Nineteenth Planting

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Nineteenth Planting


-Daisy-

Pasca postingan Instagram yang lumayan bikin panik itu, Daisy menjadi lebih hati-hati berinteraksi dengan Giras. Dia tidak mau hubungan mereka yang tidak dekat itu menjadi dekat melalui jalur yang salah. Mereka bisa berteman, mengobrol seperti orang awam yang tidak punya hubungan khusus. Dia tidak mau dianggap sebagai perusak hubungan orang.

Kendati Gita telah berkali-kali memintanya untuk tidak khawatir, Daisy tetap memegang prinsip yang sama. Dia tidak mau orang-orang jadi salah paham. Hubungannya dengan Giras hanya sebatas pertemanan biasa.

Ya, itupun kalau bisa dikatakan pertemanan.

Pagi itu ketika mereka bersiap melakukan snorkeling sebelum pulang, Daisy mencoba bersikap seperti biasa. Sementara Gita dan Giras, malah terlihat biasa saja. Mereka tidak mencoba bersikap seperti biasa. Bahasa tubuh keduanya nampak rileks. Mereka bergantian mengajaknya untuk ikut turun ke laut. Snorkeling bisa dilakukan bagi orang yang belum bisa berenang. Dia bisa melakukannya di tempat yang dangkal. Daisy tetap menolak dan memilih menunggu saja di pantai. Dan seperti inilah sekarang. Kedua bersaudara itu melakukan aktivitas snorkeling, sementara dia duduk bermain ponsel.

Daisy rasanya ingin menertawai dirinya sendiri.

Sepertinya dia saja yang panik berlebihan.

Terlalu banyak berkhayal ternyata tidak baik untuk kesehatan.

Dalam tulisannya, dia mendeskripsikan dengan gamblang, karakter tokoh laki-laki yang disukai tokoh utama perempuan. Dia seringkali terlarut di dalam cerita hingga kerap membayangkan, bagaimana jika khayalannya menjadi kenyataan. Bagaimana jika sosok yang dia ciptakan menjelma di dunia nyata.

Masih dengan perasaan bingung, Daisy membuka tas selempang, merogoh sebentar, kemudian mengeluarkan buku notes kecil yang memiliki halaman bergaris. Sampulnya masih kokoh karena terbuat dari kertas karton tebal. Buku kecil itu dia gunakan untuk menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan novel yang digarapnya. Plot, penokohan, dan sebagainya untuk judul terbaru, dia tandai dengan menyelipkan pembatas buku yang terbuat dari karton daur ulang berbentuk bunga Daisy.

Daisy membaca ulang coretan di lembaran tempat dia menyelipkan pembatas buku.

Tampan, baik, supel, cerdas.

Karakter laki-laki yang sempurna.

Tapi karakter tersebut memiliki kekurangan terbesar, yaitu player. Sulit baginya menetapkan pilihan, karena dia sangat sulit serius dengan satu perempuan. Dia kerap memberi harapan tanpa sengaja kepada perempuan yang dekat dengannya, hingga mengira laki-laki itu menyukainya.

Padahal hanya menganggapnya sebagai teman.

Persis seperti Giras.

Daisy membuang napas panjang.

Masih belum terlambat baginya untuk berhenti menuliskan tentang kisah "Aku" dan karakter laki-laki menyebalkan itu. Lima chapter awal dengan jumlah kata lebih dari sepuluh ribu, itu masih sedikit untuk dilanjutkan. Dia bisa berhenti dan mulai menulis judul lain.

Karena dia tidak harus membayangkan Giras setiap menulis cerita.

Dia enggan melibatkan pacar perempuan lain dalam hidupnya.

Daisy mendesah panjang. Buku di tangannya, kini ditutup. Cepat-cepat dimasukkan ke dalam tas.

Bodo amat.

Dia harus segera mencari pacar!

Aplikasi dating yang bagus, apa ya?

***

-Giras-

Gerak-gerik Daisy jadi aneh saat Giras mengajaknya mengobrol. Senyumnya tidak lagi canggung, tapi sebaliknya, senyumnya sedikit lebih lepas. Pertanda baik. Caranya berbicara juga jadi lebih lepas. Daisy bahkan balik bertanya, bagaimana keadaan di dasar laut. Giras bercerita singkat tentang apa yang dilihatnya. Dan Daisy menyimak setiap perkataannya dengan penuh perhatian.

"Kayaknya, gue mesti nyoba aplikasi dating."

Daisy terdengar berbicara kepada Gita yang tengah mengeringkan rambut.

"Tinder?"

"Mmh, iya." Daisy lantas menunjukkan ponselnya kepada Gita. Tanggapan Gita hanya selintas lalu, karena Giras tahu persis, kalau Gita paling anti dengan aplikasi semacam itu.

"Serius, Day. Lo mau main Tinder?"

"Kenapa? Lo pernah bilang kalau gue mesti aktif kalau pengen dapat pasangan. Ternyata lo benar. Gue nggak bisa terus-menerus jadi cewek pasif. Jadi, gue harus berikhtiar pakai cara ini."

Entah perasaannya saja atau gimana. Karena Giras merasa, Daisy sengaja mengeraskan suaranya saat sedang mengobrol dengan Gita.

Ya, nggak ada urusannya dengan dia juga. Malah bagus kalau Daisy mau berusaha. Itu tandanya, dia juga punya rencana ke depan untuk memiliki pasangan.

"Jadi, gimana menurut lo?"

"Boleh-boleh aja sih. Itu kan hak lo buat nyari pasangan. Tapi hati-hati aja, jangan sampai kena scam." Gita lalu memandang Daisy. Lama. "Seriusan Day? Lo yakin? Terus terang aja, malah gue yang nggak yakin."

Giras berjalan ke arah mereka sambil mengacak-acak rambutnya yang masih lembab.

Mungkin Daisy butuh semacam advice.

"Kalau saya bisa ngasih saran, sebaiknya selidiki baik-baik. Dan nggak perlu lama-lama, langsung ajak ketemuan, biar jelas." Giras mengucapkannya dengan hati-hati, menghindari ketersinggungan.

Tapi Daisy bisa menerimanya. Dia mengangguk tanda mengerti.

Rasanya semakin aneh ketika Daisy menunjukkan lagi layar ponselnya kepada Gita. Tidak butuh waktu lama, Gita menggeleng kuat-kuat.

"Ketuaan ini, Day."

"Cuma beda tujuh tahun. Orangnya juga kelihatan baik."

Gita melihat layar ponsel dengan malas-malasan. "Ya, kalau lo suka, coba ajak ngobrol aja. Cuma kalau buat gue, ketuaan. Gue suka yang umurnya nggak jauh dari umur gue."

"Ini kan buat gue, Git."

"Kan lo nanya pendapat gue?" Gita meliriknya sambil mengangkat bahu.

"Ya udah, gue skip aja kalo gitu."

Tidak berapa lama, Daisy menunjukkan lagi. Sosok lain, pastinya.

"Lo mau macarin berondong?"

"Cuma beda tiga tahun doang." Daisy terdengar cukup yakin akan pilihannya. "Pekerjaannya juga bagus. Ya, masih magang sih. Tapi gajinya lumayan."

Gita berusaha tersenyum, meski Giras sangat yakin bahwa Gita sedari tadi sudah ingin menegaskan kepada Daisy kalau dia tidak perlu melakukan cara itu demi mendapatkan pacar.

Tidak ada yang salah dengan aplikasi dating. Setiap orang sah-sah saja menempuh cara berbeda demi mendapatkan pasangan.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Giras begitu duduk di samping Daisy.

Mendengar pertanyaannya, Daisy menoleh sambil mengangkat alis. Terlihat lebih percaya diri saat menatapnya. She looks cute with that gesture.

"Nggak mau disangka yang nggak-nggak sama orang."

Sekarang berganti Giras yang kebingungan. Dia tidak langsung menjawab.

"Gue kan udah bilang, soal foto itu nggak usah dipikirin, Day." Gita langsung merangkul Daisy, mungkin mulai merasa bersalah.

"Nggak kok. Bukan karena foto itu." Daisy tertawa kering. "Gue kepikiran aja, kalau lagi liburan gini. Pasti bakal lebih seru kalau gue bisa ngelewatin bersama seseorang yang spesial. Yang bisa gue kenalin ke orang-orang tanpa sungkan."

"Lo bisa anggap gue sosok spesial kok, Day." Gita tersenyum.

"Me too."

Daisy menatapnya ragu saat Giras mengatakannya.

"Kalau Gita bisa jadi sosok spesial, saya juga bisa, kan? As BF. Bestfriend."

Gita tertawa kecil.

"Nah kan udah dikonfirmasi. BF itu Bestfriend. Ya kan, Mas?" Gita terdengar "berusaha" terdengar bersemangat. Gita seperti paham ada sesuatu yang tidak beres di sini.

"Ah, ya. Cuma singkatan doang, seharusnya nggak perlu ada masalah." Giras lalu beranjak lebih dulu. "Kalau kamu butuh bantuan soal aplikasi dating itu, saya bisa bantu. Paling nggak, saya bisa mendeteksi laki-laki mana yang berpotensi jadi buaya darat, dan yang hanya mencoba manfaatin kamu."

Daisy kembali mengangguk.

"Kalian masih mau tinggal? Siang, kita udah harus balik Jakarta."

Giras menyugar rambutnya sambil berjalan menyusuri pasir.

"Baru nyadar, udara di sini panas juga." Keluhnya.

***

-Daisy-

Daisy menyeret langkahnya memasuki rumah. Begitu mencapai sofa terdekat, dia langsung duduk terhenyak.

Capek banget.

Mereka sampai di Jakarta ketika hari sudah beranjak sore. Masih dalam perjalanan menggunakan mobil sewaan, Daisy mengirimkan chat kepada Lily bahwa tidak lama lagi dia akan sampai. Lily sudah bolak-balik menanyakan apakah dia jadi pulang hari itu.

"Udah pulang, Day?" tanya mama yang muncul dari arah dapur. Daisy bisa mencium aroma bawang dan rempah lain dari pakaian mama.

"Iya, Ma." Daisy meletakkan begitu saja tas pakaiannya di atas sofa. Lily yang baru datang, berbaik hati membawakan tasnya sampai ke dalam kamar.

"Tumben banget lho, Tante Gendis nelepon Mama?" Kata mama sambil duduk di samping Daisy. Mencondongkan tubuhnya, seolah hendak mengatakan sesuatu yang sifatnya sangat privasi. "Tante Gendis nanyain kabar. Ngobrol sebentar, nanyain anggota keluarga satu-persatu. Trus tiba-tiba Tante Gendis nanya soal hubungan kamu sama Giras. Mama bingung harus ngomong apa. Jadi Mama bilang, kalau kamu belum ngomong apa-apa sama Mama." Ini ekspresi mama yang paling serius sepanjang beberapa bulan terakhir. "Kamu sama Giras, emang pacaran?"

Daisy menarik napas dalam-dalam. Dia masih capek, efek perjalanan jauh, dan sekarang bukannya dipijitin, malah disambut dengan pertanyaan seperti ini.

"Nggaklah, Ma." Jawab Daisy singkat. Malas banget harus klarifikasi sekarang. Paling tidak, dia harus mandi dulu, istirahat sebentar, mungkin makan malam dulu, baru cerita.

"Trus, kenapa Tante Gendis ngasih tau soal itu ke Mama?" tanya Mama, terheran-heran sendiri. "Mama tau, kamu itu sangat tertutup, tapi masa hal sepenting ini kamu rahasiain dari Mama? Kenapa? Kamu malu sama Mama? Kamu udah dewasa, Day. Ngapain malu sih? Nggak apa-apa kalau kamu mau pacaran. Apalagi sama Giras. Anak itu baik, dan kelihatannya nggak macam-macam."

Sekarang Daisy beneran malu dengan kata-kata mama, karena sungguh tidak sesuai fakta.

"Ma, itu hanya salah paham aja. Gita posting foto aku sama Kak Giras di Instagram, trus Tante Gendis lihat. Gitu, Ma."

Mama menggeleng tidak percaya. "Kamu jangan bohong sama Mama. Nggak apa-apa, Day. Bilang aja yang sebenarnya." Mama malah makin mendesak. Rasanya Daisy ingin kabur saja dari rumah kalau begini. "Jadi, kapan?"

"Kapan apa sih, Ma?" Daisy semakin frustrasi.

Mama tiba-tiba menepuk paha Daisy, agak keras. "Kapan kalian lamaran?"

YA AMPUUUUN MAMAAA

"Nggak, Ma. Nggak kayak gitu."

"WHOOA, serius, Ma? Serius, Kak Daisy sama Mas Giras pacaran? Kok Mas Giras mau?"

ASEM!

***

Aku update lagiii.

Penasaran nggak, sebenarnya gimana perasaan mereka satu sama lain? :D


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro