#5 - shibuya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



"lo," tunjuk minho pada laki-laki yang tengah tersenyum lebar di hadapannya. "darimana lo tahu gue berniat jalan-jalan ke shibuya?"

"di pesawat, gue nggak sengaja lihat lo nulis itinerary selama di jepang. turns out shibuya lumayan dekat dari shinjuku," angguk jisung tanpa dosa.

"tapi kan gue maunya ke sini sama dia, bukan sama lo."

"bukannya 'dia' udah sama yang lain?"

"h-hah?"

"nggak, nggak . . ." ia mengangkat tangannya, puas dengan ekspresi yang ditampilkan. "gue bukan cenayang, cuma nebak."

bangsat.











and so, the story begins.

diawali dengan menyusuri setiap sudut shibuya yang padat — sesekali menengok kios makanan, pakaian dan cinderamata yang beroperasi — ia benar-benar tak habis pikir bahwa liburan yang seharusnya dimulai dengan romantis justru berakhir dengan seorang backpacker aneh yang sedikit menyebalkan.

apa yang baru saja terjadi? gumam minho tanpa suara. entah.

"ada takoyaki!" teriak jisung penuh semangat, membuat laki-laki itu mengalihkan pandangan.

sebelum minho dapat merespon apapun, satu dari dua tangan mungilnya telah ditarik menuju sebuah kios kecil yang berukuran tak lebih dari semeter. benar-benar terlihat seperti anak kecil yang baru dibelikan permen.

"lo mau?"

minho menggelengkan kepala. "nggak, nggak selera."

"oke, kalau gitu dua takoyaki," hiraunya. lalu, untuk apa ia bertanya? "sumimasen, takoyaki
wo futatsu onegai shimasu (permisi, saya ingin memesan dua porsi takoyaki)."

bergantian menatap minho dan jisung, seorang perempuan paruh baya yang tengah bersiap untuk membuat pesanan mereka mengangguk ceria. "hai . . ."

dan setelah itu, harum segar perpaduan gurita dengan saus yang khas memanjakan indera.









krucuk, krucuk.

"kalau lo lapar, nggak usah gengsi kali," jisung tertawa pelan, menunjuk perut minho yang kini kian bergemuruh. "tuh, kasihan cacing perut lo belum dikasih makan."

seketika, wajah minho memerah sebelum sang penjual menginterupsi dengan dua kotak kecil berisikan pesanan mereka.

"douzo (ini)," sapa perempuan itu ramah.

membungkukkan tubuhnya, jisung mengambil kotak tersebut dan tersenyum. lalu, ia memberi sinyal untuk mengikuti perkataannya. "doumo, obasan (terima kasih, bibi)."

"d-doumo," tiru minho canggung.









berjalan menjauh, samar-samar, mereka dapat mendengar sang penjual bergumam,

"aish, futari koibito doshi mitai . . . (aish, mereka terlihat seperti sepasang kekasih)."

pada akhirnya,

wajah minho berakhir semerah tomat.










melanjutkan perjalanan mereka, sesekali jisung mencuri perhatian pada minho yang masih asyik meniup bola takoyaki yang panas. berbanding seratus delapan puluh derajat dengan saat bertemu di shinjuku, kini, ia benar-benar terlihat polos dan menggemaskan.

"habis ini enaknya ngapain?" tanya jisung asal setelah menelan makanannya.

"terserah."

"lah, kemarin lo rencananya mau ngapain sama dia?"

"kan kata lo, dia udah sama yang lain," minho memutar bola matanya malas. "jadi, lupain aja semuanya."

"oke, oke . . ." jisung menggaruk tengkuknya, tak enak hati. mengamati sekelilingnya, pilihan laki-laki itu jatuh pada sebuah photobox di ujung jalan. "gimana kalau kita foto-foto?"

minho hampir tersedak.

"bercanda, lo?"

melempar sisa makanannya ke tempat sampah terdekat, jisung kembali menarik pergelangan tangan minho dan menuntun laki-laki itu (lebih tepatnya, menyeret) menuju photobox yang ia tunjuk.

"han jisung, truth or dare—"

"—nggak, nggak! nanti kalau gue jawab dare lo nyuruh gue nggak kesana, nanti aja mainnya!"

mendengarnya, ia menghela napas kasar.










dapat dipastikan,

hari ini akan menjadi hari yang melelahkan bagi seorang lee minho.







.。*゚+.*.。(❁'◡'❁)。.。:+*



permisi, mau nulis fluff dulu sebelum
badai menghadang 👀 oh ya, terima kasih untuk 1k nya!!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro