16

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita

"Kenapa kuda itu juga dibawa?"

Suara samar-samar dari Dominic terdengar kala Malizande melangkah menuju luar kastil. Bocah delapan tahun itu memeluk Sophie, boneka kesayangannya, dan mengizinkan Mrs. Peach menggendong Un Lapin.

Langit pagi tampak biru bersih dan sepuluh buah kereta kuda berderet di depan pasukan infantri, sedangkan pasukan berkuda berada di urutan paling belakang, di mana dua di antaranya memegang bendera tinggi.

Mengapa banyak sekali orang yang ikut?

Malizande terperangah dengan kesibukan yang berlangsung. Para pasukan sedang mengatur formasi dan dua orang berkuda yang bertugas sebagai pembuka jalan berada di paling depan rombongan.

"Princessa, itu suami hamba," bisik Mrs. Peach sambil menunjuk salah satu kusir yang sudah bersiap di belakang sepasang kuda. "Dia bertugas membawa kereta barang."

Malizande sontak menoleh ke orang yang dimaksud. Laki-laki itu berpenampilan biasa saja, tubuh kurus, rambut hitam terikat rapi ke belakang, dan memakai topi besar dan jas hitam, berlogo kerajaan.

"His Majesty mengizinkan dia ikut." Pipi pucat Mrs. Peach bersemu merah muda. Perempuan itu bahkan tersenyum lebar kala pria yang dibicarakan sempat menoleh sejenak ke arah mereka.

Hanya istri seorang kusir?

Mulut Malizande ternganga akibat terkejut. Biasanya, hanya seorang istri dari bangsawan kelas rendah yang diizinkan menjadi kepala pelayan sebuah istana, tetapi ini ....

"La Petite Reine, katupkan mulutmu." Bisikan dari Dominic membuat Malizande spontan melompat kecil. Bocah itu memutar tubuh ke kiri dan menemukan suaminya sudah berdiri di sisinya.

Mrs. Peach sedikit menekuk kaki dan berjalan mundur beberapa langkah saat Dominic melihat sekilas ke arah Un Lapin. Pria itu kemudian mencurahkan seluruh perhatiannya kepada Malizande, atau lebih tepatnya ke boneka yang dipeluk istrinya.

"Di mana ikat pinggang hadiah dariku?"

"Eh ..." Malizande ikut menengok ke arah Sophie kemudian berkata, "Madamme Lucie mengatakan akan lebih aman untuk menyimpannya."

Alis kanan Dominic terangkat naik. Pria itu melirik ke arah Mrs. Peach sebelum memberikan perintah. "Kenakan ikat pinggang pemberianku ke boneka ini."

"Baik, His Majesty."

Mrs. Peach menekuk sedikit lutut lalu melangkah menuju ke kereta barang yang mengangkut peti-peti milik Malizande.

*****

Malizande berdiri tidak nyaman di sisi suaminya. Bocah itu melihat kesibukan yang terjadi di hadapan mereka sambil memeluk erat boneka kesayangannya.

Mrs. Peach tampak kebingungan. Sang pelayan telah membongkar peti kedua dan sepertinya belum juga menemukan ikat pinggang yang dimaksud.

Dehaman pelan dari Dominic membuat Malizande terpaksa menoleh ke suaminya. Pria itu pun tanpa memandang balik sang istri memulai percakapan.

"Mereka mengatakan bahwa kau meminta agar kuda cebol itu dibawa?"

"Patte?" tanya Malizande memastikan.

"Ya, Patte."

"Ya, bukankah saya memang diizinkan membawanya, My Love?" Kepala Malizande mendongak agar dapat menatap wajah suaminya. Apa dia lupa?

"Oh tentu, ya." Dominic tersenyum jengah sebelum dia mengalihkan perhatian ke kelinci mungil yang kini sedang digendong oleh Mr. John, suami Mrs. Peach. "Dan, tentu saja kelinci itu akan ikut serta."

"Ya, tentu," jawab Malizande dengan kening mengernyit bingung. Suaminya lagi-lagi seperti orang lupa ingatan.

Dominic tidak lagi berkata-kata sehingga keduanya kembali mengamati kesibukan dalam terdiam. Kotak keempat dibuka oleh Mrs. Peach. Perempuan itu bersimpuh di atas rumput dan menunduk untuk memeriksa isinya secara saksama.

"My Love ...."

Rasa penasaran membuat Malizande memanggil suaminya yang kini sedang berdiri dengan dada membusung.

"Ya?" Dominic menoleh ke arah istri mungilnya dan menunggu Malizande melanjutkan perkataannya.

"Mengapa banyak sekali yang ikut?" Kening Malizande kembali mengerut saat sepasukan pelayan, yang ternyata juga ikut dalam rombongan, sudah berderet rapi di sisi pintu tiap-tiap kereta khusus penumpang.

"Mereka lebih berguna untuk ikut serta dibandingkan menganggur di kastil," jawab Dominic penuh perhitungan. "Semakin banyak pelayan, semakin mudah membongkar muatan saat kita sampai di tujuan."

Malizande menoleh ke sejenak ke arah Mrs. Peach yang kini meneliti isi kotak entah yang ke berapa. Bocah itu pun mengutarakan isi pikirannya.

"Tapi ...., kalau kita kurangi barang bawaan kita, maka kita tidak perlu pelayan sebanyak itu."

"Ya, tetapi perjalanan selama lima tahun pas-"

"Lima tahun?!" Mulut Malizande ternganga saat dia selesai menyerukan rasa terkejutnya.

"La Petite Reine, katupkan mulutmu," bisik Dominic sebelum berdeham tidak nyaman.

Beberapa orang yang mendengar seruan Malizande refleks menoleh ke arah sumber suara. Namun, beberapa detik kemudian, mereka kembali mengerjakan tugas masing-masing.

Tubuh Malizande berputar 180 derajat untuk melihat ke arah kastil tempat tinggalnya sebelum memberikan tatapan kebingungan kepada suaminya."Kenapa lama sekali?"

Bibir Dominic melengkung membentuk senyum. Sang raja kemudian membusungkan dada dan menjawab dengan penuh kebanggaan. "Sebab, La Petite Reine, seluas itulah kerajaan kita dan saya ingin menunjukkan semuanya kepadamu."

"His Majesty, Princessa, saya tidak bisa menemukan ikat pinggangnya."

Laporan dari Mrs. Peach yang datang dengan tergesa-gesa ke arah mereka pun memutuskan percakapan yang sedang berlangsung. Wajah pengasuh Malizande itu tampak pucat. "Dan, saya rasa beberapa perhiasan milik Princessa juga tidak ada."

*****

"Pelayan kurang ajar." Geraman Dominic mengisi kereta kuda tertutup yang hanya diisi oleh pria itu bersama istrinya.

Para pelayan yang ikut serta, termasuk Mrs. Peach dan Un Lapin berada di kereta lainnya, sehingga memberikan kelulasaan kepada sang raja dan istrinya untuk menyelonjorkan kaki.

Bibir Malizande terkatup rapat. Dia memeluk erat Sophie sambil menundukkan kepala. Madamme Lucie, kenapa ....

Matahari bergerak hingga ke puncaknya saat para pelayan membantu Mrs. Peach untuk memeriksa ulang isi kotak dan kamar tidur Malizande. Namun, beberapa barang yang terbuat dari emas dan permata, termasuk ikat pinggang milik Sophie, tidak ditemukan.

"Seharusnya dia digeledah sebelum diusir." Omelan Dominic membuat Malizande semakin merasa bersalah. Dia baru saja membuat surat yang isinya membela Madamme Lucie, tetapi kini ....

Rombongan kerajaan pada akhirnya memulai perjalanan setelah para pelayan merapikan ulang barang-barang milik Malizande. Mrs. Peach pun berinisiatif untuk mencatat seluruh isi kotak sehingga mereka tidak akan kesulitan lagi saat memeriksanya saat sampai di tujuan.

"Tidak apa-apa, kita akan mengambilnya kembali."

Ucapan terakhir Dominic yang ditujukan kepada Malizande membuat bocah itu menengok ke arah suaminya.

Dominic tersenyum menenangkan dan melanjutkan kata-katanya. "Kita akan membuat perempuan itu menerima ganjarannya."

21 Januari 2023
Benitobonita

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro