#8 - honshu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


seorang pepatah mengatakan, jangan mencintai terlalu dalam. layaknya icarus dalam mitologi yunani yang terlalu dekat melintasi matahari — segala hal yang berawal dari kata 'terlalu' tidak akan berakhir baik.

begitupun dengan minho dan jisung, yang saat
ini baru saja beranjak turun dari kereta dengan kecepatan tinggi yang membawa mereka dari shibuya menuju honshu, sebuah pulau cantik di selatan hokkaido dan utara shikoku.

memastikan tidak ada barang yang tertinggal, jisung berhenti untuk membeli dua buah tiket masuk sebelum memberikannya pada ia yang lebih tua.

"gunung fuji," minho menaikkan alisnya. "sung, kita mau hiking?"

jisung segera menggelengkan kepala. tentu saja, ia terlalu lelah untuk itu. "nggak hiking juga, sih. kita kan nggak mau sampai puncak. disini ada jalan setapak."

tidak membalas perkataan sang lawan bicara, minho hanya mengangguk tanda mengerti dan mulai berjalan mengikuti arahan mereka yang terlihat ingin menanjak ke atas.

—seandainya saja ia tahu bahwa jantung jisung ingin meledak saat itu juga, untuk dua alasan yang berbeda.









"han jisung,"

"hmm?"

"aku bersyukur pernah kenal kamu."

"kenapa kamu tiba-tiba ngomong kayak gitu?"

"nggak, nggak apa-apa."









"nggak ngerti lagi," minho mengedipkan kedua matanya dengan agresif, tidak percaya dengan keindahan alam yang membentang dalam jarak pandangan. "skyline-nya jepang cantik banget. nggak sia-sia kita jalan berjam-jam." 

mendengar celotehnya, jisung tak kuasa untuk tersenyum. potongan-potongan kilas balik itu terus mendominasi pikiran. sungguh, lidah laki-laki itu terasa kelu.

tak membutuhkan waktu yang lama bagi minho untuk menyadari sesuatu yang berbeda.

jisung yang biasanya periang, kini murung dan sepi. tanpa minho sadari, hal tersebut juga kian berefek pada dirinya.










"lo," setelah beberapa saat, minho membuka mulutnya. pasang mata hitamnya kini terfokus pada laki-laki yang lebih muda. "kenapa?"

"nothing big, cuma teringat seseorang," jisung menggelengkan kepala.

"oke. kalau gitu, kita mulai," entah mendapat keberanian darimana, minho yang selalu acuh dan canggung kini justru berusaha menginisiasi permainan yang paling ia benci. "truth or dare?"

"tumben ngajak duluan," jisung terkekeh tanpa suara. "truth, deh."

terlihat memikirkan sesuatu, minho berdehem pelan sebelum melanjutkan permainan.

"di motel, lo bilang tempat ini adalah alasan lo pergi ke jepang," tanyanya sembari bertopang dagu pada balkon yang terbuat dari kayu. "mind to elaborate?"









jisung segera mengepalkan kedua tangannya, menarik napas untuk menstabilkan perasaan. mungkin, sudah saatnya ia mengatakan yang sejujurnya. toh, ia tidak akan bertemu minho
lagi setelah perjalanan ini berakhir.

"dulu, gue pernah punya pacar," mulai jisung dengan lantang. "namanya kim seungmin. dia sekeluarga pindah ke jepang, dan kalau gue lagi nggak sibuk, gue suka menyempatkan diri buat jenguk dia setiap liburan."

tes,

tes,

air mata mulai membasahi pipinya.

"dia selalu bilang, dia cinta banget sama negara ini layaknya rumah kedua setelah gue. hingga pada akhirnya, dia memutuskan kalau dia cuma mau tinggal di satu rumah aja,"

kini, jisung sama sekali tidak berusaha untuk menutupi kesedihannya.

"iya, dia ngambil nyawanya sendiri," ia berhenti untuk menunjuk sebuah hutan yang terletak di barat laut mereka mendaki. "aokigahara suicide forest — disana rumah dia sekarang."






.。*゚+.*.。(❁'◡'❁)。.。:+*





seungmin maafin aku 😣😣 hanya untuk kepentingan cerita kok, serius.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro