3.Just Nothing

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Just Nothing


"Sex is often had by someone to whom it means everything with someone to whom it means nothing."

-Mokokoma Mokhonoana-



Jenn : Udah siapin kado ultah nggak lo semua?

Gya : Emang siapa yang ultah? #purapuragaktau

Ala : Pak Arion Gunandhya, direktur keuangan Padma Tunggal Resources tbk

Firman : Ooo kirain pak Dayat

Denni : Ooooo

Ala : @Firman ultah p dayat masih lama

Gya : Patungan aja napa? Masa ngasih kado sendiri-sendiri?

Ala : Betul. Trus pikirin mau ngasih kadonya apa. Kalo ngasih mobil kan ga mungkin ya?

Denni : Mungkin aja. Kasih miniatur mobil aja kan bisa? Diecast Hot Wheels gitu.

Gya : Emangnya ultah anak kecil dikasih mainan mobil?

Saat membuka-buka chat WAG, grup khusus staff divisi keuangan itu tengah ramai membahas ulangtahun direktur keuangan dan kado apa yang akan diberikan. Topik tersebut sebenarnya sudah mereka bahas sebelum libur tahun baru, karena tradisi tersebut sudah berlangsung sejak direktur keuangan itu bekerja di perusahaan. Meskipun ulangtahunnya yang setiap tanggal 1 Januari sudah lewat, mereka tetap melakukan perayaan. Tempatnya selalu berganti-ganti, dua tahun lalu perayaan digelar di sebuah kafe dan tahun lalu dirayakan di sebuah kelab. Biasanya acara tersebut sudah dirancang oleh sekretaris direktur yang bersangkutan. Jadi, tamu undangan akan datang ke tempat yang detilnya akan diberitahukan pada tanggal 2 atau 3 Januari.

Direktur keuangan mereka saat ini, dulunya merupakan direktur divisi HRD. Kemudian jabatannya dirotasi ke bagian keuangan. Dengar-dengar karena ia nantinya akan memegang posisi direktur utama, jadi rotasi tersebut dimaksudkan agar ia lebih mengenali lagi setiap jabatan yang akan ia bawahi nanti.

Ala : ya udah kumpulin duit aja kalo gitu. Kemarin kan udah sepakat, satu orang sejuta #haha

Gya : enak aja. 500 ribu

Firman : 300 ribu deh. Gw ga sanggup. Mana cicilan udh byk

Jenn : Kita kan niatnya ngasih kado spesial

Gya : Buset. Buat kado ultah aja ngumpulin segitu, gimana kalo buat kado nikah?

Denni : bener, lagian udh kaya yg lalu2 gk perlu dikadoin

Dua tahun sebelumnya mereka tidak diperbolehkan memberi kado, dan memang saat itu di antara mereka tidak ada yang membawa kado. Tapi menurut pak Dayat, tahun ini, mereka wajib memberikan kado karena usia direktur genap 30 tahun. Angka yang sangat spesial.

Gya : @Cessa lo pulang kapan?gmn kalo kadonya dibeliin di Korea aja? Ya gk?

Cessa rasanya ingin membanting ponselnya. Kenapa juga Gya pake mention dia sih? Ia sudah berencana akan melewatkan perayaan ulangtahun tersebut, eh malah Gya pake acara mengusulkan ia yang mencarikan kado.

Cessa : gw pulang tanggal 3

Jenn : Ih? Emang bisa nambah cuti?

Cessa : bisa dong :P

Jenn : Astaga, Cess. Bisa bgt lo ya? Pas acara lo nggak ada? Mana lo asistennya p dayat, msa lo gk dtg?

Cessa : Tiket gue tanggal 3, Jenn. Lagian gue jg udh ijin ke p dayat

Ala : Ih, dasar. Berarti emang ga niat ikut party. Bakal nyesel lo, tiba2 ultahnya di Mulia

Gya : Cesssaaaaa lo bilang lo pulang hari ini. Tega bgt lo boongin gue

Ala : btw, titipan dr.Jar gue aman ga?

Jenn : titipan gue?hanbok sm NR gue ya jgn lupa

Gya : Gue? Awas lo kalo kurang pesenan gw

Cessa : @Gya udeeeh dipacking @all, tenang, semua pesanan aman. Sorry bgt, gw ga bisa ikutan

Denni : @Cessa buat gue?

Cessa : Ada kok, Bang. Semua kebagian kok

Denni : Neng Cessa emang baik, makasi Neng

Gya : okee de sayang

Ala : Thank you Cessaa *smooch

Obrolan di WAG masih terus berlangsung. Mereka kembali membahas tentang kado dan obrolan lainnya. Berselang beberapa menit, Ala memposting sesuatu, meneruskan pesan dari grup Padma Finance & Accounting.

Ala : ArionG

Dear all head of division and staffs

I would like to invite you all to my birthday dinner

Note : please, don't bring me gifts. Thank you

Di dalam grup chat tersebut hanya beberapa orang dari mereka yang bergabung, karena grup itu adalah grup umum dari kedua divisi yang member grupnya adalah yang memiliki jabatan penting di divisi tersebut; direktur, manajer, kepala divisi, sub divisi dan asisten manajer. Kebetulan Ala dan dirinya juga anggota grup kedua tersebut.

***

Astaga. Acaranya diundur. Padahal ia sudah menambah cuti dengan maksud menghindari acara tersebut. Tapi tetap saja, ia tidak bisa menghindar.

Aduh, bagaimana ini?

Sepanjang mengitari department store, Cessa tidak bisa konsentrasi. Terbayang jika sampai di Jakarta nanti, ia akan menghadapi laki-laki itu lagi, berada dalam suatu acara yang sama pula.

"Nih, pake dulu."

Nara memakaikan kupluk wool di kepala Cessa saat Cessa membaca lagi chat WAG. Meskipun kesal, ia tetap memantau perkembangan di sana, misalnya pembatalan acara mendadak.

Tapi, bagaimana mungkin dibatalkan? Undangannya saja sudah dishare di grup. Pak Dayat bahkan sudah membalas dengan tanda jempol.

"Kak, Cess kenapa? Dari tadi kok kayanya gelisah banget," tanya Nara yang tengah menyantap odeng. Asap mengepul dari mulutnya.

Malam itu mereka berencana menghabiskan malam terakhir Cessa di Seoul. Mereka kini berada duduk bersama menikmati street food saat Cessa mendapat kabar tersebut.

"Oh, nggak. Lagi mikirin kerjaan kantor aja."

"Astaga, Kak. Lagi jalan gini, masa masih mikirin kerjaan?"

"Nggak. Nggak juga sih." Cessa kini mencoba menghabiskan odeng yang terlanjur ia makan.

"Udah, jangan diliatin lagi hapenya."

Cessa mengangguk, lalu memasukkan ponsel ke dalam tasnya Marhen J putih, hasil belanja kemarin. Nara menggumam akan menghabiskan semua jajanan yang mereka beli sebelum lanjut berbelanja.

Nara langsung menggandeng lengannya setelah mereka cukup beristirahat. "Ayo, ah. Katanya mau belanja lagi? Buruan, ntar kemalaman lagi. Kak Cessa kan harus istirahat buat flight besok?"

"Iya deh. "Cessa melihat Daniel Wellington cokelat yang melingkar di tangannya. "Masih sejam-an lagi."

***

Cessa mempercepat langkahnya, mengikuti langkah Nara menyusuri jalan kecil berundak. Mereka butuh sekitar dua puluh menit berjalan dari bus station menuju Goshiwon tempat tinggal Nara.

Cessa memasukkan kedua telapak tangan yang terbungkus sarung tangan. Long coat hitam yang ia kenakan ia rapatkan saat angin musim dingin berhembus semakin kencang. Ia berhenti sejenak untuk membetulkan letak masker yang lumayan ampuh melindungi kulit wajahnya dari suhu dingin.

Mereka tiba di Goshiwon sebelum jam 10 malam. Cuaca di luar benar-benar semakin menggigit. Mereka sampai harus setengah berlari memasuki gedung tempat Nara tinggal.

"Dingin bangeeet." Cessa menggosok-gosokkan kedua telapak tangan, menunggu panas menyebar dari pemanas ruangan. Setelah melepas mantel, Cessa membuka salah satu paper bag berisi parfum. Sebelumnya ia sudah membeli Lanvin dan Incanto Charms Salvatore Ferragamo, namun saat melihat Jo Malone, ia terpikir untuk membelinya. Pikirannya secara impulsif menyuruhnya membeli parfum itu, Jo Malone London Wood Sage & Sea Salt meskipun harganya lumayan mahal.

"Parfum buat cowok kan itu?"

Nara sudah tiga kali menanyakan pertanyaan yang sama.

Cessa hanya mengangguk pelan, seraya cepat-cepat memasukkan parfum beraroma maskulin itu kembali ke dalam paper bag.

"Buat siapa sih, Kak?" tanya Nara. Ia datang dari arah pantri, menenteng dua ramen kemasan. "Kak Cessa mau yang mana? Veggie ramyun atau shin ramyun?"

"Ada yang titip," jawab Cessa singkat, berharap Nara tidak bertanya lebih jauh. "Yang Veggie aja."

"Oke deh."

Cessa menambahkan. "Nar, titip cokelat panas!!"

"Iyaa!!!"

Cessa mengecek kembali barang-barang belanjaan. Jumlahnya tidak sebanyak sesi belanja sebelumnya, namun budget yang ia keluarkan lumayan besar. Khususnya untuk parfum Jo Malone itu.

Apakah ia cukup yakin akan memberikan benda itu sebagai kado?

Kemarin, ia tidak berencana membelinya. Sama sekali tidak. Namun, gara-gara tanggal perayaan yang diundur, mau tidak mau, ia harus menyiapkan kado.

Gya : jangan bawa kado, udh dipesen tuh tadi.

Firman : oke siap

Padahal udah beli."

Jenn : Ya kan, Guys. Amuz.

Gya : Ulala, selera horang kayah emang beda.

Ala : Eh, inget kan taun kemarin kita2 dikasih suvenir logam mulia? Gue penasaran taun ini suvenirnya apa?

Jenn : Cincin dong, cincin.

Gya : Yee emang lo tunangannya?

Jenn : Maulah kalo itu

Ala : Eh, eh, ga usahlah. Seleranya pasti high class gitu. Lo pahamlah Crazy Rich tuh jodohnya muter-muter di situ juga

Jenn : Yee jodoh kan ga ada yg tau?

Gya : JJJ

Ala : *rollingeyes* heiii @Cessa mana nih? Mentang2 lg di Seoul udh jrg gabung

Gya : paling lg shopping. Last night in Seoul gitu

Ala : *masihenvy*

Jenn : makanya jgn hedon biar bisa cuti ke luar negeri

Ala : Tuh anak emang paling hemat deh, curiga gue, rekeningnya gendut kaya perut bapak2

Cessa tergelak membaca komentar Ala. Masa rekening disamakan dengan perut bapak-bapak, sih?

Sejak mulai bekerja, Cessa sudah memikirkan untuk menyisihkan sebagian dari gajinya untuk ditabung. Ia memang giat menabung gaji dan bonus yang ia terima untuk membeli kendaraan dan properti. Saat ini, ia belum memiliki mobil dan rumah sendiri. Ia bisa saja mengajukan KPR dan leasing jika ia mau. Hanya saja, ia tidak ingin terbebani memikirkan cicilan setiap bulan.

Dua tahun pertama bekerja, ia tinggal bersama Mama. Bolak-balik menggunakan transportasi busway. Tahun ketiga, ia memutuskan menyewa kostan bersama Gya yang jaraknya cukup dekat dengan kantor, tujuannya ya biar efisien saja seperti kebanyakan kaum pekerja yang rumahnya jauh dari kantor.

Menginjak tahun keenam, ia memutuskan kembali tinggal bersama Mama, dengan menyisihkan waktu dua hari kerja menumpang di kostan Gya. Mama mulai merasa kesepian semenjak Nara bekerja di Seoul. Makanya waktu Nara mengatakan mau kerja di Seoul, Mama jadi sedih. Namun, mereka juga tidak bisa menghalangi kepergian Nara, karena hal itu adalah impiannya sejak SMA.

"Sa, Nara kan udah ke Korea. Gimana kalo kamu tinggalnya sama Mama?"

Kata mama setelah kurang lebih dua bulan sejak Nara menetap di Seoul.

"Mama tuh kesepian kalau kamu nggak ada. Kalo cuma sama Nathan, tetap saja ada yang kurang. Nathan juga sering nginap di studio apa gitu."

Meskipun mama tinggal berdua bersama adiknya, Nathan, tetap saja mama merasa berbeda jika ia tidak tinggal di sana. Tidak ada figur perempuan lain selain dirinya sendiri.

Sejak bekerja, apalagi sering pulang malam karena lembur, mama selalu setia menungguinya. Mama baru bisa tidur kalau Cessa sudah ada di rumah.

Kalau sedang tidak ada jadwal kuliah atau mengerjakan tugas, sesekali Nathan mengantar dan menjemput Cessa pergi dan pulang kantor. Nathan mengambil kuliah jurusan Teknik Elektro di UI, yang kampusnya di Depok. Sudah bisa dibayangkan bagaimana sepi yang dirasakan mama ketika ia bekerja dan Nathan kuliah.

"Ma, gimana kalo aku cariin ART buat nemenin mama?"

Mama langsung menolak. "Sayang gaji kamu."

Mama selalu berat hati setiap menerima pemberiannya. Kata mama, Cessa sudah bekerja keras untuk menopang kehidupan keluarga mereka dengan membantu biaya sekolah adik-adiknya. Mama tidak mau lebih merepotkan lagi.

Dulunya, mama adalah pegawai kantor kecamatan. Sebagai pensiunan PNS, ia masih menerima gaji pensiun bulanan. Beberapa tahun ini saat bisnis online menjamur, mama mencoba bisnis membuat kue. Mama juga mulai berbisnis sayuran organik. Sejauh ini, jenis tanamannya belum terlalu banyak, hanya terbatas pada selada, pokcoy dan seledri. Hasilnya lumayan, karena pelanggannya dari tetangga-tetangga rumah, dan pebisnis burger yang rumahnya tidak jauh dari situ.

***

Sebelum tidur, Cessa menyempatkan membaca WA dari Gya.

Gya ; hv a safe flight besok

Cessa : Thank you say :*

***

04, 01, 2019

Padma building Plaza 7th floor, SCBD.

"Pagi, Pak."

"Pagi, Mel."

"Selamat ulangtahun, Pak Arion."

"Trims."

Arion mengamati penampilan Melissa. Blazer pink dan rok wool putih. Heels senada warna blazer. Rambutnya yang biasa disanggul, kini digerai.

Terlihat segar, namun berbeda dari biasanya.

Pagi itu, senyum Melissa sangat cerah, secerah matahari pagi. Sekretaris yang sudah bekerja untuknya sejak hari pertama menjabat direktur keuangan Padma itu lalu mengikuti langkahnya sampai ke depan pintu.

Arion berbalik.

"Ada apa?"

"Semoga bapak suka kadonya." Senyum Melissa kali ini berubah menjadi sedikit malu.

"Saya nggak ingat pernah minta kado ke karyawan saya."

"Tapi bapak bakal tetap terima kan?"

Arion tidak mau mengecewakan sekretarisnya yang punya kinerja sangat baik selama bekerja dengannya. Lagipula ia memberi hadiah, bukan minta diajak berkencan, jadi seharusnya tidak ada masalah.

"Mm, ya. Terimakasih, mm. Melissa." Arion memasang senyum setulus mungkin.

Melissa menutup mulut, seolah menahan dirinya agar tidak berteriak.

Hhh, ada apa dengan karyawan-karyawan perempuan di gedung ini? Setelah resepsionis di bawah, sekarang, Melissa.

Apakah pagi ini mereka kelebihan konsumsi kafein?

Apakah ia setampan itu di mata perempuan?

Arion tersenyum pada dirinya sendiri. Ia merapikan dasi, saat mendengar suara alter ego-nya.

Di atas meja kerja, Melissa telah meletakkan sebuah buket bunga mawar, sebuah strawberry cheesecake, dan kotak yang setelah ia buka berisi kacamata dari sebuah brand ternama, Giorgio Armani dengan notes kecil.

Sering dipake ya, Pak?

Arion mengambil kacamata bergagang hitam dan berlensa bening itu, mengenali bahwa ia rasanya punya satu di rumah dari brand ini. Atau dua, yang sesekali ia pakai saat matanya butuh banyak interaksi dengan layar laptop. Matanya masih cukup normal untuk melihat tanpa bantuan kacamata.

"Pak Arion, saya sudah buatkan kopi. Bisa saya antarkan sekarang?"

Suara Melissa terdengar dari interkom.

Sebenarnya saya sudah minum kopi di rumah.

Arion hampir mengucapkan kalimat itu, namun segera ditahan, hanya tidak ingin membuat sekretarisnya itu kecewa. Membuatkan kopi dengan coffee maker membutuhkan effort lebih daripada sekadar menyeduh kopi dengan cara biasa.

"Iya, boleh."

Melissa masuk ke ruangan, meletakkan kopi di coffee table.

"Bapak udah liat kado dari saya?"

"Iya, sudah." Arion menjawab sambil membuka kolom berita pagi di ponsel.

IHSG Awal Tahun 2019 Dibuka Menghijau Iringi Kejatuhan Bursa Asia

"Bapak suka?"

"IHSG awal tahun dibuka melaju pada zona hijau, dalam sesi perdagangan Rabu, dua Januari 2019. IHSG awal tahun menguat 7,23 poin atau setara 0,12 % ke level 6.197,87."

Arion terus membaca.

"Pada perdagangan awal tahun, sektor saham dalam negeri bergerak variatif dipimpin kenaikan aneka industri mencapai sebesar 0,30 persen diikuti penguatan Consumer. Damn. Industri dasar 0,60 persen, mining anjlok 0,47 persen."

"Ugh! Paak!" suara Melissa terdengar dongkol.

"Saya lagi sibuk, Melissa." Arion menghela napas. "Iya, saya suka. Terimakasih."

Melissa menunjukkan wajah cemberut. Tanpa berlama-lama lagi, Melissa keluar dari ruangannya.

Sebagai seorang yang cukup expert dalam urusan percintaan, ia tahu apa yang diinginkan Melissa. Gerak-geriknya, hadiah, hingga tingkah manis Melissa, menunjukkan jika sekretarisnya itu menyimpan perasaan padanya. Ini tahun ketiga mereka menjadi partner kerja, namun selama itu, Arion hanya memandang Melissa sebagai sekretaris, tidak lebih.

There is far less drama when you like who you are working with, and view them as not just coworkers, but as friends.

Itulah sebabnya, Arion tidak pernah memacari perempuan yang menjadi partner bisnis dan partner kerja. Ya, soal Annette Siswoyo, akuntan yang pernah bekerja di Padma, itu pengecualian. Gadis itu terlalu cantik dan cerdas, namun setelah dua kali liburan bersama, Arion mendapati dirinya tidak bisa lagi bersama Annette. Gadis itu tidak sabar ingin segera dilamar, sedangkan Arion belum memikirkan hubungan yang lebih serius. Annette memutuskannya, dan dengar-dengar saat ini, perempuan itu sedang dekat dengan seorang anak pengusaha tambang di Kalimantan.

Sejak saat itu, Arion berpikir-pikir untuk mengajak date karyawan di kantor atas asas profesionalisme.

Ayana : pesan ini telah dihapus 08.05

Asisten Pak Dayat.

Mungkin yang satu ini pengecualian.

Kepala Arion tiba-tiba saja berdenyut.

Kepala atas ya, bukan kepala yang bawah

ArionG : what message did you delete?

Ayana : nothing.

ArionG : just nothing?

"Asisten Pak Dayat. Just asisten Pak Dayat. Nggak lebih."

Arion memandangi layar ponsel dengan kesal.

"Awas aja kalo dia nggak bawain oleh-oleh."

***

Kasih like dan komen ya kalo suka

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro