Lovely

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Lovely, jika mendengar nama ini sebagian orang akan langsung mengingat Sri sebagai ketua yang sangat terkenal dan menonjol. Selain karena prestasinya dalam bidang pergosipan, ia juga terkenal karena aura yang ia tunjukkan selalu lebih gelap dari orang-orang di sekitarnya. Sebenarnya Sri adalah anak yang ramah namun ia sulit menunjukkan sisi lembut dan perhatiannya pada orang yang baru dikenal.

Lovely sebenarnya terdiri dari anak-anak yang memiliki kisah masa lalu sebagai korban bully atau teman dari korban bully. Tidak banyak yang tahu sebenarnya mereka terbentuk karena ketidaksengajaan. Sri awalnya hanya memiliki beberapa teman dekat yang menyebut diri mereka sebagai Lovely.

"Sri, gue lihat Alya anak ibu kantin dibawa sama kating ke belakang sekolah." Salah satu teman Sri melaporkan kejadian yang baru saja ia saksikan.

"Kita cek kesana sekarang."

Mereka bergerak besama menuju belakang sekolah untuk menemukan Alya. Sri tidak menganal Alya secara personal namun ia tahu jika Alya adalah anak salah satu penjual makanan di kantin.

Setelah tiba di belakang sekolah, Sri benar-benar melihat hal yang seharusnya tidak dilakukan kakak tingkat kepada adik kelasnya. Alya terlihat terduduk sambil menangis, ia tersudut dan dikelilingi lima orang kakak tingkat yang mengenakan seragam yang sama dengan mereka.

"Ehem..." Sri sengaja membuat suara dengan keras untuk menarik perhatian.

Semua orang yang mengelilingi Alya menolehkan kepalanya ke arah Sri. Salah satu dari mereka mendekati Sri dan diikuti oleh dua orang lainnya.

"Ada urusan apa lo?"

"Saya mau ngobrol sama Alya, tapi saya dengar dia lagi sama Kakak."

"Sudah tahu kami main di sini kenapa masih datang?"

"Jadi ini yang Kakak bilang main?"

"Lo ada masalah sama gue?" Suara gadis yang berdiri tepat di depan Sri meninggi.

"Harusnya sih gak ada, tapi kalau kalian masih mau main sama Alya ini akan jadi masalah."

"Dia lebih dulu main sama kita. Lo cari yang lain aja deh."

"Maaf saya gak tertarik sama Alya, sekarang saya jadi tertarik sama Kakak." Sri menyeringai dan memberikan kode pada gadis yang berdiri di belakangnya.

"Veronica nama yang bagus, ayah Kakak polisi? Kira-kira apa ya komentarnya kalau tahu anak kesayangannya melakukan hal yang gak pantas pada adik tingkatnya? Atau mau mampir ke BK dulu?" Sri menggerakkan gawai di tangannya dengan lambat terkesan mengejek.

Gadis yang tadinya menatap Sri dengan tajam menurunkan pandangannya. Sri dapat melihat matanya bergetar.

"Saran dari saya lebih baik Kakak banyak belajar deh, sebentar lagi mau UN loh." Sri berjalan mendekati Alya kemudian membantunya berdiri tanpa dihalangi oleh satupun kakak tingkatnya.

Setelah kejadian itu, Alya menjadi anggota Lovely dan salah satu teman terdekat Sri. Awalnya Sri tidak terlalu peduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya hingga suatu saat ia melihat kejadian yang tidak menyenangkan di depan matanya dan ia tidak dapat melakukan apapun. Sejak kecil Sri sudah menekuni karate, saat ia berusia 14 tahun ia sudah memenangkan banyak perlombaan. Sri yang saat itu tidak bisa melakukan apapun karena ia sedang dalam masa karantina untuk sebuah perlombaan penting akhirnya memutuskan tidak akan pernah mengabaikan jika mengetahui hal serupa terjadi.

***

Vista tiba lebih pagi dari biasanya karena hari ini merupakan jadwal piketnya. Saat Vista baru memegang sapu di tangannya, Sri memasuki kelas.

"Piket ya?" Sri meletakkan tasnya di bangku kemudian bergerak mengambil sapu.

"Lo kan gak piket hari ini. Gue aja gak apa-apa."

Sri tersenyum ramah, "kalau ada yang bantu kan jadi lebih cepat selesai."

Vista tersenyum mendengar jawaban Sri. Mereka menyelesaikan piket dengan cepat karena semua kursi sudah dirapihkan saat Vista datang. Vista sudah menduga ini pasti ulah Fras. Rumah Fras hanya berjarak 300 meter dari sekolah, jika jadwalnya piket ia memiliki kebiaasaan merapihkan bangku setelah bangun tidur.

"Pasti Fras yang beresin bangkunya?" Sri bertanya setelah mereka duduk berdampingan. Vista duduk di kursi Leon.

"Iya benar, dia itu salah satu orang teraneh yang gue kenal. Ngapain coba dia subuh-subuh piket?"

Sri hanya membalas pertanyaan Vista dengan senyuman.

"Dulu waktu kelas satu, dia pernah hampir diteriaki maling sama Pak Baim satpam sekolah. Dia ke sekolah subuh-subuh pakai training, sendal jepit sama jaket merah yang sudah berubah warna jadi pink karena sering dia pakai."

Sri kembali tertawa mendengar cerita Leon, "Jaket dia tuh banyak, tapi kayanya cinta banget sama jaket merah itu."

"Dari mantannya kali." Vista menjawab asal, kemudian mereka kembali tertawa.

Saat makan siang, Sri duduk di kursinya dengan tidak nyaman. Leon yang menyadari perubahan raut wajah Sri akhirnya bertanya.

"Lo kenapa?"

"Gak apa-apa." Tidak lama setelah Sri menjawab pertanyaan Leon, seseorang yang wajahnya familiar terlihat memasuki kelas dengan tergesa-gesa.

"Lo kemana aja sih, ditelepon kok gak diangkat?"

"Ada apa memangnya Alya?" Atha yang terlihat mengenali gadis itu bertanya.

"Devi ribut lagi sama kakak kelas. Katanya sore ini dia mau dilabrak lagi. Anak-anak sudah nunggu Sri dekat kolam tapi dia gak datang makanya gue ke sini."

"Ooh gitu, oke nanti Sri bakal nyusul. Lo aja yang arahin anak-anak sementara." Atha kembali bersuara.

Selain Atha yang mengenal Alya sepertinya ia juga sangat memahami kondisi Sri saat ini. Renzo dan Fras saling bertukar kode dalam tatapan mata sedangkan Leon dan Vista menyikut satu sama lain dan Ardi yang duduk diantara Atha dan Sri hanya bisa mengamati situasi.

"Kalo lo gak mau pergi biar gue yang bilang ke anak-anak." Atha memecah keheningan.

"Bukan berarti gue gak mau pergi. Hanya saja..." Sri menunduk dan tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Lo harus jujur sama mereka sekarang." Atha menatap Sri dengan tatapan yang tajam namun terkesan hangat.

"Gue..., gue takut kalian gak mau berteman sama gue kalau gue ikut sama Lovely nanti."

Leon, Vista dan Renzo dibuat terdiam. Fras tersenyum lebar kemudian bersuara, "kalau menurut lo itu hal yang benar kenapa enggak? Menurut gue pertemanan kita gak sekonyol itu walaupun nama kita Leluchon. Lo bebas main sama siapa saja asalkan lo gak melakukan hal-hal di luar batas."

"Saya juga gak pernah dengar kalau kamu melakukan hal-hal gak baik. Kalau menurut kamu itu baik silahkan, saya merasa tidak punya hak untuk melarang." Ardi ikut bersuara.

Leon, Vista dan Atha menggangguk kompak.

"Tapi orang-orang pasti akan berpikiran jelek tentang kalian kalau tahu aku bertengkar lagi dengan kakak kelas, karena aku mungkin nama kalian gak akan baik-baik saja."

"Lo teman kami, kami tahu lo gimana dan gue sih gak peduli apa kata orang." Leon mengusap punggung tangan Sri yang saat ini terkepal di atas meja.

"Atha sudah cerita semua tentang Lovely. Lo adalah bagian dari mereka. Lo adalah seseorang yang paling diandalkan disana. Selama lo melakukan hal itu demi kebaikan. Kami selalu dukung lo."

Tanpa terduga mata Sri berkaca-kaca. Sebenarnya Sri memiliki sangat banyak teman, beberapa dari mereka menghargai Sri karena kemampuannya dan sebagian lainnya menghargai Sri karena ia populer. Ini kali pertama Sri menemukan teman-teman yang melihat dia apa adanya. Hanya sebagai seorang Sriracha dan mereka terlihat sangat menghargai itu.



Terima kasih sudah membaca ;)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day26

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro