12

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

12 - Malizande

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia. 

Langit biru tanpa cela. Malizande duduk menyamping di atas seekor kuda betina berwarna seputih saju yang dikendarai oleh suamiya. 

Dia mendongak untuk menikmati keindahan yang ditawarkan oleh area perbukitan yang berada di dekat kastel dan berulang kali menghirup dalam-dalam rasa segar khas alam terbuka. Udara hangat yang membawa wangi bunga membelai pipi bocah itu dan membuatnya menahan diri untuk memekik kegirangan.

"Apa Patte berjalan terlalu cepat?" Suara cemas Dominic terdengar saat Malizande tanpa sadar meremas tunik bagian punggung suaminya.

"Ah, ma-maaf." 

Kelima jari Malizande langsung merenggang. Dia tersenyum kikuk ke arah suaminya yang menoleh ke belakang dan berkata dengan nada gugup. "Sa-saya hanya merasa senang."

Kilat puas tampak di mata biru Dominic. Pria itu menyeringai lebar dan dengan dada terbusung. "La Petite Reine, bukan hal yang memalukan menunjukkan rasa rindu kepada suami sendiri."

Hah?

Mata Malizande berkedip beberapa kali. Bocah delapan tahun itu berusaha mencerna ucapan suaminya yang kini menunjukkan ekspresi girang.

"Dua minggu terakhir saya disibukkan memberantas pemberontakan di perbatasan ibu kota," lanjut Dominic sambil tersenyum penuh penyesalan. "Lain kali, saya akan lebih sering berkunjung."

"A-ah, baik …." Malizande refleks menjawab meski bocah itu masih belum memahami dengan jelas maksud perkataan Dominic.

Keempat kaki Patte, sang kuda betina, melaju dengan kecepatan rendah saat kedua penunggangnya bercakap-cakap ringan. Satu meter di belakang mereka terlihat empat kuda lain yang membawa empat orang kesatria, di mana salah satunya membonceng Madamme Lucie.

Kepala Malizande menunduk untuk mengamati tunggangannya ketika Dominic memutuskan kontak mata untuk kembali menatap ke depan. Kuda jenis palftey selain cukup mungil, juga terkenal jinak dan cocok untuk penunggang perempuan. Suaminya tentu memilih menunggang Patte demi dirinya.

Malizand dengan penuh syukur  membelai lembut punggung Patte dan bergumam halus. "Dia cantik sekali."

"Gagah …."

"Maaf?"

"La Petite Reine, gagah kata yang lebih tepat untuk memuji laki-laki dibanding cantik," jelas Dominic dengan dada kembali membusung. Pria itu entah mengapa kini tampak bangga dengan diri sendiri.

"Eh ...., ta-tapi Pat--" te betina.

"Tidak apa-apa, memuji kegagahan suami sendiri juga bukanlah hal yang memalukan. Saya mengizinkanmu untuk melakukannya setiap kali kita bertemu."

Malizande menelan kalimat yang belum sempat dia selesaikan. Dominic sedari tadi salah mengartikan ucapannya dan membuat bocah itu merasa waswas.

Apa seburuk itu bahasaku? Aku harus belajar lebih baik lagi.

"Jadi, apa saja yang kau lakukan selama dua minggu ini?"

"A-ah, sa-saya …." Malizande menjeda jawaban. Bocah itu mengambil waktu untuk mengingat-ingat sebelum akhirnya berkata, "Sa-saya meminta para pelayan membersihkan kamar-kamar."

"Hmm, itu bagus."

Kini, sang kuda menapaki dataran penuh bunga. Mata Malizande melebar kala seekor kelinci putih totol hitam melompat dari antara bunga.

Lucunya!

"Dan, apa lagi?"

"Ah, i-itu. Taman …." Konsentrasi Malizand terpecah. Kepala bocah itu menoleh ke sosok Dominic. Namun, matanya tidak mau lepas dari buntalan putih bertotol hitam yang kini berdiri tegak dengan dua kaki belakang.

"Taman?"

"Taman belakang. Kami sedang merenovasi taman bela-- huwa!"

Tubuh Malizande terhuyung ke depan saat Patte mendadak berhenti berjalan. Bocah itu refleks menarik tunik, sedangkan tangan kirinya langsung memegangi sisi pelana samping hingga dirinya tidak terjungkal ke depan.

Jantung Malizande berdebar cepat akibat terkejut. Kepalanya berputar untuk melihat ke arah Dominic. Punggung pria itu tampak menegang dengan tatapan tetap mengarah ke depan.

"M-my Love, a-ada apa?"

Akan tetapi, sang raja bergeming dari posisinya tanpa memberikan jawaban dan membuat waktu bergulir dalam hening. 

Kecemasan membuat Malizande menelan ludah. Bocah itu secara perlahan melepaskan cengkeramannya dari tunik Dominic dan tanpa sadar mencoba bergeser untuk menjauh.

Apa aku melakukan kesalahan? Apa karena aku melihat kelinci saat menjawab? Apa dia akan memarahiku?

Kedua ekor kuda yang mengekor juga berhenti. Mereka mengikuti tingkah Patte yang mencuri kesempatan untuk merumput.

Sang kelinci yang membuyarkan konsentrasi Malizande ternyata tidak merasa bersalah. Binatang berbulu itu kini malah mengajak anggota keluarganya berjumlah tiga ekor untuk menampakkan diri di antara kumpulan bunga. 

Sayang, Malizande tidak lagi berani untuk mengamati mereka. Bayangan ayahnya yang mengamuk di koridor istana saat waktu mandi sontak tercitra dan membuat tubuh mungilnya mengerut ketakutan.

Aku harusnya tidak mengamati kelinci itu. Aku harusnya ti--

"Taman belakang, ya …."

Suara sayu Dominic menghentikan batin Malizande yang sedang bermonolog. Namun, bocah itu tidak membalas ucapan suaminya. Dia takut salah menjawab. 

Akan tetapi, Dominic sepertinya memang tidak mengharapkan jawaban. Pria itu mendongak menatapi langit sambil mengembuskan napas panjang. 

Apa dia kecewa? Berbagai pikiran negatif kembali membayangi Malizande. Apa tadi ada kata-kataku yang salah? Apa dia ti--

"Ayo, turun."

Dominic mendadak melompat dari kuda. Dia menahan tali kekang dengan tangannya dan mengedikkan kepala ke arah dua kesatria yang berada di belakang. 

Kedua kesatria yang mengekor pun mengikuti tingkah sang raja. Mereka turun dari tunggangan masing-masing, di mana Sir Wallace menahan kuda dan membantu Madamme Lucie turun, sedangkan rekannya bergegas mendekati Malizande untuk meletakkan tangga kecil.

"Ayo."

Malizande menatap tangan yang terjulur ke arahnya. Namun, tidak lama. Bocah itu menyambut jemari suaminya dan dia pun turun secara hati-hati.

Bibir Dominic mendadak melengkung menahan senyum saat jari-jari mereka tertaut. Sang raja membantu istrinya untuk mencapai tanah sebelum dia berteriak nyaring menyatakan keinginannya. 

"Gelar kainnya! Hari ini, kita akan menikmati makan siang di padang bunga!" 

15 November 2022

Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro