#3 - narita

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



pada akhirnya, perjalanan dari indonesia ke jepang dengan jarak tempuh kurang lebih tujuh jam itu berakhir tanpa sepatah kata.

sesuai dengan yang telah dijanjikan, jisung tak lagi mengusik minho yang memilih untuk tidur sepanjang perjalanan dan ikut memejamkan kedua matanya. entah apa yang membuatnya merasa tak tega — sepertinya, laki-laki berkulit putih susu itu tidak pernah mendapatkan tidur yang pulas sepanjang hidupnya.

setelah selesai mengambil bagasi, jisung dan minho berpisah tepat di gerbang kedatangan, tepat disaat seorang penduduk asli dengan kemampuan berbahasa indonesia yang cukup mahir bernama nakamoto yuta menghampiri minho, memperkenalkan dirinya sebagai supir sewaan yang akan mengantarnya ke shinjuku.

namun, naas.

tanpa mereka sadari, pertemuan mereka belum berakhir disini.











"sudah sampai."

"arigatōgozaimashita (terima kasih)," balas
minho setelah memberikan beberapa lembar uang yen, yang kemudian diterima dengan
penuh sukacita.

berjalan keluar dari mobil berlogo honda itu, di hadapannya, kini terpampang sebuah kompleks apartemen mewah dengan tema minimalis yang telah ditinggali sang kekasih sejak memutuskan untuk melanjutkan pendidikan.

sesungguhnya, minho merasa malu. dirinya bukanlah tipe seseorang yang dapat dengan leluasa mengekspresikan apa yang ia rasakan — bahkan, kedatangannya ke tokyo kali ini dapat dikatakan sebagai kali pertama ia memberikan hadiah anniversary.

tetapi, pada akhirnya, semua itu ia lakukan demi cinta, membahagiakan orang-orang yang ada di sekitarnya dan (mungkin) dirinya sendiri.

melangkahkan kakinya menuju lobby utama, minho segera menghampiri resepsionis yang terlihat sedang asyik menikmati seporsi ramen instan dan bertanya, "excuse me, can you give
me the room number for an indonesian resident named bang chan?"

"sorry, and you are—"

"—his boyfriend."

setelah mendengar kata terakhir yang terucap, sang resepsionis mengernyitkan dahi sebelum menggeleng pelan, seakan-akan memastikan sesuatu. beberapa ketikan komputer kemudian,
ia memberikan minho secarik kertas bertuliskan 0325 dan tersenyum kikuk.

"enjoy your stay and have a good day."











tok, tok, tok!

menggigit bibirnya gugup, minho menatap plat 0325 yang terukir cantik di ambang pintu sambil merapalkan segala doa yang ia ingat. sungguh, laki-laki itu merindukan kekasihnya lebih dari apapun.

selang beberapa detik, dengan samar ia dapat mendengar suara seretan kaki sebelum knop pintu berputar dengan decakan, klik.

"hai, chan—"

"—ohayou, otetsudai shimasyou ka? (selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?)"

minho yang hampir merentangkan tangannya, segera mengurungkan niat saat seorang lelaki bertubuh tegap membuka pintu dengan rambut berantakan khas bangun tidur dan kemeja putih yang belum sepenuhnya terkancing.

apakah resepsionis itu memberikannya nomor
kamar yang salah?

"uhhh," minho mengerjapkan kedua matanya bingung. "good morning, sir. is this bang chan's room?"

mengamati penampilan minho dari atas sampai bawah sebelum bersinggah pada koper yang ia bawa, laki-laki itu hanya mengangguk pelan dan meneriakkan nama yang ia harapkan dengan cukup lantang.

"chan-kun, koko ni te! (chan, sini!)" panggil
orang asing tersebut. "nata wa hōmon-sha o motte imasu! (ada yang nyariin kamu, nih!)"

"are wa dare desu ka, darin? (siapa, sayang?)"

dug.

sekelebat, jantung minho berlari meninggalkan kekangan rusuknya.










"minho, sayang, aku bisa jelasin—"

"—bangsat, chan! gue nggak butuh penjelasan
lo," minho menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menahan air mata yang mendesak. "gue pergi. satu lagi, happy anniversary untuk yang terakhir kalinya."










"pulang, pulang, gue mau pulang . . ." minho membuka tasnya agresif, mencari keberadaan smartphone yang belum ia hidupkan sejak tiba
di negara sakura.

satu-satunya solusi yang muncul di pikirannya adalah menelpon felix dan changbin, memaksa mereka untuk mengurus seluruh berkas yang dibutuhkan dan memesan kursi penerbangan tercepat.

persetan dengan jumlah uang yang telah minho habiskan untuk sampai disini, ia sudah terlanjur sakit hati.

"duh, sialan! dimana sih—" teriaknya frustrasi, sebelum menemukan sebuah perangkat putih kecil yang terlihat mencurigakan.

mengambil barang elektronik tersebut dengan hati-hati, minho mengernyitkan alisnya sebelum memencet tombol unlock.

"sebentar," sepertinya, ia mengenal siapa wajah dibalik foto lockscreen itu. hari ini benar-benar hari sialnya. "jadi, smartphone gue ketuker sama cowok yang tadi ngajakin truth or dare?"







.。*゚+.*.。(❁'◡'❁)。.。:+*




maaf baru update 😣😣
ada yang masih ngikutin buku ini?

btw ini bahasa jepangnya cuma
modal google ya, jadi jangan terlalu
diseriusin . . .

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro