21. Baku Hantam

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Yumna!" Ren memekik. 

Detik itu juga, Galen menoleh ke muara suara. Dengan tangan yang masih memegang pisau lipat, dia mendecih sebal.

"K-kak Ren .... Ken ...," panggil Yumna akan kedatangan Ren dan Ken. Napasnya terengah. Lengan tangannya amat sakit akibat tiga sayatan dalam yang menembus dagingnya. Darah segar terus mengucur.

"Tertangkap juga kamu!" seru petugas keamanan begitu sesaat ke depan berhasil menangkap Ren. Namun, kala kedua matanya melihat ke dalam kamar, lelaki parah baya itu langsung kaget hingga berhenti bernapas.

"Astaga!" pekik wanita housekeeper.

Sedangkan, Ken sudah melompat ke atas kasur. Mengeong nelangsa ke arah Yumna yang terlampau kesakitan.

"Kurang ajar!" Wajah Ren memerah.

Ren maupun Galen langsung mengangkat kaki untuk saling mendekat. Ren melayangkan satu tendangan kuat mengarah ke dada kiri Galen. Tubuh kerempeng Galen terpelanting, jatuh ke lantai.

"Tolong, segera tolong gadis itu, Pak, Bu. Orang gila ini biar saya yang mengurusnya." Ren meminta bantuan petugas keamanan dan housekeeper.

Mereka berdua langsung berlari ke arah Yumna yang sudah lemas. Berusaha dengan segala cara melepaskan borgol berantai, serta segera menelepon menghubungi ambulans dan mencari bantuan lain.

"Arlo!" panggil Galen pada anjing Pitbull miliknya yang baru terbangun dari tidur nyenyak di atas sofa.

"Serang kucing kecil itu sampai mati!" perintah Galen seraya mencoba bangkit. Sebelah tangannya meraba-raba untuk meraih pisau lipat yang lepas dari genggaman. Namun, sebelum Galen meraihnya, dengan cepat Ren menendang pisau lipat itu ke pojokan kamar.

Kedua mata Arlo menyala tajam. Menggonggong. Berlari memburu Ken yang sudah turun dari ranjang.

Pun sama. Kedua mata Ken yang masih bertopeng vampir menyala menantang. Tubuh bermantel vampir, semua bulu halus orennya berdiri tegak. Mengeong kencang. Saatnya untuk bertempur habis-habisan.

Begitu berdiri sempurna, tangan Galen terkepal kuat membalas Ren dengan memukul tepat di pipi kanan lawan mainnya itu. Ren menyeringai, mengejek.

"Hanya segitu kemampuanmu, heh?!" ejek Ren.

Galen menggeram. Sebelah tangannya kembali terkepal. Meninju keras ke rahang Ren.

Ren sangat mahir menghindar, pukulan itu melesat lagi ke udara. Beberapa kali Galen melayangkan pukulan, lebih beringas, Ren selalu menangkis dengan tepat. Rupanya Ren pandai bela diri, tak seperti dirinya yang buta bertahan menggunakan teknik itu, lebih dominan menggunakan senjata tajam.

Bugh! Bugh! Bugh!

Kontan wajah Galen semakin membiru kala kepalan tangan penuh dengan tulang besar milik Ren, mendarat keras di tulang pipinya, tiga kali berturut-turut.

"Bangs*t!"

Galen terjengkang, kesempatan itu digunakan Ren secara sempurna menendang dada dengan sebelah kaki. Tubuh kurus Galen ambruk. Ren gesit menduduki tubuh Galen, menghajar wajah dengan membabi-buta, darah merembes dari ujung bibir Galen.

Bugh! Bugh! Bugh!

Galen kalah telak. Ren bangkit, menginjak kuat area vital Galen dengan sepatu tebal yang selalu digunakannya mengantar makanan. Galen pun mengerang keras. Lantas, Ren mentempeleng rahang Galen dengan tenaga penuh hingga hilang kesadaran.

Dengan napas memburu, Ren menatap kasur yang sudah melompong. Yumna sudah dibawa keluar oleh petugas keamanan dan wanita housekeeper.

Sedangkan, di area pantri, pertarungan Ken dan Arlo masih berlangsung bengis.

Dua hewan yang sama-sama berkaki empat itu berhadapan. Arlo menggonggong, gigi-gigi tajamnya tampak sangat mengerikan. Ken seolah terbang melawan Arlo yang lebih besar. Kuku tajamnya sempat tersangkut pada kulit di dekat mata Arlo. Namun, Arlo juga dengan mudah menaklukkan Ken yang lebih kecil darinya. Meski badannya cukup berlemak, Arlo bergerak gesit, menggigit perut Ken. 

Suara mengeong kesakitan pun nyaring terdengar, Ren turun tangan saat itu juga, mengambil sesuatu untuk memukul anjing Pitbull.

Ren menemukan payung hitam di pojok hotel, segera meraihnya. Sedangakan, Ken mengeong pilu akan gigitan Arlo yang tak kunjung lepas. Segera, Ren mencolokkan ujung payung pada sebelah mata Arlo. Seketika, Pitbull buas itu melepaskan gigitannya. Darah segar mengalir deras dari perut Ken.

"Bertahanlah, Ken!" pinta khawatir Ren. Berjongkok mengelus kepala Ken yang terkapar, mengeong kesakitan, melepaskan topeng vampir.

"Bertahanlah, kumohon, Ken. Bala bantuan akan segera datang." Wajah Ren memerah khawatir bercampur marah. Dengan cepat melepaskan mantel vampir. Beralih Ren melepaskan jaket trucker miliknya, membebatkannya ke tubuh terluka Ken.

Sorot mata bengis Arlo tertuju sempurna pada Ren. Menggonggong marah. Sesaat ke depan, dengan posisi hendak menerkam dan Ren sudah kembali berdiri, ancang-ancang melawan menggunakan payung di tangannya, satu tembakan yang bunyinya berasal dari belakang Ren, timah panasnya melumpuhkan kaki Arlo.

Syukurlah, bala bantuan sungguh datang.

***

Di tengah pesta Halloween yang berantakan usai mendengar nyaring pistol, suara sirene kembali memperoleh perhatian semua orang yang berada di Hotel Nocturne.

Bisikan cemas dan pandangan penuh kekhawatiran tercetak jelas kala mereka menyaksikan polisi menangkap Galen beserta mengamankan Arlo.

Para peserta pesta tak lagi asyik dalam pesta kostum mereka. Beberapa menggumamkan komentar tak percaya, sosok humble seperti Galen ternyata memiliki jiwa iblis di dalam dirinya. Sementara yang lain sibuk mengambil foto dan video untuk diunggahnya di media sosial. Sebagian, para penggemarnnya mengelus dada tak percaya, sampai ada yang berdoa, bahwa Galen tidaklah bersalah, kesalahpahaman semata.

Tidak ada lagi suasana pesta yang semula riuh rendah nan ceria. Pesta Halloween kacau balau.

Secepat kilat. Berita penangkapan dan penganiayaan Galen terhadap Yumna menjadi hot news. Viral di semua media sosial. Trending pertama di Twittweet.

Seram sekali, aku nggak nyangka kalo di balik sikap manis dan sopannya, Galen memiliki jiwa iblis.

Dasar psikop4t!

Sudah ada berita terbaru. Katanya bajingan ini juga adalah pembunuh berantai yang kemarin tulang belulangnya ditemukan di Gunung Gendong.

Malu banget, pernah jadi penggemar dia!

Aku juga jijik banget astaga, pernah ngidam dan doa agar jadi ceweknya dia!

Bener aja, feel-nya dapet banget pas dia akting jadi psikopat di film Neraka Dunia. Ternyata emang cerminan diri.

Demikian sebagian kecil komentar netizen di media sosial perihal kasus Galen.

Begitulah. Di tengah keramaian kota Jakat, Galen dikenal sebagai individu yang rendah hati dan ramah kepada siapa pun yang bertemu dengannya. Namun, di balik senyumnya yang manis tersembunyi sifat keji yang tak terduga.

Dengan kecerdasan yang tajam, Galen cermat menyembunyikan sisi gelapnya di balik tirai kedamaian palsu yang dirinya bangun. Dengan kefasihan sosialisasinya, dia mampu memanipulasi keadaan, menjadikan dirinya sebagai individu yang dicintai dan dihormati di mata banyak orang, sama sekali tanpa mereka sadari bahwa di balik kedamaian yang dia pancarkan, terdapat kegelapan tak terbayangkan.

Sebagai seorang aktor muda yang berbakat, Galen menambah lapisan kedalaman pada kedoknya yang sempurna. Di atas panggung sandiwara, dia memainkan peran-peran dengan begitu meyakinkan sehingga penggemar-penggemarnya terpesona oleh kemampuan aktingnya yang luar biasa. Dengan karismanya yang memikat, dia mampu mencuri hati banyak orang, termasuk penggemar beratnya yang tak menyadari kepalsuan di balik sosok yang mereka kagumi. Kehidupan profesionalnya yang gemilang semakin menambah dimensi kompleks pada kehidupan ganda Galen—seorang psikopat yang bersembunyi di balik topeng kesempurnaan yang dia peragakan.

Di sisi lain, dini hari, Yumna yang telah mendapatkan pertolongan medis, baru sadar dari anestesi, langsung mencari Ken. Tanpa berpikir panjang, dia meminta Taslim membawanya menemui Ken.

Setelah mendapatkan persetujuan dari kedua orangtua, tanpa peduli nasihat dokter untuk dirinya beristirahat penuh, Yumna bergegas bersama Taslim ke klinik hewan tempat Ken dirawat.

Yumna bernapas lega kala masuk ke ruang rawat inap Ken, Ren setia menemani Ken. Dan di sana, Yumna juga tak menduga kalau Yuda ikut serta menemani Ken.

"Ken!" seru Yumna, langsung berlari ke medis stainless steel milik Ken.

"Dia belum sadarkan diri, Yum." Yuda bersuara. Menepuk bahu Yumna yang sudah menangis deras.

"Kenapa Ken juga harus ikut terluka, Kak? Bukankah seharusnya hanya aku yang dihukum?" Yumna menoleh ke arah Yuda. Roman muka pilu tercetak jelas di sana.

"Karena memang inilah kemauan Ken agar kamu bisa kembali," jelas Yuda, ekor matanya teratensi ke arah Ken yang terbaring lemah dengan beberapa luka jahitan di tubuh, "Ken menyerahkan semua hidupnya untuk bisa nyelametin kamu. Dia nggak mau kamu terjebak selamanya di dunia ini."

Bukan menjawab, air mata Yumna kian menganak liar.

Ren dan Taslim menundukkan wajah. Ikut terbawa kesedihan yang ada--seolah benar-benar paham apa yang mereka berdua bicarakan.

"Kamu sadar, 'kan? Sudah sejauh apa kamu menyimpang langkah?"

Pertanyaan Yuda membuat dada Yumna bertambah sakit.

Yumna mengaku, dia sadar betul perihal sejauh mana dirinya menyimpang langkah. Namun, dia memilih bebal dan kian menyimpang lebih jauh.

Perlahan, serebrumnya membawa Yumna pada ingatan masa-masa menyimpang langkah itu.

____________________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro