#13 - shimogyo

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng




setelah pengakuan itu, tidak ada satupun dari mereka yang berani memulai percakapan.

masih sibuk dengan pikiran masing-masing, lee minho dan han jisung memilih untuk menghabiskan malam ketiga mereka dalam sebuah kereta menuju kyoto —
kota besar nan modern yang masih mempertahankan segala budaya tradisionalnya dan berdekatan dengan osaka dan kobe.

tentu, ketika memutuskan destinasi tersebut, jisung kembali berdalih bahwa laki-laki itu benar-benar ingin mengunjungi kyoto, meskipun sesungguhnya ia hanya mencontek catatan itinerary minho yang terabaikan setelah mengakhiri hubungannya dengan chris.

tepat pukul sembilan pagi, setelah kurang lebih tujuh sampai delapan jam perjalanan, kedua petualang itu
kini berjalan berdampingan di antara hiruk pikuk kyoto station, menikmati properti yang megah dan dipadati tempat hiburan tanpa suara.

yang lebih tua dengan rasa bersalahnya, dan yang lebih muda dengan berbagai ungkapan terpendam untuk meyakinkan bahwa ia — entah mengapa — sama sekali tidak menyesal saat kehilangan ciuman pertama.

setelah berjalan sekitar lima belas menit tanpa tujuan yang jelas, sekelebat, minho menghentikan langkah kakinya dan menatap laki-laki yang masih mengekor setia di belakang. "han jisung."

"y-ya?" balasnya kikuk.

"maaf."

segera, kedua mata jisung membelalak dengan ekspresi bingung. "ngapain minta maaf?"

"kelancangan gue," lanjut minho sembari menggigit bibirnya tak nyaman. "seharusnya ciuman pertama lo diperuntukkan buat orang yang benar-benar lo sayang, bukan buat gue . . . orang asing yang bahkan belum lo kenal lebih dari seminggu."

"gue—"

"—seharusnya trip spontan ini nggak pernah terjadi. seharusnya gue tetap maksa felix buat ngurus visa dan pulang ke indonesia. semuanya jadi berantakan gara-gara keegoisan gue, dan gue rasa, lebih baik kita pisah setelah keluar dari sini."

"lee minho."

jisung berusaha membalikkan tubuh sang lawan bicara dan berhasil.

"kita," laki-laki itu menggelengkan kepala, tersenyum getir dan mengeratkan tangannya pada ransel yang ia kenakan. "dari awal seharusnya sendiri-sendiri."

"lo ngomong apa, sih?" jisung memilih mengurungkan niatnya, terlanjur terpancing emosi akibat sifat buruk minho yang kerap menyalahkan dirinya tanpa alasan jelas.

"gue nggak salah, kan?"

jisung menaikkan alisnya bingung.

"gue fucked up banget, tahu," lanjutnya lirih. "gue udah rusuhin acara lo untuk kasih penghormatan terakhir ke seungmin. tanpa gue sadari bahkan gue ngelampiasin keinginan buat traveling sama chris yang pupus ke lo yang nggak tau apa-apa. gue . . . nggak seharusnya jadi beban."

"gue kecewa," jisung segera membuang wajahnya ke samping, seakan-akan pemandangan kota kyoto yang ada di hadapan mereka merupakan hal yang paling menarik diamati. "ternyata selama ini lo sama sekali nggak ngehargain memori yang udah kita lewatin. gue. se-nggak relevan itu ya, trip ini di mata lo?"

"bukan gue nggak ngehargain, tapi—"

"—tapi apa?"

berbeda dengan sebelumnya, kini giliran minho yang dibuat kehilangan kata-kata.

"gue nggak habis pikir lo bisa nggak sepeka ini. gue nyaman sama lo. kalaupun gue nggak bisa lama-lama diam di aokigahara kemarin, gue bersyukur karena ini kali pertama gue pergi ke jepang bukan cuma untuk nangisin laki-laki yang nggak mungkin kembali," jisung tertawa sarkastik. tanpa sadar, dirinya sudah hampir menangis, membuatnya terkejut sendiri dengan apa yang baru saja ia lontarkan. "for fuck's sake, lee minho, mungkin ini terkesan gila, tapi entah gimana caranya, gue sama sekali nggak menyesal karena lo yang jadi ciuman pertama gue!"











"keputusan ada di tangan lo," jisung menatap minho kesal, kemudian memundurkan langkahnya. "kalau lo memang mau pergi sendiri, atau pulang ke indonesia sekalian, gue nggak akan maksa lo untuk tetap tinggal. seharusnya gue sadar diri kalau pada akhirnya . . . kita cuma orang asing yang ketemu karena semesta lagi main-main."

menurunkan pandangan ragu, minho hanya sanggup mengeratkan cengkramannya pada tas ransel yang ia kenakan. "m-maaf — ini truth, gue bener-bener minta maaf."

"bukan sepenuhnya salah lo," gelengnya lelah. "bukan sepenuhnya salah siapa-siapa."

dan pada akhirnya, sesederhana itu, serumit itu, lee minho melangkahkan kakinya pergi, mendahului han jisung seraya berjalan menuju pintu keluar.














author's note:
aku tau kalian mau marah tapi tenang guys, minho
cuma kalut. masih ada dua malam lagi 🤪🤙🏻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro