Undangan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

L'AMOUR
A Fanfiction

'
Nama, tokoh, karakter dan cerita hanya fiktif,
hasil imajinasi penulis.

💚

Minggu yang cerah sungguh indah untuk bepergian menghabiskan waktu libur dengan teman, orang terkasih pun keluarga tercinta. Tak jarang hari Minggu semua tempat rekreasi ramai. Begitupula dengan Lotte World Seoul. Begitu banyak pengunjung yang datang untuk menghilangkan jenuh selama seminggu ke belakang karena rutinitas pekerjaan ataupun sekolah. Di sini mereka menikmati waktu untuk bersantai.

Tak ada bedanya dengan Se Riz. Wanita itu menghabiskan Minggu di Lotte World dengan sang kekasih.

Seperti isi pesan, DK menjemput Se Riz tepat pukul 09.00. Wanita itu berdandan cantik hari ini, tak ingin mengecewakan kekasihnya.

Kurang lebih 8 km jarak dari apartemen Se Riz ke Lotte World Seoul dan ditempuh sekitar 50 menit perjalanan dengan mobil. Tapi berhubung ini Minggu, mereka berdua sampai di tujuan sekitar pukul 10.00 lewat. Dan di sana ramai.

Sepasang kekasih itu berbaur dengan yang lain menikmati waktu bersenang-senang di tempat rekreasi terkenal di Korea itu. Menjelajah bagian Lotte World. Lima jam adalah waktu yang cukup lama bagi keduanya menjelajah isi Lotte World, itupun tak semua. Se Riz terlalu lelah dan tak sanggup jika harus mengunjungi tiap tempat di Lotte World. Hingga akhirnya sepasang kekasih itu duduk menikmati makan sore di sebuah restoran di sana.

"So are you happy?" tanya DK setelah mereka menghabiskan menu makanan.

Se Riz yang sedang menyendok kue sebagai dessert ke dalam mulutnya mengangguk.

"Really happy," jawabnya setelah kue yang dia kunyah masuk ke dalam kerongkongannya. "Terimakasih sudah mengajakku ke sini."

"Untuk mengganti kencan kita yang batal kemarin," ucap DK lalu mengusap sudut bibir Se Riz yang kotor karena cream cake. "Kau tak marah padaku bukan?"

Se Riz tersenyum. Meskipun awalnya dia kesal karena DK membatalkan janji tapi setelah hari ini pria itu mengganti janji dan kencan mereka, maka tak ada alasan untuk Se Riz marah.

"Bagaimana bisa aku marah pada kekasih semanis dirimu, DK," jawab Se Riz.

DK tersenyum lalu mengusap puncak kepala Se Riz.

"Masih ingin berkeliling?" Tanya DK. "Tempo hari kau bilang ingin pergi ke Lotte Aquarium. Bagaimana jika setelah ini kita kesana?" Usul DK.

Se Riz mengangkat senyum. Dia sudah akan menjawab "Ayo", tapi dia kemudian menggeleng.

"Wae? Shireo?" tanya DK.

"Sebetulnya aku sudah kesana beberapa waktu yang lalu," jawab Se Riz.

"Kapan? Dengan siapa?"

"Jung Won juga Do Yeon."

"Do Yeon?" Alis DK naik. Dia seperti mengenal nama itu. "Ah,  idol  yang waktu itu?" Tanya DK ragu.

"Iya, si idol itu."

"Bagaimana bisa? Kau tak cerita padaku," kata DK sambil memandang sang kekasih lekat.

"Kau ingat, waktu itu kita berniat untuk kencan tapi batal karena kau ada acara dengan salah satu investor?" Tanya Se Riz sebelum menghabiskan cakenya.

Ah, kencan waktu itu? Batin DK. Sudah beberapa bulan lalu bukan?

"Kebetulan sekali saat itu Jung Won menewariku pergi keluar dengannya," lanjut Se Riz.

DK mengangguk. Dia tahu Jung Won, sepupu Se Riz.

"Tapi Do Yeon ternyata ikut bersama Jung Won jadi kami pergi bertiga," cerita Se Riz.

"Ah, begitu." DK mengangguk mengerti. "Aku harus berterimakasih pada Jung Won karena mengajakmu keluar di saat aku tak bisa menemanimu. Maaf, Noona."

Se Riz tersenyum. "Tak masalah. Kau sibuk dengan urusan kantormu," jawab wanita itu meski jujur saja dia tak suka jika kencannya batal karena urusan pekerjaan DK.

"Menyenangkan di Lotte World?" Tanya DK.

Se Riz yang sudah menghabiskan cakenya mengangguk. "Aku suka melihat ikan-ikan di sana. Sayang aku tak membawa kameraku saat itu."

"Sayang sekali," ucap DK. "Apa kameramu masih baik-baik saja?" Tanya pria itu. "Perlu aku belikan yang baru?"

Se Riz memandang DK. Kekasihnya itu terlalu baik hati. Selalu menawarkan sesuatu padanya juga memberikan barang yang harganya kadang diluar dugaan.

"Tak perlu. Kameraku yang kau belikan tahun lalu masih bisa aku pakai," tolak Se Riz.

DK mengangguk. "Jika ada sesuatu yang kau butuhkan kau bisa meminta padaku."

Se Riz menggeleng. "Ani. Aku tak ingin merepotkanmu, DK."

DK meraih tangan Se Riz dan mengusap punggung tangan wanitanya itu.

"Aku ini kekasihmu, ingat. Tak ada kata merepotkan bagiku. Jika kau menginginkan sesuatu, bilang saja," ucap DK.

"Kau akan memberikan semua yang aku inginkan?" Tanya Se Riz.

DK tersenyum. "Jika itu membuatmu bahagia apapun akan aku berikan," jawab DK.

~l'amour~

"Kau tak ingin mampir?" tanya Se Riz saat DK mengantarnya pulang ke apartemen pada pukul 17.05.

DK menggeleng. "Aku sebenarnya ingin tapi malam ini ada acara di rumah Bibi. Aku harus pergi."

Se Riz menghela napas. "Oke."

"Aku menginap lain kali saja bagaimana? I'm promise you." DK mengusap kepala Se Riz.

Se Riz mengangguk.

DK menatap sang kekasih, lalu maju dan mengecup dahi Se Riz.

"Oke, aku pergi," pamit DK sesudahnya.

"Hati-hati di jalan," ucap Se Riz.

DK tersenyum lalu berbalik.

Se Riz memandang pria itu melangkah ke arah lift. Begitu sosok DK menghilang saat pintu lift menutup, Se Riz pun masuk ke dalam apartemennya.

"Akhirnya aku kencan juga!" seru Se Riz senang, kemudian menghempaskan dirinya pada sofa ruang tengah. Tas kecil yang berada di bahunya dia lempar ke meja. "Dan sekarang aku lelah."

Se Riz duduk selama beberapa saat sebelum bangkit lagi.

"Aku harus mandi," ucapnya lalu menyeret badannya yang lelah ke kamar.

Setengah jam setelah membersihkan diri dan bebenah, Se Riz kembali duduk di sofa depan televisi, menikmati sore dengan menonton acara variety show , Idol Mingguan. Awalnya dia masih tertawa menyimak acara televisi tersebut tapi limabelas menit kemudian kelopak matanya memberat. Se Riz terpejam.

🎶Hey we ballin'

We fight together

That punch! nalligo

Deo ttwigo sorichyeo babe

Gaseumeun tteugeowo yeah yeah

Hey we ballin'

Jeonbureul bakkul paiteo

Nae sesangeuro wa

Uriga nuguya babe hey we ballin'🎶

Se Riz seperti tersentak dari tidurnya lalu mengedarkan pandangan ke meja mencari suara bising yang mengganggunya. Kemudian tangannya meraih tas miliknya yang masih berada di atas meja dan mengambil ponsel yang masih berdering melantunkan lagu "Punch" milik ENKOTA.

Rupanya sang sahabat yang menelpon.

"Hallo, Natha-ya," sapa Se Riz.

"Sedang apa, Riz?" tanya Natha dari seberang.

"Aku hampir jatuh tertidur saat kau menelponmu," jawab Se Riz. Dia lalu menguap.

"Tumben padahal masih sore mengapa kau mengantuk secepat ini?"

"Aku lelah, Tha. Seharian aku pergi," jawab Se Riz.

"Kemana? Memangnya ada pemotretan hari Minggu ini?"

"Kencan dengan DK," Se Riz tersenyum.

"Tunggu. Bukankah kemarin kalian sudah pergi kencan?"

"Kami? Tidak." Se Riz menggeleng. Memangnya kapan dia bilang kencan dengan DK?

"Tapi bukankah kemarin saat aku menelponmu, kau sendiri bilang sedang kencan?"

"Ah, itu...."

Se Riz mengusap tengkuknya. Bagaimana dia menjelaskan jika kemarin dia pergi dengan Do Yeon bukan DK?

~l'amour~

"Jadi kau kencan dengan idol itu kemarin?!" tanya Natha dengan nada sedikit meninggi.

Se Riz meringis. "Bukan kencan seperti itu.  Kami hanya jalan," jawabnya. "Tak perlu histeris."

"Tapi dengan penyanyi itu? Bagaimana bisa? Kalian janjian bertemu?"

Se Riz menggeleng. "Aku bertemu dengannya di departemen store, Tha, saat aku sedang menunggu DK," cerita Se Riz.

Setelah Se Riz mengatakan kencan dengan Do Yeon, Natha langsung datang ke apartemen Se Riz. Selain penasaran cerita sang sahabat tentang kencannya dengan si penyanyi, Do Yeon, ada hal lain yang ingin dia katakan.

"Jadi kau batal kencan dengan DK karena dia tak bisa datang?" tanya Natha sambil meraih chicken katsu yang dia bawa untuk dimakan bersama dengan bir.

"DK bilang ada masalah kantor," jawab Se Riz.

Natha yang sedang menggigit ayam mengangguk. Sebagai relasi dari perusahaan DK, CEO cantik itu cukup tahu sedikit tentang DK. Yang dia dengar, perusahaan DK memang sedang sibuk. Bukan masalah serius, hanya saja perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan milik DK sedang bekerjasama dengan perusahaan asing milik Jepang.

"Mungkin karena ada kerjasama baru, itu alasan DK sibuk di kantor, Riz," ucap Natha.

Se Riz memandang Natha sebelum membuka kaleng birnya. "Begitu?"

"Iya. Aku dengar dari sekretarisku," jawab Natha. "DK tak bercerita masalah pekerjaannya padamu?"

Se Riz menggeleng. "Dia tak pernah bercerita masalah kantor jika kami bertemu. Lagipula akhir-akhir kami jarang bertemu. Baru tadi saja kami pergi bersama."

Natha mengangguk. "Lalu kau pikir, DK sampai membatalkan janji kencan denganmu karena alasan apa? Wanita lain?"

Se Riz mengangkat bahu. Tak yakin ada wanita lain karena dia tahu, pria itu begitu menyayanginya. Tak mungkin DK sampai mengabaikannya karena alasan itu.

"Kau cemburu jika DK mempunyai wanita lain tanpa kau tahu?" Natha ingin tahu.

Se Riz menggeleng.

"Aku bukan cemburu pada wanita lain sebagai pengganggu hubungan kami, Tha. Aku hanya kesal pada urusan kantornya. Selalu saja mengganggu kencan kami," kata Se Riz kemudian menenggak habis bir dalam kaleng yang dipegangnya.

"Jadi kau tak cemburu jika seandainya DK dekat dengan wanita lain?" Natha ingin tahu reaksi Se Riz.

Wanita yang ditanya hanya mengendikkan bahu. "Kami berusaha untuk tidak cemburu satu sama lain, Natha."

"DK tak pernah cemburu melihatmu dekat dengan model-model pria atau aktor yang melakukan pemotretan denganmu?"

"DK selalu berpikir dewasa. Dia tahu itu sudah pekerjaanku. Lagipula aku tak melakukan apapun yang membuatnya cemburu. Aku dan modelku hanya dekat secara pekerjaan bukan personal."

"Wah, aku cemburu. Jika Loey, pasti dia sudah marah-marah tak jelas melihatku dekat dengan relasi kerjaku di kantor," kata Natha.

Se Riz hanya tersenyum. Sesaat dia berpikir sebelum menggeleng sendiri dan mengambil sepotong ayam dan memakannya.

"Jadi apa yang kau lakukan dengan idol itu?" Natha bertanya lagi.

"Hanya menonton," jawab Se Riz.

"Lalu?" Natha menatap Se Riz.

"Lalu apa? Tak ada. Setelah menonton kami mengobrol di taman kota sebentar lalu pulang."

"Kupikir kalian sering bertemu," ucap Natha.

Se Riz mengangguk. "Kebetulan mungkin."

Natha memandang Se Riz beberapa saat. "Apa kau tahu aku pernah berpikir sesuatu yang konyol tentang idol itu."

"Do Yeon namanya, Natha," koreksi Se Riz. Rasanya aneh mendengar Natha terus mengucap "idol itu" alih-alih menyebut namanya. Memangnya Natha kesulitan mengingat nama Do Yeon?

"Iya itulah," ucap Natha.

"Hal konyol apa yang kau pikirkan tentang Do Yeon?" Se Riz ingin tahu.

"Dia menyukaimu," jawab Natha.

Se Riz menatap Natha sesaat sebelum membuka kaleng bir yang baru. Bagaimana sahabatnya berpikir seperti itu?

"Aku pernah melihat postingan dia di akun miliknya ketika sepupuku sedang men-stalking akunnya dan aku melihat dia mengunggah sebuah foto yang aku yakin itu kau, Se Riz." Mata Natha menatap Se Riz.

Se Riz membalas tatapan Natha. Apa yang akan dia katakan? Sampai saat ini, Se Riz belum bercerita jika Do Yeon pernah mengatakan isi hati padanya. Tapi Natha bahkan sudah menebak dengan benar. Sahabatnya ini terlalu peka atau memang ada bakat menjadi seorang cenayang?

"Se Riz," panggil Natha.

"Mwo?" Se Riz mengedipkan matanya lalu menurunkan kaleng birnya.

"Kau tak merasa pria itu menyukaimu?" tanya Natha. "Kau tak melihat bagaimana sikapnya jika kalian sedang bersama?"

Se Riz diam. Berpikir. Haruskah Se Riz mengatakan Do Yeon pernah menembaknya? Se Riz menggeleng.

"Aku...," Se Riz masih berpikir ingin mengatakan apa, tapi Natha sudah menyela.

"Ah, lupakan saja idol itu." Natha melambai.

Se Riz tersenyum tipis. Haruskah Natha menyebut Do Yeon dengan panggilan "idol itu"?

"Omong-omong aku ke sini karena ingin memberitahumu sesuatu," lanjut Natha.

"Ada apa?" Se Riz memandang Natha. "Sesuatu yang penting atau apa?"

Natha mengangguk. "Tebak saja."

Se Riz berpikir. Hal yang penting ya?

"Kau ingin memberitahuku jika kau dan kekasihmu yang produser itu akan bertunangan?" Tebak Se Riz.

Natha tersenyum.

"Benar?" Se Riz menatap Natha. Berharap kabar baik yang akan sahabatnya lontarkan. Tapi Natha lalu menggeleng.

"Bukan?" tanya Se Riz.

"Bukan, Se Riz," jawab Natha. "Mau menebak lagi?"

Se Riz memutar kaleng bir di depannya. "Entahlah. Katakan saja. Aku tak tahu." Se Riz mengangkat bahu.

"Masa kau menyerah padahal baru menebak sekali," ucap Natha.

"Aku sedang tak mood main tebak-tebakan, Tha. Katakan saja," balas Se Riz.

Natha menghela napas lalu bertanya, "Kau tahu sebentar lagi Natal?"

"Iyakah?" Se Riz balik bertanya.

"Ck, Se Riz. Sesibuk apa kau sampai lupa sekarang tanggal berapa?"

Se Riz meraih ponselnya guna melihat kalendar di gadget itu. Hari ini Minggu tanggal 22 Desember dan Natal tiga hari lagi. Wah, bagaimana bisa dia lupa Natal sudah menjelang.

"Oke mungkin aku terlalu fokus di studio," kata Se Riz. "Ah, pantas saja aku seperti melihat hiasan pohon natal di beberapa tempat," lanjutnya. Saat di mall kemarin dia melihat pohon dengan hiasan bola warna-warni menyala di pintu masuk tapi dia tak jika memperhatikan lebih jauh.

"Lalu ada apa?" Tanya Se Riz.

"Jadi begini," Natha memandang Se Riz. "Yeol dan aku berniat mengundangmu makan malam di rumahku malam Natal besok. Seperti yang kita lakukan tahun lalu. Bedanya aku ingin tahun ini kita habiskan malam Natal bersama pasangan. Bagaimana?"

Se Riz tersenyum. "Ah, ide bagus," ucapnya.

~l'amour~

Dorm ENKOTA di lantai 5, Minggu malam ini tampak ramai. Semua member sedang berkumpul di sana, menikmati makan malam bersama.

"Kapan terakhir kali kita makan bersama di asrama seperti ini?" Tanya Tae Lee, Hyung tertua setelah makan malam usai.

"I don't remember," jawab Ha Joon.

"Kita lebih sering makan di luar akhir-akhir ini. Baik kelompok atau individu," timpal Jae Hyuk.

"Atau lebih sering go food," kata Lee Chan.

"Aku lebih sering masak ramen di dorm jika lapar," timpal Yoshiro.

"Dasar kalian. Padahal memasak lebih higienis dan sehat tapi kalian lebih suka yang instan," kata Do Yeon buka suara.

"Betul," Taeyeo setuju dengan kalimat Do Yeon.

"Kita kan tidak pandai memasak sepertimu, Hyung,"  Kali ini Jung Won yang bicara.

"Bukan tak bisa memasak. Kalian terlalu malas," ucap Do Yeon dengan nada pedasnya.

"Ucapanmu jahat sekali, Hyung," kata Lee Chan sambil memajukan bibirnya.

"Hanya bicara kenyataan," jawab Do Yeon.

"Tapi--"

"Apa?" Do Yeon menantang.

Sebelum perang pecah antara Do Yeon dan si maknae Lee Chan, sang leader mengangkat tangan.

"Sudah jangan bertengkar," ucap Taeyeo. "Lebih baik kita bereskan semua sebelum memulai perang." Dia menunjuk meja makan.

"Kita bagi tugas. Sebagian bereskan meja dan ruangan, sisanya mencuci piring kotor," kata Tae Lee.

"Baik, Hyung," ucap Mwark dan Lee Chan bersamaan.

"Aku mencuci piring kotor saja," kata Do Yeon.

Kemudian sembilan pria tampan itu lalu berdiri dan mulai membereskan meja makan. Jung Won mengikuti Do Yeon menuju tempat cuci piring dengan membawa piring kotor. Ada Taeyeo yang membantu di belakang mereka.

"Terimakasih atas makanannya, Hyungdeul," ucap Jung Won.

Do Yeon dan Taeyeo mengangguk.

"Aku yang menggosok piring, Jung Won, kau yang membilas dan kau Hyung," Do Yeon menunjuk Taeyeo. "Kau letakkan cucian di tempatnya," ucap Do Yeon memberi perintah.

Jung Won dan Taeyeo mengangguk.

Sementara itu enam member lain membereskan meja makan dan merapihkan ruangan.

"Hyung, malam Natal besok ada rencana?" Tanya Jung Won pada Taeyeo.

Do Yeon yang sedang menggosok piring kotor hanya menyimak meski dia ingin menjawab.

"Karena kita diijinkan free saat malam Natal, aku ingin pulang ke rumah. Menghabiskan waktu dengan keluarga," jawab Taeyeo.

"Ah, aku juga ingin tapi di rumah tak ada orang," ucap Jung Won.

"Orangtuamu kemana?" tanya Do Yeon lalu mengoper piring di tangannya pada Jung Won.

"Sedang di luar kota. Di tempat Nenek," jawab Jung Won.

"Kau tak ikut?" Tanya Taeyeo sebelum meraih piring dari tangan Jung Won.

"Memangnya aku bayi yang mengikuti kemana orangtuaku pergi? Aku akan di dorm saja," kata Jung Won.

"Kau bagaimana, Doye?" Kali ini Taeyeo bertanya pada Do Yeon. Leader satu ini memang suka memanggil Do Yeon dengan sebutan itu.

"Sama sepertimu, Hyung," jawab Do Yeon. "Karena Natal tahun lalu kita sibuk dengan jadwal, tahun ini aku ingin ada di rumah. Rebahan 24 jam."

*

Di tempat berbeda tapi di waktu yang sama, Se Riz dan Do Yeon tampak terbaring di ranjang masing-masing. Meski malam mulai larut, keduanya masih terjaga dengan ponsel di tangan. Do Yeon menggigit telunjuknya sementara Se Riz tersenyum tipis membaca pesan yang baru seseorang kirimkan.

Kim Do Yeon
Tidurlah, ini sudah larut. Jika kau tak bisa memejamkan mata, putar saja video yang tempo hari aku kirim. Anggap saja itu lagu pengantar tidur. Atau kau ingin aku menelponmu dan bernyanyi?

Kalimat terakhir  Do Yeon sebenarnya hanya basa-basi, tapi ternyata Se Riz menanggapi dengan serius.

Se Riz
Ide bagus. Nyanyikan aku sebuah lagu.

Lalu satu menit kemudian Do Yeon dan Se Riz sudah saling terhubung lewat panggilan suara.

"Jadi kau ingin mendengar lagu apa, Se Riz?" tanya Do Yeon.

💚

----
Se Riz Yoon
2020.09.25

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#nubargwp