Kembar

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Vista baru saja tiba dari sekolah seusai acara penggalangan dana yang diadakan OSIS dan Rohis. Vista tiba di rumah menjelang magrib, seharusnya acara selesai pukul 16.30 WIB tapi karena ketua pelaksana acara adalah temannya sendiri akhirnya Vista memutuskan ikut membantu panitia membereskan lapangan tempat acara.

Vista memasuki rumah dengan langkah besar karena ia ingin segera melepaskan lelahnya di atas tempat tidur. Langkah Vista terhenti saat rentangan tangan menghadang di depan pintu kamarnya yang tinggal beberapa langkah lagi ia gapai.

"Balik sama siapa lo?"

"Minggir, gue mau masuk." Vista menepis tangan kembarannya dengan kesal.

"Ketua OSIS bukan tadi?" Vito tetap berdiri di depan pintu kamar Vista.

"Itu Atha, astaga lo kok bawa-bawa Ardi?"

"Gue denger dari anak Lovely katanya bapak ketos lagi dekat sama dancer. Curiga gue kalo orang itu lo. Akhir-akhir ini kan kalian sering nongkrong bareng."

"Terus kalo benaran gue urusannya sama lo apa Vito?"

"Ya gak apa-apa sih, gue cuma mau minta pajak jadian aja." Vito tersenyum lebar kemudian membukakan pintu.

"Rese lo, sana jauh-jauh." Vista mengusir Vito yang masih berdiri di muka kamarnya.

"Jangan sampai sedih lagi karena cowo ya." Vito mengacak pelan rambut kembarannya kemudian pergi meninggalkan Vista yang masih dibuat tercengang oleh sikap Vito.

Setelah mandi, Vista merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya kemudian ia membuka satu persatu pesan yang ada di gawainya. Tanpa ketukan, sesosok lelaki yang tadi menghadang Vista tadi sudah masuk ke kamar dengan bar-bar.

"Makan yuk." Vito duduk di pinggir ranjang Vista.

"Makan aja sana. Lagi malas makan."

"Tapi aku maunya makan sama kamu."

"Pasti ada maunya kan? Apa?"

Vito mencondongkan badannya ke arah Vista lalu membisikkan sesuatu. "Buatin mie goreng pakai telur dong."

"Sudah gue duga."

Vista memincingkan matanya saat Vito mengarahkan badannya lebih dekat lagi, "please..."

Vista akhirnya bangkit dari posisinya dan bergerak menuju dapur. Langkah Vista diikuti Vito yang berjalan dengan semangat sambil bersiul.

Vito hanya memandangi kembarannya yang sedang memasak tanpa memberikan bantuan apapun. Vito tersenyum sangat lebar saat Vista menyajikan sepiring mie goreng dengan telur dadar diatasnya.

"Lo gak makan?"

"Gue sudah makan sama panitia acara tadi."

Vito menyantap makanannya dengan lahap, ia ditemani Vista yang duduk di sampingnya. Vito senang ditemani makan meskipun Vista sibuk dengan gawainya. Vito dan Vista adalah sepasang kembar tidak identik. Mereka terlahir dengan jarak waktu 5 menit. Vito lahir lebih dahulu sehingga ia dianggap sebagai anak bungsu karena konon katanya anak kembar yang lahir terakhir adalah yang sulung. Sejak kecil mereka berdua terbiasa makan bersama, hal ini juga yang menyebabkan Vito sering menghampiri Vista jika ia ingin makan.

"Oh iya, gue mau tanya pendapat lo. Nih ya misalkan ada cewe yang punya pacar deketin lo terus lo gimana?" Vista meletakkan gawainya di atas meja dan fokus menanti jawaban dari Vito.

"Kalau dekat buat jadi teman ya gak masalah."

"Bukan gitu, maksudnya mendekati dalam arti lainnya."

"Memang ada cewe semacam itu?"

"Ya ada lah."

"Untung gue gak ketemu." Vito malah tertawa sambil mengelus dada.

Vista kesal mendengar jawaban kembarannya yang tidak membantu sama sekali. Vista mengambil gawainya dari atas meja dengan kasar kemudian berjalan meninggalkan meja makan. Tapi langkahnya terhenti saat Vito menarik tangannya dan ia terduduk kembali di kursinya.

"Suka sama seseorang itu bukan kesalahan. Yang salah di sini adalah situasinya. Kalau memang dia benar-benar menyukai seseorang dan merasa orang itu penting untuk diperjuangkan seharusnya ia mengorbankan yang lainnya. Bilang sama teman kamu, dia harus siap menyakiti seseorang saat ia mulai menyukai yang lain."

"Tumben."

"Karena gue sudah menjawab pertanyaan lo, silahkan cuci piringnya ya. Bye bye my sister." Vito berlari dengan cepat ke kamarnya kemudian ia mengunci pintu dari dalam.

Vista tahu ia seharusnya tidak ikut campur masalah Jinda, Renzo dan Leon tapi ia sudah menganggap Leon dan Renzo sebagai teman jadi ia memutuskan untuk berbicara dengan Jinda.

***

Vista bertemu dengan Jinda di sebuah kafe pada hari Minggu. Vista sengaja tidak mengajak siapapun supaya ia dapat berbicara dengan leluasa. Setelah setengah jam menunggu akhirnya Jinda muncul. Jinda mengenakan kaus putih polos dipadukan dengan cardigan peach dan jeans biru muda, rambut hitam panjangnya digerai. Ia terlihat sangat cantik.

"Sorry, tadi susah dapat ojek online."

"Oke gak apa-apa."

"Gue kira lo datang sama kak Ros, kok sendirian?"

"Gue mau ngobrol sama lo aja."

Mata Jinda menyipit kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Vista, "Pasti serius? Masalah Renzo?"

Vista tidak langsung menjawab, hal itu membuat Jinda tersenyum terkesan meremehkan.

"Sepertinya Leon bilang ke semua orang sampai lo juga ikut penasaran."

"Leon gak bilang apa pun, kami semua sadar kalau lo suka sama Renzo. Lo terlalu terlalu terlihat jelas."

"Gue sudah gak suka sama Renzo. Kalian gak usah ikut campur urusan gue. Kemarin Yessa, sekarang lo, biar gue tebak besok Sri pasti ikut campur juga."

"Sikap lo aneh deh, lo suka sama Renzo saat lo pacaran sama Dika dan sekarang seolah-olah pelaku kejahatannya adalah Leon."

"Gue bilang sama Leon kalau gue suka sama Renzo supaya dia bantu gue, tapi lihat sekarang justru dia yang dekat dengan Renzo."

"Gue beneran gak mengerti jalan pikiran lo. Leon sama Renzo itu berteman bahkan mereka sudah seperti saudara dan sekarang lo..."

Ucapan Vista terhenti saat Jinda tiba-tiba berdiri kemudian mengangkat sebuah panggilan. "Cowok gue sudah jemput. Gue cabut duluan."

Vista tidak menanggapi ucapan Jinda namun matanya terus mengikuti pergerakan gadis itu. Vista yakin benar ia mendengar Jinda mengatakan cowok gue jadi Vista sangat terkejut melihat Jinda yang menghampiri laki-laki yang dikenal Vista dan itu bukan Dika.



Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day25

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro