Eps 5 - take off

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tunggu…bentar…" Dian tergagap. "…Te…ini ada apa sebenarnya?"

Nyonya Sarah menatap Dian, "Crystal ini dipilih langsung oleh Liana untuk dampingin kamu sampai ke Moscow nanti…" Nyonya Sarah kembali duduk di kursinya, lalu menyesap teh dari cangkir, "…Crystal, at ease. Duduklah"

Gadis itu mengakhiri sikap sempurnanya, tersenyum lebar, lalu mengambil tempat duduk tepat disebelah Dian, "Maaf ya mbaak, aku nggak ngomong soal ini tadi. Aku nggak kepengen mbak Dian takut"

Dian menatap bergantian ke arah Crystal dan Nyonya Sarah. Raut kebingungan sangat jelas tergambar diwajahnya. Menyaksikan hal itu, Nyonya Sarah tersenyum.

"Dian my dear, tante janji semuanya akan baik-baik saja. Sungguh sebenarnya tante ingin membicarakan ini secara langsung denganmu, tapi, tante sebentar lagi sudah harus berangkat. Tante minta maaf sayang" Nyonya Sarah menyelesaikan sisa teh di cangkirnya.

"Tapi sebelum itu...", Nyonya Sarah meraih satu tangan Dian, menggenggamnya hangat, menatap Dian penuh harap, "…tante minta tolong. Kami akan sangat berhutang budi ke kamu, jika permintaan Liana nanti bisa kamu penuhi"

Tiba-tiba hati Dian dipenuhi rasa iba ketika menyaksikan wajah Nyonya Sarah. Wajah beliau kali ini sungguh sedang menyiratkan permohonan yang begitu tulus. Seakan Dian dengan cara yang aneh, bisa memahami bahwa Liana adalah sosok yang sangat berharga bagi wanita yang sedang berhadapan dengannya saat ini. Namun Dian juga tak kuasa lagi untuk menahan rasa ingin tahunya.

"Tante, tante adalah orang yang paling tau, kalau aku akan melakukan apapun yang aku bisa, buat bantuin Liana setelah segala hal yang Liana kasi ke aku. Tante nggak usah khawatir. Aku pasti mau bantu. Gratis!. Tapi…", Kali ini Dian menelangkup tangan Nyonya Sarah dengan kedua telapak tangganya. Menatap mata beliau lekat.

"…Dian mintak tolong Te, ini soal apa? Ada apa sama Liana? Dia kenapa Te?" Dian akhirnya mengatakan pertanyaan yang paling penting. Jika Dian mengkaitkan semua kejadian yang terjadi semenjak pertama ia berjumpa dengan Crystal sampai saat ini, maka pertanyaan selanjutnya adalah, seberapa banyak waktu tersisa yang mereka punya.

Nyonya Sarah tersenyum hangat, "Oh Dian my dear…", beliau menggengam tangan Dian semakin erat. "…terima kasih banyak ya. Mengenai detailnya, Cryst dan Astri yang akan sampaikan ke kamu. Tante sebenarnya ingin ngobrol langsung sama kamu, tapi, beberapa hal harus tante selesaikan terlebih dahulu. Tante janji, kalau sesuai jadwal, besok lusa tante langsung berangkat ke Moscow setelah semua urusan di Indonesia selesai"

"Crystal…", Nyonya Sarah melirik ke arah gadis itu. "…berjanjilah ke ibuk, kamu sampaikan seluruhnya secara perlahan ke Dian. Dan setelah ibuk kembali nanti, mari kita bicarakan lagi soal proposal kamu. OK?"

"Siap! Laksanakan!" Tukas Crystal.

"Baiklah, sudah waktunya Tante berangkat", Nyonya Sarah berdiri dari duduknya.

Crystal terlihat ikut berdiri.

Melihat dua orang yang tadi berbicara dengannya melakukan hal yang sama, Dian pun ikut berdiri. Namun dengan perasaan terheran-heran. Ia melirik kearah kedua lengan Crystal sejenak, kemudian melirik kearah kedua lengan Nyonya Sarah. Tak menemukan apa yang dicarinya, Dian pun bertanya, "Bentar-bentar, tante, Cryst, kalian gimana caranya sih, bisa tau kapan jemputan dateng? Dari tadi lho aku penasaran. Kulihat-lihat juga kalian nggak pakai jam tangan?"

"He he…ntar ku kasih tau deh" Jawab Crystal.

Kemudian Nyonya Sarah dan Crystal secara hampir bersamaan menoleh kearah pintu masuk. Dian pun mengikuti apa yang mereka berdua lakukan.

Astri terlihat berjalan mendekat dari arah pintu masuk. Ia melangkah mendekat kearah mereka dengan membawa sebuah Clutch berwarna putih gading. Wanita cantik itu terlihat membungkuk sejenak lalu kemudian tersenyum kearah Nyonya Sarah, "Yik’irita ādirigilinyi imeshi...", ujar Astri sangat sopan, "…ye’irisiwo melik’ek’īya deriswali". Astri memberikan Cluth itu kepada Nyonya Sarah.

Nyonya Sarah tersenyum menerima Clutch itu, "Thank you my dear..."

Crystal meraih tangan Nyonya Sarah dan mencium punggung tangan beliau. "Ibuk jangan lama-lama ya"

Nyonya Sarah tersenyum sambil membelai puncak kepala gadis itu, "Ibuk nitip Dian ya Cryst"

"Siap!" Balas Crystal sambil tersenyum.

Kemudian Astri meraih tangan Nyonya Sarah dan mengecup ujungnya, disambut dengan sebuah pelukan oleh Nyonya Sarah.

Beliau membelai lembut punggung wanita cantik itu, "I miss you so much. Sorry we didn't have more time to reminiscing everything. I promise I'll pay a long conversation for another day. Okay?"

"Liana's dream are more important right now, imeshi. We'll have another time to spend. Don't you worry, mother" Astri mengurai pelukan mereka.

Dian mengerutkan keningnya setelah menyimak percakap ketiga orang itu. Mother? Batinnya bertanya.

Mendapati hal itu terjadi pada wajah Dian, Nyonya Sarah tersenyum. Beliau mendekat kearah Dian dan memeluknya. "Jangan khawatir, semua akan mereka berdua ceritakan kepada mu nanti. Semua pertanyaanmu akan terjawab"

Setelah mengurai pelukannya terhadap Dian, Nyonya Sarah menatap pada Astri dan Crystal, "Ibu menitipkan Dian kepada kalian bertiga ya?"

"Siap!"
"Your wish is my command, mother"
Astri dan Crystal menjawab hampir bersamaan.

"Dian my dear, tante pergi dulu. Kalau butuh sesuatu, kamu minta aja kepada mereka berdua. Save flight"

Dian hanya bisa mengangguk.

Sesaat kemudian, Astri mengantar Nyonya Sarah kearah pintu keluar.

Dian segera melirik kearah Crystal, "You owe me an explanation young lady!!"

"Siap mbak! Crystal akan jawab semuanya! Tapi nanti…hehehe" Jawab Crystal sambil kembali duduk.

Suara mesin pesawat terdengar lembut, perlahan mulai meninggi—

"By the way, bang Nathan nggak ikutan bareng kita Cryst?" Tanya Dian.

Crystal hanya menanggapi pertanyaan itu dengan tersenyum sambil mengacungkan jari telunjuk keatas. Tak lama kemudian, terdengar sebuah suara berdenting seperti bel.

Ting!

"Good afternoon Ladies, this is captain Nathanael speaking. Lima menit lagi kita akan segera berangkat. Dimohon kalian semua mengenakan sabuk pengaman". Terdengar suara seorang pria berbicara.

"Untuk Corporal Crystal, berhentilah menggoda Nyonya Dian dan lakukan tugasmu. Untuk Nyonya Dian, semoga anda menikmati perjalanan kali ini"
Pria itu mengakhiri pembicaraan.

Ting!

Dian lagi-lagi mengerutkan keningnya. Ia menoleh kearah Crystal, "Itu tadi bang Nathan?"

Crystal hanya merespon dengan satu anggukan.

Tak Lama kemudian Astri sudah terlihat berada di samping meja. Wanita semampai itu mengambil tempat duduk di seberang Crystal dan Dian.

Sambil tersenyum, Astri kembali mengingatkan, "Silahkan mengenakan sabuk pengaman kalian"

Dian dan Crystal pun mengikuti apa yang dilakukan oleh Astri.

Pesawat mulai terasa berjalan keluar dari hangar. Perlahan roda-rodanya meluncur membawa pesawat itu kearah landasan pacu.

Suara dengingan mesin yang lembut terdengar semakin tinggi.

"Eh, nih teko sama cangkir nggak diberesin dulu?" Tanya Dian penasaran.

"Ndak perlu mbak. Kak Nathan tuh jago banget kalo urusan setir-menyetir" Jawab Crystal sambil menunjukkan ibu jari-nya.

Dian hanya menhembuskan nafasnya. Setelah ia mengenakan sabuk pengaman, Dian merebahkan punggung pada kursi. Untuk sejenak, sekali lagi ia memutuskan untuk menyerah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro