(9) Gossip

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jangan aneh-aneh," kata Trio sambil menepikan mobilnya di dekat gerbang kantor SKO. Matanya menoleh ke kaca spion tengah, melihat pantulan gadis yang duduk diam di belakang. Sejak kehilangan jejak Dimas dan adik perempuannya di kafe, Ify memilih untuk diam dengan mata terpejam. Sebenarnya Trio masih penasaran kenapa gadis itu seolah ingin tahu kehidupan pribadi Dimas. Apa... apakah dia menyukai Dimas? pikirnya ragu.

Trio menggelengkan kepala, mencoba mengusir spekulasi gilanya. Tertarik pada lawan jenis dan mengikuti kehidupan pribadinya secara diam-diam, Trio rasa Ify tidak senekat itu.

" Tuan," panggilan pelan dari Pak Ujang membuyarkan lamunan Trio. "Nggak jadi ngantor?"

Trio mengerjap. Ah, iya. Karena dia, aku jadi... Trio memergoki Ify tengah meliriknya sembunyi-sembunyi saat mata mereka berserobok, kemudian Ify menutup lagi matanya. Tanpa sadar, Trio berdecak kesal. Kalau kak Dara akan jadi sangat cerewet dan menyebalkan saat marah, ternyata Ify justru akan berlagak menjadi patung dengan mata yang menyelidik diam-diam. Darimana dia mempelajari cara merajuk seperti itu? batin Trio jengkel.

"Antar dia pulang, jangan ke mana pun lagi," titah Trio pada Pak Ujang yang duduk di samping Ify, kemudian keluar dari mobil.

***

Tiga puluh menit lalu.

"Dasar, ngeselin!" umpat Ify sambil membuka pintu mobil dan membanting tubuhnya di kursi penumpang. Pak Ujang terperanjat melihat gadis itu masuk ke mobil dan duduk di sebelahnya dengan ganas, matanya berkilat seolah apa pun yang dilihatnya bisa tersayat.

"Kenapa, Non?" tanya Pak Ujang penasaran.

"Pak!" seru Ify membuat Pak Ujang refleks menutup telinganya. "Aku itu mau mengintai kak Dimas. Makanya pas di depan SKO, aku minta Pak Ujang parkir mobilnya jangan deket-deket gerbang. Dan Pak Ujang tahu apa?" Pak Ujang menggelengkan kepalanya pelan. "Kak Dimas mendadak hilang! Raib! Itu semua gara-gara majikan bapak yang ngeselin dan sombong itu!" lanjut Ify berapi-api.

Ketika pintu mobil bagian sopir terbuka, Trio masuk dan langsung membalikkan tubuhnya menghadap Ify. "Kamu nggak ingat, ya? Tanganmu cedera. Aku tahu kamu itu... kamu aneh," ujar Trio mencoba bersikap halus di dua kata terakhir, meski nada suaranya tetap tinggi. "Tapi, jangan melukai diri sendiri, kamu nggak cantik, mau jadi cacat juga?" sarkas Trio membuat Pak Ujang sampai menutup mulutnya dengan tangan.

" Tuan," bisik Pak Ujang pada Trio. "Jangan gitu atuh," lanjutnya mengingatkan.

Ify melirik tidak terima. Kurang ajar! Mulut nggak pernah disekolahin ya?! Lalu, Ify menarik napas panjang dan memejamkan mata. Sabar, sabar, yang waras yang ngalah. Mengalah bukan berarti kalah, Ify. Jangan melibatkan diri terlalu dalam dengan mereka yang memang jelas berbeda sama kamu, beda tingkat kewarasan terutama.

Melihat Ify yang menutup mata dengan suara teratur dari desahan panjang napasnya, Trio sadar bahwa Ify bisa membunuhnya jika masih terus mengajak Ify berdebat. Pasti ada alasan kenapa perempuan sealim Ify menguntit Dimas, batin Trio sambil memindahkan persneling mobilnya.

***

Di ruang kerja Show Director SKO. Seluruh staf dibuat panik ketika Big Boss datang tidak sesuai jadwal kelilingnya. Ila yang duduk di sebelah kanan kubikel Ify yang sedang kosong yang paling berkeringat meski ruang kerjanya sejuk. Karena sejak pertama datang, Langit langsung menghampiri meja Ify dan mengamatinya dengan seksama.

Tidak ada foto keluarga? batinnya heran, Langit melirik meja kerja Ila, kemudian membandingkannya dengan kubikel Ify. "Kalian dekat?" tanyanya datar tiba-tiba, membuat semua staf di ruangan itu menolehkan kepala ke arah Langit.

"Eh?" Ila mendongakkan kepalanya saat sadar bahwa semua mata rekan kerjanya melirik penuh kode Bos-ngomong-sama-lo saat itu. "Pak Langit tanya ke saya?" tanya Ila sambil menunjukkan telunjuk tangan kanannya tepat di depan hidungnya.

Langit mendesah. "Saya tanya, kalian dekat, kan? Apa itu hanya merujuk ke satu orang saja?" ulangnya bossy. "Sudah berapa lama kalian seruangan dengan Ify?" lanjutnya ketus.

Tepat seperti laporan Dimas, tidak banyak yang didapatkan Langit dengan bertanya langsung pada rekan kerja Ify karena gadis itu memang pasif dalam berteman. Merasa bahwa hanya Ila yang bisa memberikannya informasi lebih, Langit mengajaknya keluar. Tepat saat tubuh Ila dan Big Boss menghilang di ujung koridor, semuanya mulai buka suara.

"Kalian dengar? Big Boss cuma panggil Ify. Bukan Ify Axelle. Padahal, Sri yang namanya Sri Rejeki Puji Ningrum aja selalu dipanggil lengkap. Iya, kan?" ucap Voni menggebu, kemudian dia mendesis. "Aku curiga, pasti ada apa-apa nih sama anak baru itu."

"Itu kan karena di HRD juga ada yang namanya Sri, Von. Jangan negatif thinking ah," sahut Sri. Paham betul kalau Voni memang hobinya bergosip.

"Iya, udah deh, balik kerja aja, yuk. Gosip itu bikin kita jadi nggak produktif. Lagian, gosip kan sama halnya dengan memakan daging bangkai saudara sendiri. Memangnya, kamu doyan makan bangkai, Von?" kata Danang kali ini yang tidak tertarik juga dengan upaya Voni untuk mengajak mereka bergosip.

"Payah," gumam Voni kesal. "Memang cuma Angel yang paling asyik diajak ngobrol." Voni mengetikkan sesuatu di atas layar ponsel pintarnya sambil mulai berpikir, kira-kira Big Boss dan Ila kemana, ya?

***

Ila refleks menutup bibirnya yang terbuka ketika mendapatkan fakta bahwa Ify ternyata menutupi kebenaran darinya selama ini. Perihal cara Ify masuk SKO, darah spesialnya, dan juga kecelakaan yang dialaminya saat rapat dengan Dimas.

"Saya pikir, saya dan Ify sudah cukup dekat. Tapi, Ify rupanya nggak memercayai saya untuk jadi temannya," ungkap Ila dengan kepala yang menunduk.

Melihat sikap Ila setelah mendengarkan cerita panjangnya mengenai Ify di rooftop SKO. Langit yakin untuk meminta Ila bekerja sama dengannya, agar Ify berhenti membuntuti Dimas di luar kantor selagi tangannya masih cedera. Bukan hanya karena Ila tidak bisa memberikan informasi yang dibutuhkan Langit untuk memecahkan alasan dibalik pengintaian Ify pada kehidupan Dimas, tapi juga demi keselamatan Ify.

Satu hal yang telah diketahui Langit mengenai Ify. Dia bisa sangat semangat sampai melupakan kondisinya jika sudah menyangkut Dimas. Dan Langit, entah kenapa, tidak menyukai kenyataan itu.

"Saya akan memerintahkan Ify bekerja mulai besok. Dan kamu, tolong bantu awasi dia selama di kantor. Bisa, kan?"

Ila mendongakkan kepala dengan matanya yang melebar. "Bukannya Ify cedera, Pak?"

"Ify tidak bisa diam, meskipun ada kakak saya dan pelayan di rumah. Mungkin dia bisa saja melakukan tindakan di luar nalar manusia," ucap Langit mulai melantur mengingat kebringasan Ify ketika berdebat dengannya.

"Di... rumah?" tanya Ila tidak percaya. "Ify tinggal di rumah Pak Langit?" tanya Ila nyaris menjerit.

"Iya. Apa itu terdengar aneh?" tanya Langit datar.

"Tapi, bukannya utang darah itu sudah lunas dengan pekerjaan Ify sekarang?" tuntut Ila.

"Lalu?" Langit memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Apa itu membuatmu merasa, kita cukup dekat sampai bisa mengkritik saya?"

Ila terkesiap, dia melupakan fakta bahwa saat ini yang berdiri di hadapannya adalah Big Boss. Tapi, kenapa Langit terlihat berbeda ketika membicarakan Ify? pikirnya bingung. "Ah," gumam Ila, "maaf, Pak. Saya kelepasan, saya..."

"Sudahlah, mulai besok, hubungi saya sesering mungkin. Apa pun yang dilakukan, dikerjakan, dan dikatakan Ify. Laporkan ke saya. Anggap saja, kamu sedang mendapatkan misi rahasia." Tepat setelah mengatakan itu, Langit berjalan lebih dulu meninggalkan Ila yang membeku. Sampai Langit menyadari satu hal. Dia pun berbalik dan memanggil Ila.

"Shilla."

Ila membalikkan tubuhnya cepat. "Iya, Pak?"

"Akan ada uang lembur untuk misi rahasiamu. Selama hal ini, hanya kita berdua yang tahu. Mengerti?"

"Mengerti, Pak." Ila meniup poninya tepat setelah Langit lenyap dibalik pintu tangga darurat. "Pasti Voni bakal mati-matian cari tahu apa yang gue bicarain sama Pak Langit deh," eluhnya malas.

***

"Jangan bohong, La. Nggak mungkin Big Boss sengaja nemuin kamu kalau bukan kejadian luar biasa. Ya, kan, Ngel?" ujar Voni yang dibalas dengan anggukan Angel. Suasana kantin yang ramai saat itu tidak menyurutkan semangat duo bigos−biang gosip−mencari berita untuk diviralkan sejagat kantor.

"Kenapa kalian nggak tanya langsung ke Pak Langit aja?" tantang Ila.

"Udah gila, ya?" ketus Angel. "Aku yakin, ini pasti ada hubungannya sama anak baru di timmu yang masuknya nggak wajar itu," lanjutnya.

"Nggak wajar?" tanya Ila berpura-pura tidak mengerti.

"Ya, nggak wajar. Dia masuk di saat SKO nggak menerima pekerja baru, terus juga Sri, orang HRD bilang kalau nggak ada nama Ify dalam daftar nama yang diterima tahun ini. Jadi, kesimpulannya, Ify Axelle diterima di SKO karena ada orang dalam. Dan bisa jadi, orang dalam itu Pak Langit sendiri." ucap Angel panjang lebar.

Ila memutar matanya malas. Ni dua makhluk, kalau tahu Ify nginep di rumah pak Langit, pingsan kali, ya?

"La, respon dong! Kamu kayak HP kebanyakan virus, ih. Lemot!" kata Voni pedas.

"Kalian tuh digaji buat kerja, bukan buatgibah. Paham?" Ila akhirnya bangkit dari meja dengan nampan makansiangnya. Ify, kamu harus tahu, kalau kamu lebih tenar dari NikitaMirzani di SKO sekarang, batinnya geli.    

BERSAMBUNG

Hai, pembaca!
Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk part 9 MMIYD. Jangan lupa, berikan tanda bintang ★ (vote) & komentar, karena itu sangat berarti buatku.

Btw, kalian tim mana nih?
Tim TRIFY (Trio-Ify), Tim ALFY (Alvin-Ify), atau malah... Tim DIMSI (Dimas-Sivia)??
Kalau aku sih........
Tim DARRY (Dara-Harry), hehe.

Tunggu terus kisah Ify Axelle, Trio Langit Shuwan, dan kawan-kawan, ya! Hanya di wattpad @nnisalida

Salam,
Nnisalida.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro