Eps 4 - Sarah 1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Baiklah kita sudah sampai" Suara Nathan terdengar, menarik perhatian Dian kembali dari lamunan. Dian menoleh ke sebelah, bermaksud untuk membangunkankan Crystal. Namun Dian mendapati gadis itu sudah menatap wajahnya terlebih dahulu.

"Yuk mbak, miss Sarah kayaknya udah kangen sama Mbak Di tuh" kata gadis itu, yang kemudian membuka pintu.

Dian hanya bisa menggelengkan kepala. Dian menoleh arah luar, "Crystal! Tunggu!"

Gadis itu berhenti tepat sebelum melangkahkan kakinya keluar, "Ya mbak? Ada yang bisa ku bantu?"

Dian masih tertegun melihat sesuatu yang terprkir di tengah hangar. "Am I seeing what i see right now?!?!" Pekik Dian.

Crystal mengerutkan dahi terheran, "Kenapa mbak? Emang mbak Dian lagi liat apa?"

"Is that frickin Gulfstream G500!?!?" Dian bertanya.

"Wah!! Mbak Di emang penulis yahud deh. Tau juga soal pesawat. Dah yuk, turun" Jawab Crystal sembari turun dan menutup pintu meninggalkan Dian yang masih terkesima dengan apa yang sedang disaksikannya.

Tak punya banyak pilihan, sambil membawa clutch miliknya, Dian pun keluar dari mobil.

Dian mendapati diri mereka sudah berada pada sebuah hangar luas. SUV terparkir beberapa puluh meter dari sebuah private jet berwarna dominan dark silver yang saat ini masih dikaguminya.

Dian berjalan perlahan mendekat ke arah sisi pesawat yang menampakkan pintunya yang sudah terbuka.

Di dekatnya tampak seorang wanita muda berparas mediteran, tampil cantik dengan balutan long dress berwarna hitam. Wanita semampai itu berjalan mendekatinya. Rambut panjangnya berwarna hitam kelam, sesekali beberapa helai mengayun tertiup angin yang semilir yang masuk dari arah pintu hangar yang terbuka lebar. Apakah dia salah satu escort milik Nyonya Sarah?. Dian tak bisa untuk tidak memikirknnya.

"Mbak Dian?" Wanita itu tersenyum menyapa sambil mengulurkan jabat tangan.

Dian membalas tersenyum "Ya, saya Dian"

"Perkenalkan, saya Astri. Saya yang akan menjadi Cabin Attendance dalam perjalanan kali ini, sekaligus penanggung jawab bidang medis selama dalam perjalanan nanti. Mari ikuti saya, Nyonya Sarah sudah menunggu di dalam" Wanita itu menyelesaikan kalimatnya dengan tersenyum.

CA? Pramugari? Penanggung jawab bidang medis? Secantik ini?, dalam hati Dian. Dan ia sempat tertegun karena mendengar suara lembut dari wanita yang memperkenalkan diri sebagai Astri ini. Ada sesuatu yang menenangkan disetiap intonasi yang disampaikannya. Seperti bertemu dengan seorang kakak? Fikirnya. Namun, alih-alih memilih untuk menikmati moment, Dian akhirnya memutuskan untuk mematuhinya "Ah, baiklah..." Dian membalas dengan anggukan. Namun kemudian teringat akan sesuatu, "...Tapi sebelum itu, boleh saya ambil travel bag saya dulu?"

Terdengar suara pintu bagasi tertutup, yang disusul oleh teriakan seorang gadis "Nggak usah Mbak. Biar kubawain aja"

Dian menoleh kearah suara itu. Ia melihat Crystal sudah menjinjing travel bag miliknya dengan sangat santai, seakan sama sekali tak terpengaruh oleh gaya berat. Dan itu masih ditambah dengan tas ransel besar yang sudah bersandar di punggung gadis berpostur kecil itu.

"Jangan Cryst, tas ku kan berat" Dian menghampiri Crystal bermaksud untuk mengambil alih tas miliknya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat Crystal tiba-tiba mengangkat travel bag miliknya naik keatas pundak kiri.

"Santai aja mbak, ini masih enteng kok..." Ujar Crystal. Gadis itu menggunakan tangannya yang bebas untuk mengangkat sebuah tas lain yang berukuran tak kalah besar dengan travel bag milik Dian, dan menjinjingnya. "...mbak Di langsung masuk aja ke cabin sama kak Astri" Gadis itu tersenyum.

Dian menyerah. Mungkin saat ini ia harus menyimpan pertanyaan-pertanyaan mengenai Crystal untuk lain waktu.

"Mbak Dian? Silahkan..." Suara hangat dari Astri kembali terdengar.

"Iya mbak" Jawab Dian sembari mengikuti Astri berjalan menuju tangga-pintu pesawat pribadi.

Dian hanya bisa terkagum dalam hati saat melihat interior didalam kabin. Otaknya memproses kalau keadaan kali ini bisa menjadi sebuah prologue yang bagus jika saja kejadian di restoran dan perjalanan mereka ke sini tak begitu menguras emosinya.

Dinding dinding miring berwarna putih gading. Kursi-kursi penumpang yang terbungkus rapi fine leather dengan warna senada. Lining atap yang berbahan stainless steel memantulkan beberapa bagian Cabin. Beberapa buffet dan meja berwarna coklat gelap, tertata dengan effisien. Menambah kesan elegan. Dian sama sekali tak berani bahkan untuk sedikit saja membayangkan berapa capital yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan kemewahan semacam ini.

"Silahkan duduk mbak, Nyonya Sarah sedang berada pada cabin peristirahatan. Saya akan memberitahukan kedatangan anda kepada beliau" Astri mempersilahkan Dian untuk menempati salah satu formasi kursi yang tertata bersama sebuah meja. Dian duduk dengan perasaan takjub.

"No need to, Astri my dear" terdengar suara wanita dengan aksen british yang terdengar berwibawa.

Dian melihat Nyonya Sarah berjalan dari arah yang sepertinya adalah Cabin pantry. Membawa sebuah nampan berisi satu teko dan dua buah cangkir mungil. Wanita itu mengambil tempat di seberang meja tempat Diana duduk saat ini.

Dian kembali berdiri.

Sesaat setelah Nyonya Sarah meletakkan nampan itu dimeja, mereka berpelukan "oh...Dian, gimana kabar kamu? Keluarga sehat?"

Diana membalas pelukan itu hangat, "Alhamdulillah semua sehat Te..." Dian melepas pelukannya. "...Tante gimana? Kelihatan tambah cantik aja nih"

Nyonya Sarah menepuk ringan pundak Dian, "Silly girl, bisa aja kamu. Gak baik lho godain orang tua. Take a seat, please enjoy your self" Wanita itu duduk sembari mempersilahkan Dian.

"Eh tapi beneran lho, tante kelihatan ndak berubah sama sekali. Udah berapa lama ya? Lebih dari sepuluh tahun lho" Dian mengatakan itu jujur dari hati. Wanita yang sekarang ada didepannya ini tampil sangat cantik dengan gaun panjang berwarna pearl white. Wajahnya masih sama seperti dulu saat pertama kali Dian berjumpa dengannya, kulit putihnya terlihat masih kencang, bersinar tanpa kerutan. Warna hijau iris matanya pun masih lantang menyinarkan kehidupan. Rambut merah ikal yang menjuntai sepunggung berkilau indah. Sungguh tak menggambarkan seorang wanita yang sudah menapaki usia paruh baya.

"Permisih mbak Dian..." Suara Astri membuat Dian teringat akan keberadaan wanita itu, "...Saya tinggal dulu sebentar, saya harus mempersiapkan beberapa hal sebelum keberangkatan..." Ucap Astri. Lalu wanita itu menoleh ke arah Nyonya Sarah, "...yik'irita ādirigilinyi imeshi. le inigidochi ye'inikwani digisi āzegajichē izegajalehu"

Ucapan dalam bahasa yang tak dikenal Dian itu dibalas Nyonya Sarah dengan senyuman dan anggukan.

"iḫiti imeshi" Astri menjawab tersenyum sambil sedikit membungkuk, lalu meninggalkan mereka berdua.

"Itu tadi bahasa apa Te?" Dian tak bisa menahan diri.

"Nanti kamu juga mengerti. Tenang saja" Jawab Nyonya Sarah dengan santai.

Dian mengerutkan dahi, menatap Nyonya Sarah penuh tanya.

"Hahaha, sudah lah...simpan hal itu untuk nanti. Mau teh?" Nyonya Sarah meletakkan sebuah cangkir kecil di hadapan Dian, lalu menuang dari dalam teko kedalam cangkir itu sampai dua pertiga. Lalu menuang untuk dirinya sendiri.

"Makasih te. Umm...ngomong-ngomong...kita mau kemana sih? Kok sampe repot-repot jemput pakai pelayanan top class macam gini?..." Dian menyesap sedikit teh dari tepi cangkirnya. Sedikit mengernyit, lalu mencoba menangkap wewangian rempah yang hadir bersama asap dari teh itu. "...hmm...teh apa ini Te? Cinnamon? Camomile? Crissant? Enak lho"

Nyonya Sarah menyesap sekali teh hangat dari cangkirnya, "My special mix my dear. Glad you love it..." nyonya Sarah tersenyum. "...dan soal Liana, tepat seperti yang dikatakan Crystal ke kamu. Pesawat ini akan terbang ke Moscow"

"Jauh banget sih Te? Emangnya Liana sakit apa?"

"Liana adalah salah satu member penting dalam komunitas kami, maka, pelayanan terbaik adalah satu-satunya hal yang ia butuhkan sekarang..." Ucap Nyonya Sarah. "...dan satu hal lagi, I'm not going with you. Ada meeting penting di Surabaya dan Timika. Sayang sekali, kamu harus berangkat tanpa tante"

Dian mengerutkan keningnya, yang disambut senyuman oleh Nyonya Sarah. Namun tepat sebelum Dian menanyakan lebih lanjut, sebuah teriakan lucu membuat mereka berdua menoleh kearah suara itu.

"Ibuuuuuuuk...!!!"

Crystal berlari kecil menghampiri posisi Dian dan Nyonya Sarah. Gadis itu berhenti disamping meja, lalu meraih dan mencium punggung telapak tangan kanan Nyonya Sarah.

"Ibuk jadi ke Surabaya? Kenapa nggak ikut aja sama kita? Ibuk ndak kangen sama kak Liana? Dek Armand juga nyariin ibuk lho kemaren. Bang Michael mau ngasi proposal baru tuh. Kak Shu kangen banget sama kak Astri juga katanya, eh...gak ada hubungannya ding. Trus kak Anne juga punya sesuatu yang mau diomongin sammmphh..." Rentetan pertanyaan Crystal akhirnya terhenti setelah Nyonya Sarah menelangkup bibir gadis itu dengan satu tangan.

"Duh, tuh mulut kalo udah kebuka susah berhenti ya? Kamu ndak kangen sama ibuk? Hmm?" Nyonya Sarah berdiri, membuka kedua tangannya lebar.

Gadis itu serta merta menghambur memeluk sosok yang dipanggilnya 'ibuk' itu, "Kangen bangeeeeett"

"How are you darling? How's the nanocreed works on you?" Nyonya Sarah tersenyum sembari mengurai pelukannya.

"Sip! Nggak ada masalah" tukas Crystal dengan senyuman lebar khas miliknya.

Dian yang menjadi orang ketiga, takjub melihat hubungan kedua orang itu. Walaupun kini dalam kepalanya bertambah beberapa pertanyaan lain. Pertanyaan semacam bagaimana cara Crystal memanggil Nyonya Sarah. Kemudian mengenai begitu terasa kehangatan ketika Nyonya Sarah menyambut Crystal.

"Trus tadi di pariaman, kamu ngapain hayo? Kenapa ndak langsung fokus ke objective kamu? Kasian Dian. Sampai bingung kaya gitu! You Naughty girl" Nyonya Sarah mencubit ujung hidung Crystal.

Crystal menoleh ke arah Dian yang masih duduk manis di passenger seat menyaksikan mereka berdua, "Mbak Dian tuh idolanya Cryst lho buuk...", sejenak kemudian Crystal kembali menoleh ke arah Nyonya Sarah "...keasyikan ngobrol deh, jadi lupa tugas. He he...".

"Dasar, sepertinya Ibuk perlu mengevaluasi lagi keputusan ibuk soal surat tugas kamu!"

"Eh? Buuuk...jaaangaaaann please!...khan baru sekali ini Crystal mangkir. Please please please" Crystal memohon.

Nyonya Sarah hanya tersenyum mendengar rengekan itu, lalu menoleh ke arah Dian, "Dian my dear, I believe you've meet Crystal. Dia yang akan menjadi penanggung jawab keamanan untukmu selama perjalan sampai kalian tiba di kantor pusat komunitas kami nanti..." Kemudian Nyonya Sarah kembali menoleh kearah Crystal, "...Crystal, kali ini perkenalkan kembali dirimu dengan benar!" Nyonya Sarah memberi perintah.

Crystal membentuk sikap sempurna. Berdiri tegak dan tersenyum "Corporal Crystal Liana reporting to Mrs Dian..." tangannya melakukan sikap hormat, "...at your service, mam!!"

Mata Dian mengedip beberapa Kali, "Eh!? "

Tbc

—————————

Author's note

CA / Cabin Attendance : Pramugari

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro