Renzo Laberdo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Renzo Laberdo adalah nama yang sangat unik. Renzo berarti kecerdasan dan kebijaksanaan sedangkan Laberdo berarti lahir bersama doa. Beberapa orang mungkin akan keheranan mendengar arti nama Laberdo. Laberdo terdengar seperti nama orang asing tetapi arti dari nama tersebut adalah singkatan dari frasa yang penuh makna. Tidak banyak yang mengetahui arti nama Laberdo. Beberapa orang hanya beranggapan mungkin nama itu adalah nama salah satu pemain telenovela yang populer pada zamannya. Ren begitu ia biasa dipanggil.

Sejak SMP, Ren sudah dikenal sebagai pemberontak. Mulai dari membolos, merokok hingga berkelahi, tetapi intensitas masalah yang dibuatnya mulai berkurang sejak ia bergabung di OSIS. Sebenarnya Ren adalah salah satu anak yang berprestasi di bidang olahraga oleh karena itu ia dapat bergabung dengan OSIS. Mungkin itu salah satu alasan sekolah tidak mengeluarkannya.

Untuk kesekian kali pada tahun pertamanya di SMA, Ren duduk di ruang bimbingan konseling. Masalah kali ini adalah Ren yang tiba-tiba melayangkan tinju pada teman sekelasnya disaat pelajaran masih berlangsung. Saat ditanya apa penyebabnya, Ren hanya terdiam. Karena Ren tidak memberikan respon pada semua pertanyaan akhirnya bimbingan dilakukan secara terpisah.

Ren masuk ke ruangan yang sudah sangat sering ia kunjungi. Ruangan ini adalah ruangan Bu Made, pembimbing konseling kelasnya. Bu Made mendekati Ren, kemudian menyentuh pundaknya dengan lembut. Ren terkejut namun tidak menunjukkan respon yang ketara. "Ibu tahu pasti ada alasan mengapa kamu bertingkah seperti ini. Ibu tidak pernah menyalahkan kamu. Ibu akan selalu membela kamu apapun yang terjadi." Bu Made tersenyum kearah Ren, namun diabaikan.

"Kalau Ibu sudah selesai, saya mau kembali ke kelas." Ren bangkit dari duduknya kemudian membungkuk kearah Bu Made sebagai tanda hormat.

"Saya tau kamu anak baik Ren, saya harap kamu bisa berubah lebih baik lagi."

***

Kelas kembali berlangsung seperti biasa, Pak Aji sedikit tercekat melihat Ren memasuki kelas dengan wajah serius. "Renzo, kamu sudah kembali. Silahkan duduk."

Renzo mengabaikan ucapan Pak Aji kemudian ia duduk dibangkunya. Setelah menyingkirkan beberapa benda dari atas meja, ia langsung membuat posisi senyaman mungkin untuk tidur. Pak Aji yang sudah terbiasa dengan hal itu hanya tersenyum pahit kemudian menghela napas.

Setelah bel istirahat berbunyi, Renzo bergegas menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sudah melakukan konser sejak ia memasuki kelas. Ternyata berita perkelahian Renzo dengan cepat menyebar ke seluruh sekolah. Renzo mengetahui hal tersebut dari mamang siomay langganannya di kantin.

"Ren, kamu itu kapan tobatnya?" Tanya mamang siomay dengan logat sunda yang kental. Mamang siomay ini sudah lama berjualan di sekolah ini dan ia cukup akrab dengan beberapa siswa. Ia biasanya dipanggil Mang Batur.

"Aduh Tur, kalo saya tobat nanti tambah tenar dong. Saya nakal aja banyak fans apalagi kalo baik," jawab Ren dengan senyum di wajahnya.

"Untung kamu tuh ganteng" Mang Batur menjawab sambil menggelengkan kepalanya.

"Eh, Mas Edo." Sapa Mang Batur pada seorang laki - laki yang kini duduk di samping Ren.

Ren terkejut melihat Edo yang tiba-tiba duduk di sampingnya dengan wajah serius. Edo adalah teman Ren sejak kecil, mereka juga tergabung dalam tim sepak bola yang sama dan Edo adalah ketua OSIS sekolah ini. Hal ini juga yang menimbulkan banyak gosip mengenai Ren yang masuk OSIS dengan bantuan Edo alias KKN.

"Gue denger lo berantem lagi?"

Ren hanya menghela napas dan mengangguk.

"Ren, lo seharusnya jaga nama baik OSIS. Gue mau bilang apa sama pembina kalo lo buat masalah terus. Ini udah ketiga kalinya lo berantem di lingkungan sekolah."

"Maaf." Ren tertunduk mengucapkan kata itu.

"Lo harusnya minta maaf sama Algi bukan gue."

Ren bangkit dari duduknya, kemudian melihat Edo dengan serius, "Gue gak salah, kenapa lo gak tanya alasan gue?"

Edo yang sudah paham sifat Ren akhirnya mengalah, "Oke gue minta maaf." Edo ikut berdiri kemudian menarik pelan tangan Ren agar ia kembali duduk. "Kenapa lo ribut sama Algi?"

"Dia bahas tentang Ayah," jelas Ren.

Hanya dengan satu kata 'Ayah' Edo merasa sangat paham bahkan tanpa adanya penjelasan dari Ren. "Oke, gue ngerti."

Setelah emosi Renzo mereda, Edo mulai membicarakan tujuan awalnya bertemu dengan Renzo. "Ren, gue harap lo bisa kontrol emosi mulai saat ini. Lo sudah gue usulkan jadi perwakilan sekolah sebagai duta anti narkoba."

"Yah, kalo dutanya macam gue ini mah gak bisa mencegah, yang ada malah mengobati hahaha." Ren tertawa lepas karena menganggap hal yang disampaikan Edo hanyalah lelucon.

"Wah, bagus itu Mas Edo, biar si Ren tobat sedikit supaya kerjaannya gak main bola sama main jotos aja." Mang Batur ikut berkomentar dengan semangat.

"Gue harap lo mempersiapkan diri dengan baik. Gue cabut duluan."

Edo meninggalkan Ren yang masih tidak bisa berkata kata. Ren mengira yang dikatakan Edo hanya candaan tapi ia salah karena Edo terlihat sangat serius hingga akhir percakapan mereka.



Terima Kasih sudah membaca :)

#30DayWritingChallenge #30DWCJilid23 #Day3

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro