riz bergantian memeluk sang ibu dan ayah.

"We're good," jawab sang ayah, Yoon So Ji.

"Perusahaan baik-baik saja?" tanya Se Riz.

"Of course. Appa punya sekretaris dan orang kepercayaan yang membuat bisnis Appa maju dan berkembang." Sang ayah kembali menjawab.

"Baguslah, jadi aku tak perlu khawatir appa akan menyeretku ke kantor," kata Se Riz.

"Hei, tentu saja ayah membutuhkanmu, Sayang," So Ji memeluk bahu sang putri dan menuntunnya masuk ke dalam rumah yang sangat mewah.

Sang ibu berjalan di depan mereka.

"Eomma akan menyiapkan makan selagi kita menunggu kakak dan adikmu," kata Hyo Ri pada Se Riz.

"Ne, Eomma," jawab Se Riz.

"Ayo ikut appa ke perpustakaan, kita bicarakan sesuatu."

Se Riz menaikkan alis. "Sepertinya bukan sesuatu yang bagus."

Sang ayah tertawa.

*

Keluarga Yoon tertawa di ruang makan setelah menikmati makan siang bersama. Ada ayah, ibu, Se Riz dan dua orang pria tampan di sana yaitu kakak dan adiknya. Seperti yang dikatakan Se Riz, tahun baru adalah waktu berkumpul tak peduli sesibuk apa jadwal pekerjaan mereka berlima. Beruntungnya Se Riz libur di tanggal merah ini begitu juga sang ayah. Sang ibu yang seorang artis, baru ada jadwal nanti malam sementara sang kakak yang sedang menyiapkan album baru meminta ijin produser dan adiknya yang sibuk dengan band menyisihkan waktu latihannya untuk bertemu keluarga.

Tak ada yang lebih penting dari keluarga bukan?

Gelak tawa terdengar dari bibir Do Woon saat kakak pertama, Yoon Do Joon, bercerita pengalamannya selama syuting drama yang baru selesai awal bulan ini. Setelahnya Do Woon ganti bercerita bagaimana kerasnya dia berlatih selama di asrama agensinya bernaung hingga kulit telapak tangannya mengeras. Do Woon seorang penggebuk drum di bandnya, DayIa. Hanya Se Riz yang diam mendengarkan, tak ikut bercerita tentang dirinya.

"Mengapa kau diam saja?" tanya Doo Joon menoleh pada sang adik di sebelah kirinya.

Se Riz mengendikkan bahu. "Memangnya aku harus berteriak?"

"Aish, setidaknya ceritakan apa yang terjadi di studio," kata Doo Joon.

"Yah, seperti itu. Pemotretan dengan aktor, aktris, model, idol," jawab Se Riz.

"Bulan depan aku akan melakukan pemotretan untuk album band kami," sela Dowoon. "Sepertinya di studiomu, Noona," lanjut pria yang lahir tahun ‘98 itu.

"Ah, benarkah? Tapi aku belum diberitahu," jawab Se Riz.

"Kau masih betah di studio tempatmu bekerja, Riz?" tanya So Ji. "Padahal ayah sudah menyiapkan posisi bagus di kantor untukmu."

"Eomma rasa tak ada salahnya mencoba, Riz," timpal sang ibu.

"Benar. Soal fotografi kau bisa lakukan saat libur kantor." Doo Joon ikut bersuara.

Se Riz menggeleng. "Aku belum tertarik bekerja di perusahaan, Appa. Besok saja jika aku bosan memotret."

"Dasar keras kepala," kata So Ji.

Do Woon tertawa lalu memandang ponselnya. Dia sedang melihat akun Instagram dan matanya menyipit membaca salah satu postingan seseorang yang dia kenal.

"Noona," panggil Do Woon.

Se Riz yang sedang menggigit ayam menoleh. "Wae?"

"Kau putus dengan DK hyung?" Pertanyaan si bungsu membuat atensi ayah, ibu dan kakak Se Riz beralih pada Do Woon yang mengangkat ponselnya.

"Aku melihat postingan DK hyung yang tampak patah hati," kata Do Woon. "Dia menulis, 'Aku tak percaya kita berakhir seperti ini.'."

Sang ayah segera memandang Se Riz. "Yang dibilang adikmu benar? Kalian putus?"

Doo Joon yang duduk di samping Do Woon merebut ponsel sang adik dan membuka mulutnya. "Wah, kenapa bisa begini?"

Sang ibu dan ayah berpandangan lalu menatap sang putri.

"Se Riz, kenapa?" tanya Hyo Ri.

"Siapa yang bilang putus?" Sang kakak ingin tahu. "Pasti bukan DK kan? Kenapa?"

"Apa DK hyung selingkuh darimu?" Do Woon ikut bertanya.

"Appa rasa DK bukan tipe pria seperti itu, Doun," sahut So Ji dengan memanggil nama panggilan Do Woon.

"Lalu kenapa?" Hyo Ri masih bertanya.

Keempat orang di sana ingin tahu alasan Se Riz memutuskan hubungan dengan sang kekasih.

"Kami sudah tidak cocok jadi aku memutuskan berakhir. Itu saja," jawab Se Riz.

"Alasan apa itu? Bukankah kalian saling mencintai?" tanya So Ji.

Se Riz mengangkat bahu. Sang kakak menatap sang adik cukup lama sebelum menjentikkan jari .

"Jangan bilang kau selingkuh," tebak Doo Joon.

~l'amour~

Se Riz berjalan tak bertenaga ke kamarnya yang ada di lantai dua rumahnya. Wanita itu baru saja diceramahi sang ayah perihal berakhirnya hubungan cintanya dengan DK.

"Lalu setelah kau putus dengan DK, bagaimana kerjasama appa dengan Kim Group? Kau kan tahu, Se Riz, perusahaan DK yang membuat perusahaan ayah bisa sebesar ini. Bagaimana jika setelah hubungan kalian berakhir dia mencabut sahamnya dan memutus hubungan kerja dengan kita?" tanya So Ji.

Se Riz menghela napas. "DK bukan pria kekanakan, Appa," jawab Se Riz. "Dia tak akan melakukan hal itu. Percaya padaku."

"Tapi mengapa kau harus putus dengannya? Appa pikir hubungan kalian akan terus berlanjut ke tahap yang lebih serius." So Ji menggeleng memandang putrinya yang memandang langit malam dari jendela ruang kerjanya di rumah. Terkesan tak mendengarkan.

"Appa, masalah cinta dan hati tidak bisa dipaksa." Se Riz menoleh pada sang ayah. "Lagipula dulu kan ayah yang memaksaku dekat dengan DK jadi hubungan yang terjadi di antara kami tidak murni karena cinta."

"Tapi bukankah kalian saling mencintai selama ini?" tanya So Ji.

"Tadinya aku pikir begitu tapi setelah aku bertemu 'dia' aku baru merasakan bagaimana itu cinta." Se Riz tersenyum membayangkan seseorang. Sang ayah menghela napas.

Dia benar-benar terlihat sedang jatuh cinta, batin Mr. Yoon.

"Baiklah. Appa tak bisa memaksa hatimu untuk mencintai DK, tapi ayah harap hubunganmu dengannya tetap baik-baik saja."

Se Riz mengangguk. "Akan aku coba, Appa."

Yoon So Ji tersenyum meski dalam pikirannya sibuk membayangkan apa yang terjadi ke depan tentang kerjasamanya dengan DK.

Se Riz baru saja masuk ke kamarnya, saat terdengar ketukan di pintu. Sang ibu tersenyum dan melangkah masuk.

"Eomma ingin bicara sebentar, boleh?" tanya ibu Se Riz.

"Tentu saja," jawab Se Riz. "Aku akan mencuci muka dulu sebentar." Wanita itu masuk ke kamar mandi dan keluar tak lama kemudian. Dia melihat sang ibu sedang mengusap foto dalam bingkai yang dia letakkan di nakas. Fotonya dengan DK.

"Jadi alasan apa yang membuatmu meninggalkannya?" tanya sang ibu. "Eomma pikir kalian terlihat baik-baik saja untuk memutuskan hubungan ini berakhir."

Se Riz duduk di tepi ranjang lalu memandang sang ibu. "Haruskah kalian terus bertanya alasan mengapa kami berakhir? Aku bilang aku sudah tak cocok dengan DK, Eomma."

"Pasti ada alasan mengapa kau merasa seperti itu, Sayang." Sang ibu berjalan mendekat lalu duduk di samping putri keduanya itu. "Mengapa kalian putus tiba-tiba? Eomma lihat kalian baik-baik saja. Apa yang dikatakan Doo Joon benar?"

Se Riz melirik ibunya lalu mengangguk. "Sebenarnya aku mengenal pria lain dan jatuh cinta padanya."

Sang ibu memandang putrinya lama tanpa kata. "Bagaimana bisa?"

Se Riz mengambil napas lalu menceritakan semua dari awal dan mengapa dia bisa bersama Do Yeon.

"Kau yakin meninggalkan DK dan berkencan dengan penyanyi itu?" Ibunya menatap Se Riz. Putrinya itu mengangguk mantap.

"Aku mencintai Do Yeon, Eomma. Aku bahkan tak bisa jika tak memikirkannya sehari saja. Dia seperti candu bagiku." Se Riz menyunggingkan senyum saat bercerita tentang Do Yeon.

Sang ibu mengangguk mengerti. Putrinya terlihat sedang jatuh hati. Dia pernah merasakan apa yang kini putrinya rasakan.

"Memangnya salah jika aku melakukan ini? Aku hanya tak merasakan cinta yang sebenarnya saat bersama DK, berbeda dengan Do Yeon. Dia membuat hariku menjadi lebih berarti. Membuat hatiku berdebar hanya karena tatapan lembutnya."

"Jika itu keputusanmu, eomma hanya berdoa yang terbaik untuk kalian," ucap ibu.

"Jadi aku boleh berkencan dengan Do Yeon?" Se Riz memandang sang ibu.

"Tentu saja jika dia membuatmu bahagia," jawab Hyo Ri seraya mengusap kepala Se Riz. "Ajak dia ke rumah bertemu appa agar beliau melihat seperti apa kekasih barumu itu. Eomma juga ingin tahu."

Se Riz mengangguk. "Aku akan bicara padanya besok."

Sang ibu mengangguk lalu berdiri. "Oke, tidurlah."

"Selamat malam, Eomma," kata Se Riz sebelum sang ibu melangkah keluar kamarnya. Wanita itu lalu berbaring. Saat kelopak matanya yang terasa berat hendak menutup, ponselnya berdenting. Se Riz menoleh dan meraih benda elektronik yang berada di nakas tak jauh darinya.

My lovely Doy 💚

Se Riz mengernyit. Sejak kapan nama pria itu berubah di kontaknya dengan tambahan hati? Pasti Do Yeon sendiri yang menggantinya, batinnya.

Sedang apa? Sudah tidur? Bagaimana kabar di rumah? Semua keluargamu sehat?
Sehari saja tak melihatmu aku hampir mati tak bisa menahan rindu.
Kapan kau pulang? 😚

Senyum terulas di bibir Se Riz sebelum akhirnya dia menelepon Do Yeon. Tak butuh waktu lama, sambungan terhubung.

"Aku rindu."

Kalimat pembuka yang Se Riz dengar dari Do Yeon alih-alih pria itu menyapanya.

"Jadi kau berganti nama sekarang?" tanya Se Riz. "Cukup bagus meski itu terdengar seperti nama wanita."

Di sana, di kamarnya, Do Yeon cemberut. "Aku bilang aku merindukanmu bukan rindu namaku, Se Riz."

"Ah, begitu." Se Riz pura-pura mengerti.

"Lalu kau?" tanya Do Yeon.

"Aku? Aku Se Riz," jawab Se Riz. "Kau lupa nama kekasihmu sendiri?"

"Bukan namamu tapi aku bertanya bagaimana denganmu. Apa kau merindukanku, Yoon Se Riz? Ah, mengapa kau membuatku gemas sih."

Se Riz terkekeh. Dia memang sengaja membuat Do Yeon kesal karena pria itu terlihat imut saat kesal. Pasti Do Yeon sedang manyun sekarang.

"Iya, aku juga merindukanmu, Doy."

Jawaban Se Riz membuat Do Yeon tersenyum lebar.

"Besok aku pulang," lanjut Se Riz menjawab pertanyaan Do Yeon di pesannya tadi.

"Harus!" sahut Do Yeon. "Aku sangat rindu padamu."

Se Riz tertawa. "Aku baru tahu seorang Kim Do Yeon yang dikenal sebagai sosok pria acuh jika digoda fansnya bisa bucin seperti ini."

"Hei, aku juga manusia punya hati yang berhak merasakan cinta dan akan menjadi budak cinta pada wanita yang aku cintai. Kau, Se Riz," jawab Doy serius.

"Ah, aku merasa tersanjung," kata Se Riz.

"Kau beruntung menjadi kekasih idol yang digilai banyak wanita."

Se Riz tersenyum. Yah, aku beruntung.

"Omong-omong, perlu aku jemput ke rumah besok?" tanya Do Yeon.

"Tidak usah. Besok kau ada jadwal bukan?"

"Jadwal wawancara majalah hanya sebentar. Aku bisa menjemputmu," jawab Do Yeon tapi Se Riz menggeleng.

"Tidak perlu, Doy. Lagipula besok aku harus langsung ke studio."

"Baiklah." Do Yeon mendesah kecewa. "Bagaimana jika sorenya aku jemput? Aku free."

"Baiklah jika kau memaksa," jawab Se Riz membuat Do Yeon tersenyum.

"Oke, karena aku sudah mendengar suaramu aku bisa tidur nyenyak," kata Do Yeon.

"Tapi rasanya aku tidak," sahut Se Riz. "Nyanyikan aku lagu sampai aku bisa tidur," lanjutnya meminta. Meskipun sebelumnya dia merasa mengantuk, tapi begitu dia berbicara dengan Do Yeon, ajaib kantuknya hilang.

"Suaraku terlalu buruk hingga membuatmu tertidur saat mendengarku bernyanyi? Ini penghinaan," kata Do Yeon.

Se Riz terkekeh. "Bukan begitu. Justru karena suara lembutmu cocok menjadi pengantar tidurku ke alam mimpi, Sayang."

Mendengar Se Riz memanggilnya 'Sayang', Do Yeon lagi-lagi tersenyum. Entahlah, Se Riz selalu membawa kebahagiaan tersendiri untuknya. Dia memang sudah menjadi budak cinta Se Riz.

"Baiklah aku akan menyanyikan lagu untukmu."

Se Riz lalu mengaktifkan pengeras suara agar suara Do Yeon terdengar jelas. Kemudian suara lembut nan mendayu dari bibir Do Yeon terdengar. Se Riz benar-benar sudah jatuh hati pada pria itu.

Do Yeon sudah menyanyi setengah lagu saat dia tak mendengar suara Se Riz dari seberang padahal tadi kekasihnya itu ikut bernyanyi dengannya.

Sekarang hening.

"Baby?" Panggil Do Yeon. Tak ada jawaban. Apakah dia tertidur? batinnya.

Dan kenyataannya Se Riz memang sudah menutup mata dengan ponsel masih menempel di telinga. Wanita itu sudah berkelana di alam mimpi.

"Baiklah aku tutup ya. Mimpi indah, Se Riz, saranghae."

Kemudian Do Yeon memutuskan panggilan.

Di dalam mimpinya, Se Riz tengah berlari di bibir pantai dengan Do Yeon. Pria itu mengejar Se Riz yang menjauh tetapi berhasil menangkapnya dan menariknya masuk ke dalam pelukannya. Keduanya terengah.

"Sejauh apapun kau berlari menjauh, aku akan selalu bisa mendapatkanmu," ucap Do Yeon seraya memeluk erat Se Riz. "Aku akan selalu menuju padamu karena kau adalah rumahku, tempat hatiku berada."

"Rumah ya?" tanya Se Riz. "Tapi bagaimana jika Tuhan membuat kita terpisah, apa kau akan tetap mencariku, rumahmu atau mencari rumah yang baru?"

"Tentu saja aku akan mencari dirimu, Yoon Se Riz. Hanya kau rumahku di mana hatiku kau genggam erat," jawab Do Yeon. "Tetapi, jika Tuhan sampai berani membuat kita terpisah, menjauhkanmu dariku, aku akan sangat membenci DIA. Lihat saja."

💚


----Casts

So Ji Sub as Yoon So Ji, Ayah Se Riz


Jeon Ji Hyun as Gong Hyo Ri, Ibu Se Riz

----
Se Riz Yoon
30.10.2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp