Petang yang spesial

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


pagi ini, aku terbangun dengan deru nafas yang tak beratur, bulir keringat di dahiku, dengan jantung yang di pacu lebih cepat dari biasanya. Pendingin ruangan tidak berfungsi lagi untuku, bahkan alarm yang biasanya selalu membangunkanku kini seakan tidak pernah bunyi.

Seharusnya aku sudah panik, telat bangun untuk berangkat kerja. Telat dua jam. tapi hal ini sama sekali tidak mengusik pikiranku yang selalu ingin tepat waktu—ada hal lain yang mencemaskanku.

Bunga bunga mimpi tadi malam tidak cukup indah, menjorok ke adegan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Plot plot kehidupan yang begitu buruk dari yang terburuk sampai sampai membuatku tercengang.

mimpinya sudah berakhir, namun hawa hawa kejadian di dalamnya masih melekat pada sekitarku.

Sepertinya ini akibat menonton film zaman dulu kesukaan ayahku, sejenis 1001 bulan di langit eropa, Air mata surga, dan film romansa tahun 2015 sekitarnya. Dulu aku tidak pernah tertarik menonton film sejenis ini, hanya karena lewat di tl instagramku tentang sinopsisnya aku langsung menontonya.

Vibes kuning dengan sentuhan menyanyat hati, irama musik sedih yang mendukung pemeran utama si wanita baik hati suci nan lembut membiarkan suami tercintanya berpoligami? Aku benar benar marah melihatnya, duh bagaimana ada manusia se suci itu? Manusia sebaik itu?. Aku kesal karena dirinya tidak memikirkan dirinya sendiri, alih alih malah si suami.

sepertinya rasa kekesalanku yang belum tuntas masih terbawa dan berkembang menjadi bunga mimpi, membuatnya plot plot minpi tidak pernah terduga untuku.

Sialan, seharusnya aku tidak menonton film ituu...

beralih ke situasi sekarang, aku berpasrah diri tentang telatnya aku pagi ini, mungkin akan aku lanjutkan untuk libur hari ini, tidak masuk tampa alasan. Sedikit percuma masuk kerja dengan keterlambatan 2 jam.

Mengambil segelas air untuk ku minum banyak-banyak, aku masih tidak habis fikir sekarang sudah pukul 10 pagi menuju siang, alarm ponselku sepertinya juga sudah jenuh berusaha membangunkanku tadi pagi melihat track alarm yang tiap menit dalam jam jam biasanya terus berdering tampa henti.

Tidak ada yang menelfonku, kebanyakan dari mbak foreman yang bertanya mengapa aku tidak hadir atau kemana diriku hari ini. Chat dari Yogi masih seperti tadi malam, tentang gedung sebelah apartmentku yang akan di ubah menjadi mall skala kecil, pesan dari yogi tidak ku baca, karena kebablasan menonton film itu tadi malam.

sepertinya nyawaku masih belum terkunpul, sisanya masih terjebak dalam alam mimpi sebab pikiranku masih tertuju pada kenangan terburuk itu.

sambil duduk bersantai di atas kursi rotan di balkon apartementku, aku membiarkan angin siang menjadi hal yang menyadarkanku akan mana realita itu sendiri. Mengambil jeda sebentar untuk menetralkan tubuhku yang masih berada di posisi siaga, posisi was was ketakutan.

ah, sepertinya kalian juga harus tau apa yang terjadi kemarin.

si yogi, melamarku.

belum benar benar melamar, hanya saja obrolan tentang pernikahaan dan ia bertanya tentang kapan siapnya?

iya pertanyaan itu aku jawab dengan pertanyaan yang mengarah ke dirinya juga, kamu sudah siap?

dan ya, yogi menjawab pertanyaanku dengan serius, kalau nunggu siap, mental aku gak bakal siap sampai kapanpun. Tapi untuk hal hal persiapan duniawi, aku siap.

aku meminta waktu untuk memikirkanya, ini bukan pertama kalinya kami membicarakan hal ini, sebelumnya aku pernah bertanya juga dan membawa topik ini dalam percakapan. Namun saat itu kami belum siap karena alasan pekerjaan, aku masih mengejar target divisiku dan yogi sedang berada di fase sibuk sibuknya soal perkembangan media bst yang meningkat.

yah, tidak pernah menyangka juga pertanyaan kedua datang secpat ini. Menurutku waktu yang tepat, saat kami berdua sama sama lengang—tapi untuk memikirkanya aku malah menjadi takut.

sambil memandangi langit biru yang sangat cerah, serta hembusan angin yang membuatku semakin merasa sejuk. tubuhku perlahan kembali pada posisi santainya, emosi yang masih ikut keluar dari mimpi itu sudah hilang. Nyawaku benar benar kekumpul kali ini.

ng. aku harus apa ya hari ini?

setelah mengabarkan pada kak Nana bahwa aku sakit dan absen hari ini, sedikit di sayangkan kalau hanya di habiskan di dalam apart yang terasa sumpek dan terbayang mimpi minpi itu.

Hampir saja aku memutuskan untuk kembali tidur jika saja notifikasi dari gmailku tidak muncul dari ponselku, menarik perhatianku.

PERINGATAN!
JANGAN LUPAKAN FLASHSALE ALL BRAND DI GRAND INDONESIA! KHUSUS HARI INI!

baiklah, kita akan berbelanja untuk melepas stress.






_____










"Sakit apa?"

Suara manusia manusia tumpang tindih, berisik sekali seharusnya di tambah lagu dari pementasan menyanyu sore ini. Anehnya, suara Yogi masih bisa terdengar jelas denganku.

"Batin aku sakit, butuh di siram sama hal baru" jawabku asal.

pria di sebelahku hanya tertawa kecil, "iya jadi obatnya belanja, Ya?"

tadi siang, aku ke gap dirinya asyik asyikan menenteng paperbag belanjaanku di mall. Berpapasan dengan Yogi yang baru selesai ke pameran pemetaan bisnis di lantai paling atas, aku juga melihat ia bersama bapak besar jenkis, keluarga yang sideprofilenya berkecimbung didunia hiburan juga selain memiliki pabrik miniral dan batu bara.

ya akhirnya, yogi menghampiriku dengan bingung. Ia tidak tahu aku tidak masuk hari ini alasan sakit, ditambah ia malah menemuiku sedang posisi gila seperti ini. Berakhir juga kamu duduk di taman grand indonesia sambil menikmati konser kecil kecilan yang di adakan di pangung sedikit jauh dari kami.

Yogi tidak banyak bicara, memang sehari harinya seperti ini, hanya saja diamnya yogi selalu tertutup denganku yang banyak omong, karena hari ini aku sedikit masih menempel pikiran pikiran sebelumnya makanya aku menjadi diam, lalu sangat terlihat jelas kami berdua saling menutup mulut.

pria ini matanya lurus memperhatikan band band disana, anak muda yang sedang menikmati hidup. ku lihat juga kaki yogi bergerak mengikuti irama, ia menikmati lagunya.

"aku tadi malem, mimpi buruk banget" ujarku dengan intuisi, tampa sadar.

mata yogi meliriku tampa mengerakan tubuhnya. "Minpi apa?" tanyanya dengan perhatian masih tertuju pada arah band tersebut.

ya mungkin juga aku bilang kepadanya soal kekhawatiranku, jelas aku bukan anak remaja lagi yang dalam kasus percintaanya kandas akibat cacatnya komunikasi.

"di dalam minpinya, kita cerai—

yogi menyelak ucapanku, "Kenapa? Sorry sorry bisa ulangin?" desaknya,

Butuh beberapa detik terlebih dahulu untuk aku kembali membuka mulutku. Yogi yang kini perhatianya fokus kepadaku masih sabar menungguku,

keinginanku untuk menceritakan mimpi itu kembali aku tarik, tergantikan dengan pertanyaan pertanyaan lainya yang menjadi alasan aku memiliki beban fikiran dari kemarin-kemarin.

"kalau misal diantara kira ada yang gak bisa punya anak gimana?"

Sangat sangat jelas terlihat di wajahnya, yogi tidak menduga aku akan melontarkan pertanyaan seperti ini, ekpresinya terkejut bukan main sebelum dirinya kembali mengatur wajahnya menjadi kembali tenang.

dadanya naik turun mengikuti pundaknya yang sedemikian, nafasnya teratur sambil otaknya memproses jawaban untuk pertanyaanku. "kamu mau punya anak?" ia bertanya dengan penuh kehati-hatian.

ku jawab dengan cepat, "pengin sih, lucu."

ia menganguk, "yasudah kalau ingin ya di usahakan, tapi kalau memang kamu atau aku—kita, di kasih sama tuhanya tubuhnya tidak bisa mendukung keinganan tadi, mau bagaimana lagi? Ada opsi lain kalau bisa di lihat ya, Ra. Seperti angkat anak"

wah.. aku tidak mengharapkan yogi menjawab pertanyaanku dengan serius seperti ini sih, tapi cara dia berhati hati dalam ucapanya dan pemilihan katanya, membuatku sedikit berkesan.

kepalaku mengangkuk, mimpi mimpi buruk tadi malam mulai pudar terganti senyuman yang tidak bisa ku tahan saat ini.

"memang keluargamu gak masalah soal angkat anak?" Tanyaku asal.

lagi dan lagi, ekpresi yogi sama sama menengang. tanganya bergerak kesana kesini untuk menghilankan gugupnya mungkin?

ia mengeleng, "enggak tuh, gak masalah."

melihat dirinya yang percaya diri bicara seperti itu, aku kembali melayangkan pertanyaan, "tau dari mana? Pernah nanya?"

"hadin. Buktinya, hadinata"

kadang, diam lebih baik dari pada bertanya lebih jauh.

Melihat yogi yang menegang, buru buru aku alihkan topik ini. aku tidak mau membuat yogi tampak tidak nyaman seperti ini, terlihat was was dan ragu. Aduh aku berasa penjahag saja yang sedang meintrogasinya.

"Eh, sudah mau petang. Pulang, yu?" Ajaku,

aku mengulurkan tangan pada yogi, yang di balas dengan yogi menganguk dan mengengam tanganku lembut. Yogi juga membawa seluruh paperbag hasil hunting belanjaku tadi, membiarkanku juga melingkari tanganku pada lenganya untuk bergelendotan padanya.

kami membelah keramaian dengan perlahan, melewati orang orang banyak yang berlalu lalang di dalam sana.

sedikit menyesal aku hanya mengunakan training dan kaos polos untuk kesini, sangat jomplang untuk penampilan yogi yang masih dengan jaz biru mudanya tampak tampan menkilap.

Kalian harus tahu sebanyak apa perempuan yang melirik yogi jika sedang melewatinya, dulu aku sangat terheran heran akan hal ini, bagaimana bisa dirinya yang begitu mengkilap memilih aku,m. Menjaga penampilan adalah salah satu bentuk pemikiranku agar tidak merasa jomplang saat sedang bersamanya.

mataku menangkap toko perhiasan yang menarik rasa penasaranku seberapa indah koleksi koleksi disana. semakin mendekatinya semakin besar rasa ingin tahuku hingga aku memberhentikan langkahku, membuat yogi menoleh dengan ekpresi penuh tanya.

aku menunjuk toko yang tidak jauh dari kami,

"cari cincin, yu?" tanyaku

alisnya naik satu, "ra, tapi kan kita punya cincin pasangan sudah 4 pasang" katanya keberatan.

Seperti yogi yang bingung, aku menjadi jauh lebih bingung soal pertanyaanya.

"Lah katanya mau nikahin aku? emang gak pake cincin?"

Yogi berubah menjadi tomas rebus kali ini. Senyumnya mengembang sangat lebar sampai sampai matanya berubah menjadi bulan sabit.

"Soal itu, urusan aku aja. Biar jadi suprise model cincinya bagaimana" balasnya dengan jahil.

Ia juga melanjutkan,

"lusa, lusa aku kerumah bawa keluarga"



_____

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro