LBS-7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku menemukanmu terluka, tapi tersamarkan senyuman.

Aku menemukanmu berdarah, tapi tertutup sangkalan.

Kenapa tidak mengabarkan kalau tanpa sadar aku memberimu penderitaan?

🔥

Gadis yang memperbaiki rambut tergerai disertai filter alami karena tertimpa warna senja. Atala ingin diingatkan bahwa adegan menakjubkan yang dia saksikan itu adalah kenyataan, bukan bagian dari film layar lebar. Tubuhnya masih mematung, belum sirna dari keterkejutan yang tidak dia prediksi.

Diembuskannya napas panjang seraya mengelus dada. Entah kenapa, dia merasa dadanya aneh sejak melihat Irish. Atala tidak mengerti bagaimana bisa tubuhnya sampai kaku hanya karena melihat sang mantan.

Sepasang matanya enggan berpaling, terus memperhatikan Irish dan Dara yang kini kembali berbincang. Tak berselang lama, momen canggung mengisi cela di antara mereka. Irish dan Dara berniat pergi ke aula, lalu mereka terdiam ketika tahu ada Atala berdiri di jalan yang seharusnya mereka lalui.

Baik Irish ataupun Atala menunjukkan ekspresi kaku. Entah bagaimana dengan Irish, yang jelas dada Atala bertambah tidak nyaman. Seperti penuh, semakin sesak, dan mungkin nyaris meledak.
Atala meletakkan kedua tangannya di pinggang, menunduk sebentar dengan helaan napas panjang, lalu kembali menatap Irish.

“Hai, Irish,” sapa Atala.

Hanya Atala dan Tuhan yang tahu bagaimana dia mencoba bersikap santai. Menyapa mantan setelah delapan tahun tidak bertemu nyatanya agak aneh.

“Nggak usah dijawab, Rish! Ayo masuk!”
Dara berinisiatif menarik tangan Irish dan melewati Atala. Gadis berkemeja putih itu memutus tatapannya, tetapi kembali terajut saat seseorang memegang tangannya.

Irish menoleh, matanya tertuju pada jemari miliknya yang digenggam Atala. Menyadari langkah sahabatnya terhenti, Dara membalik tubuh untuk mencari tahu. Marahnya gadis itu kembali meledak.

“Eh, berengsek banget sentuh-sentuh Irish! Lepas!” bentaknya.

Atala bergeming, kukuh pada tindakannya. Tatapannya lekat pada wajah Irish yang berpaling. Mau berapa kali pun Dara memaksa agar sentuhan itu terlepas, dia gagal. Bahkan upayanya menendang laki-laki itu juga tidak berhasil karena Atala sigap membaca gerak-gerik Dara.

“Lepasin, At! Berengsek!” maki Dara kesal.

Tidak hanya Dara, Irish pun berusaha melarikan diri. Namun, sama saja; gagal. Tangannya yang menggeliat tak mampu menandingi Atala. Orang-orang yang melihat mereka hanya tertawa dan tersenyum. Yang mereka pikirkan ada kisah belum usai di antara pasangan fenomenal pada masa sekolah dulu.

“Eh, gila, ya! Kamu mau apa, sih?!”
Sudah dipukul Dara pun Atala masih tidak goyah. Gadis itu sampai kelelahan sendiri.

“Apa yang aku lewatkan, Rish?” tanya Atala penuh penekanan.

Reaksi Dara dan Irish sudah cukup bagi Atala untuk tahu bahwa perpisahan pada hari berhujan itu bukanlah akhir dari kisah mereka. Ada yang Atala lewatkan. Setelah pertemuan terakhir mereka itu, Atala yakin telah terjadi sesuatu.

Tidak peduli bagaimana Irish meronta, Dara memukulnya, atau orang-orang memperhatikan mereka. Atala akan menuntaskan rasa penasaran yang memenuhi dadanya dengan cepat.

“Kamu nggak melewatkan apa pun, Atala. Bisa lepasin tanganku? Aku mau masuk.”
Jawaban itu tak bisa Atala percaya.

“Nggak, sebelum kamu cerita yang sebenarnya, Rish. Ada yang kamu tutupi, ‘kan? Hari itu nggak selesai begitu aja, ‘kan?”

Kembali, Irish berpaling, enggan menatap Atala yang memberi tekanan. Beruntunglah ada Dara yang kembali agresif, hingga Irish tidak merasa terjebak di dunia khayalan berdua saja dengan sang mantan.

“At, lepasin Irish! Jangan ganggu dia lagi! Udah cukup kamu siksa dia!”

Tatapan Atala berpaling pada Dara yang sibuk menarik satu tangan Irish yang lain, berusaha pergi dari sana. Tubuh kurus itu tak memiliki tenaga melebihi Atala. Alhasil, mereka bertiga masih ada di tempat yang sama.

“Apa kamu masih nggak mau jelasin, Rish?” tanya Atala.

Setelah apa yang dia lihat, mana mungkin Atala tidak penasaran. Reaksi Dara yang tampak siap menelannya serta tatapan dingin Irish sudah memberi tanda bahwa ada yang terjadi delapan tahun lalu. Mungkin itu tentang kejadian di sore hari berhujan atau kejujurannya menguak tentang Irish yang dijadikan taruhan.

Dari dua kemungkinan itu, Atala tetap ingin tahu detailnya. Dia kira segalanya baik-baik saja. Dia kira bisa bertemu Irish hari ini dengan obrolan santai. Perkiraan Atala meleset jauh. Belum usai terkejut dengan penampilan baru Irish, dia pun harus mencari tahu apa yang sebenarnya dia lewatkan.

“Nih orang gila, ya!” sewot Dara sekali lagi.

Gadis berambut pendek itu nyaris memukul Atala, tapi Irish mencegah. Tatapan memohon sang sahabat membuat Dara membuang napas kasar dan kembali diam.

“Apa yang mau kamu dengar, At?”

Pandangan Irish jatuh pada sepasang manik cokelat Atala. Mata itu bertahun-tahun lalu pernah menjadi salah satu kesukaan Irish. Ya, sudah pasti sekarang tidak lagi.

Entah mengapa, jantung Atala berdetak sedikit lebih cepat mendengar pertanyaan Irish. Seolah-olah ada hal besar yang memang tersembunyi saat ini. Dia seperti diberi tanda jika Irish mau bicara, maka ada kejutan tak terduga yang akan Atala dapati.

“Ayo bicara, tentang semuanya.”

“Bagus kalau dia mau dengar. Setidaknya dia tahu beban kamu selama ini, Rish. Kasih tahu dia semuanya. Kalau dia punya hati semoga hatinya sakit kayak ketusuk pisau setelah dengar.”

Lagi, Dara bicara sinis. Atala sungguh tidak mengerti bagaimana gadis itu menjadi sangat marah. Mereka tidak ada masalah dulu. Sekarang? Atala yakin Dara memiliki keinginan besar untuk membunuhnya. Siapa pun yang mendengar ucapan ketus gadis itu pastilah tahu bahwa ada benci mendalam di sana.

“Dan mungkin aku juga harus minta maaf,” lanjut Atala.

“Gila emang kamu, ya! Baru sekarang ingat minta maaf setelah ngehamilin sahabat aku!”

Deg!

Dada Irish dan Atala berdetak tidak normal. Keduanya menatap perempuan berambut pendek yang saat ini masih marah. Irish menatap sekitar, syukurlah sudah tidak ada orang lain di sana. Sementara, Atala masih bingung atas kata-kata Dara.

“Hamil? Gimana bisa?” tanyanya tak percaya.

Mereka hanya melakukannya sekali, tentu Atala ragu jika Dara mengatakan kejujuran. Sekalipun benar Irish hamil, tidak mungkin gadis itu diam. Atala yang menghamilinya harus dimintai pertanggungjawaban, ‘bukan?

Nggak mungkin,  sangkal Atala dalam hati.

Di dalam kepalanya memori tentang dia dan Irish baik-baik saja. Tidak ada yang ditutup-tutupi maupun perlu dibicarakan. Namun, mendengar ucapan Dara serta ekspresi sendu Irish, Atala merasa berapa banyak pun dia menyangkal itu tidak akan berguna.

“Begok emang, ya,” ejek Dara dengan suara tertahan. “Sel telur ketemu sel sperma ya kemungkinan besar bakal hamil. Itu udah prosesnya begitu. Kamu nggak belajar biologi apa? Oh, ya, kamunya sibuk tebar pesona, sih. Sampai pelajaran sederhana gitu aja nggak masuk di otak kamu.”

“Dara, udah.”

Irish menutup bibir sahabatnya agar tidak ada lagi ocehan yang keluar. Ketika matanya terarah pada Atala, laki-laki itu menunjukkan ekspresi tak terbaca. Entah marah, kecewa, atau tidak peduli. Irish tidak tahu mana yang sedang Atala rasakan.

“Rish, kamu harus jelasin,” pinta Atala.

Kalau benar Irish pernah hamil benihnya, entah apa yang akan Atala lakukan. Selama ini dia hidup tanpa memikirkan gadis itu, menganggap tidak ada masalah yang harus diselesaikan. Diamnya Irish ketika dia tinggalkan mungkinkah bentuk dari kecewa bertumpuk yang tak bisa dilampiaskan.

Atala menyugar dengan kedua tangannya. Dihirupnya oksigen, lalu diembuskan secara panjang dan perlahan. Dia tidak bisa tenang menanti Irish menjauh sejenak dengan Dara untuk membicarakan sesuatu. Lalu setelah gadis itu kembali seorang diri, kegelisahan Atala bertambah.

Dia tidak siap mendengar pernyataan yang membuktikan bahwa dirinya adalah laki-laki bejat sejati. Atala sadar sudah keterlaluan meninggalkan Irish. Namun, dia tidak bisa membayangkan bagaimana jika benar dia meninggalkan Irish yang ternyata mengandung benihnya.

“Ngobrol di mobil aku?” Irish ingin memastikan.

“Di mobil aku dan nggak di sini,” putus Atala cepat.

Tanpa bantahan Irish mengikuti Atala ke mobilnya. Lalu mereka meninggalkan sekolah, melupakan acara reuni yang berhasil mempertemukan keduanya.

“Kita mau ke mana?”

Gadis itu menekan-nekan kuku tangannya. Berniat tampil percaya diri dengan bersikap tenang, tapi sepertinya gagal. Irish tahu bahwa degup jantungnya yang menggila karena ada Atala di sampingnya. Irish tahu bahwa dadanya yang nyeri karena si pemberi luka tepat di sisinya.

“Ke mana pun.”

“At, kamu tegang? Aku yang nyetir, sini. Aku masih mau pulang dengan keadaan utuh.”

Tepatnya, Irish tidak ingin mati konyol. Terlibat kecelakaan dalam satu kendaraan bersama mantan, lalu masuk pemberitaan adalah hal yang tidak pernah Irish inginkan.

“Aku masih bisa.”

Benar adanya, Atala tegang. Sudah berkali-kali dia mengambil dan mengembuskan napas panjang untuk menenangkan hati, tapi gagal. Bayang-bayang apa saja kejadian delapan tahun lalu yang dia lewatkan mengganggu kedamaiannya.

Ya, dia berengsek, tapi Atala berjanji jika Irish mengatakan tentang kehamilan itu, dia akan bertanggung jawab. Astaga, pikiran laki-laki itu sungguh kacau. Belum ada pernyataan resmi dari Irish, tapi pikiran laki-laki itu sudah ke sana-kemari.

“Aku kaget, sumpah. Tentang penampilan kamu dan kata-kata Dara.”

Mereka masih ada di mobil. Atala bicara tanpa menatap Irish, berusaha agar apa pun yang ada di wajah itu tidak terbaca.
Pertemuan pertama mereka yang mengharuskan ada obrolan serius, Atala akhirnya memutuskan untuk ke pantai. Kafe atau restoran tidak terdengar nyaman untuk mereka yang butuh privasi.

Sebenarnya dia berniat mengajak Irish check-in di hotel agar bisa bicara dengan leluasa. Lalu dia tersadar bahwa itu adalah bencana meski Atala tidak bermaksud macam-macam.

Pandangan Atala jatuh pada air laut yang tenang. Hari masih sore, keadaan sekitar mereka pun cukup ramai. Untuk itu dia tidak berniat turun dari mobil.

“Seharusnya kita nggak saling menatap lagi, At.”

Laki-laki itu menoleh, menemukan Irish yang ternyata menatap lurus pada air laut.

“Kenapa? Apa karena benar aku bikin kamu menderita? Seharusnya aku minta maaf saat itu. Maaf karena aku baru menemukan kamu sekarang.”

“Maafmu aku terima, tapi nggak berarti kamu bisa masuk ke hidup aku lagi. Setelah pembicaraan ini selesai, aku juga mau kita nggak bertemu lagi. Sekalipun tanpa sengaja ketemu di jalan, mari pura-pura nggak kenal, nggak lihat, dan sebisa mungkin menghindar. Sama kayak yang aku lakuin setelah kamu jujur hari itu.”

Jadi begitu. Atala mulai mengerti keanehan yang terjadi setelah dia memutuskan Irish. Tidak sekalipun mereka bertatapan ketika di sekolah. Rupanya karena Irish selalu menghindar dan enggan berada di satu waktu yang sama dengan Atala.

“Tergantung.”

“Tergantung apa?” tanya Irish.

“Tergantung apa yang akan kamu bilang. Kalau kamu benar hamil dan melahirkan anak aku, kamu cuma bisa mimpi kalau aku bakal pergi lagi.”

Kedua sudut bibir Irish tertarik miris. Ada yang menggores hatinya, meski dia sudah mencoba untuk tidak terpengaruh dengan obrolan itu.

“Jangan gila. Dulu kamu yang milih pergi. Kalau sekarang aku nggak menerima kamu, itu adalah giliranku.”

“Kamu boleh nggak nerima, tapi aku akan selalu punya hak untuk mendekat selagi ... kamu belum menikah laki-laki lain.”

Sial.

Atala melupakan poin penting. Dia sama sekali belum tahu apakah Irish sudah menikah. Kini dia berduaan dengan seorang perempuan yang statusnya masih ambigu.

“Delapan tahun lalu aku sekarat, At. Dan ya, aku pernah hamil, anak kamu.”

Atala berharap kalau Irish sedang bergurau atau sedang sedikit membalas sakit hatinya dengan memberi Atala efek jantung berdebar cepat. Kalau saja dia bisa terus menyangkal, mungkin perasaannya tidak segundah sekarang.

Atala ingat itu adalah kali pertama dia melakukannya. Irish adalah yang pertama untuk Atala, begitu juga sebaliknya. Dan karena tidak ada pengalaman, laki-laki itu tak bisa mengendalikan diri ketika puncak kenikmatan menghampirinya. Seperti kata Dara, sel sperma bertemu sel telur dan begitulah proses terjadinya kehamilan.

“Rish,” Atala meraih kedua tangan Irish, gadis itu pun menoleh secara refleks, “kenapa kamu nggak bilang? Kenapa kamu diam?”

Parah!

Atala benar-benar merasa kacau. Perasaan bersalah menyesakkan dadanya. Kepalanya berdenyut keras ketika bayangan hari-hari berat harus Irish lalui seorang diri.

“Maaf, maaf, maaf.”

“Kamu mau aku gimana saat itu? Kamu mutusin aku secara sepihak, bilang kalau aku cuma dijadikan taruhan. Dan saat aku tahu ada benih kamu di rahim aku, kamu berharap aku bakal datangin kamu lagi, At?”

“Pukul aku, Rish. Tampar aku.”

Irish berusaha menarik kedua tangannya yang dikendalikan Atala untuk memukul wajah laki-laki itu. Atala tahu, mau berapa kali pun dia dipukul, rasanya tak akan pernah bisa menyamai sakit Irish.

“Jangan gini,” kata Irish sungguh-sungguh, “aku kasih tahu karena kamu memaksa.”

Atala menundukkan wajah, masih menggenggam erat tangan Irish. Tak bisa dia ungkapkan bagaimana hatinya merasa tercabik-cabik ketika tahu bahwa ketika dia meninggalkan Irish, gadis itu hanya membiarkannya pergi. Gadis itu tak ingin memberi Atala beban, kemudian bersikap bahwa di antara mereka kisah itu berakhir dengan biasa.

“Maaf, Rish, maaf.”

“Aku udah baik-baik aja, At. Jangan kepikiran tentang keadaan aku.”

Udah. Satu kata itu jelas menunjukkan bahwa Irish pernah hancur. Atala tidak ada bersamanya saat itu. Laki-laki itu sibuk dengan dunianya dan tidak lagi menoleh pada sosok yang dia ajak membuat dosa terindah sekaligus menyakitkan.

“Anak kita gimana? Dia sehat? Cewek atau cowok? Umurnya berarti tujuh tahun, Rish? Aku boleh ketemu, ‘kan?” Pertanyaan Atala bertubi-tubi.

Lama, Irish tidak menjawab. Atala masih berada pada posisi tadi. Duduknya menyamping dan menunduk dengan tangan Irish yang enggan dia lepas.

“Dia cewek dan ... mungkin saat ini lagi ngelihatin kita dari surga.”

Wajah Atala terangkat dengan cepat. Dipandanginya mata gadis yang memerah dan ekspresi sedih penuh kehancuran. Beberapa detik diisi kesunyian, sebelum mobil itu dipenuhi suara menyayat hati.

Lalu luruhlah air mata Atala. Kembali ditundukkannya wajah seraya mengeratkan genggamannya pada tangan Irish. Isak tak tertahan Irish berpadu dengan tangisan tanpa suara Atala.

To be continued

Waktu dan tempat dipersilakan untuk nyumpahi Atala 😂

Update cepat nih, gaes. Alhamdulillah yakk. Wkwkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro