Two

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Me and My Prince Charming

Story Written by Yogatrisna

♤♤♤

Story Made in 2018

Pairing : SasufemNaru, SasuShion, and KuraIno.

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, bukan milik saya. Saya hanya meminjamnya untuk kebutuhan imajinasi semata.

Warning : K+, OOC, OC, EYD tidak sesuai, Typos bertebaran.

Don't Like Don't Read

♡♡♡

I Hope You Like It

.
.
.
.

_______________________________________

Jam kuliah pun selesai, Naruto dan Ino pun keluar dari kelasnya menuju kantin. Mereka segera duduk dan memesan setelah pelayan di sana menghampiri mereka. Pelayan itu pun segera pergi mengantarkan pesanan yang dipesan Naruto dan Ino menuju meja kasir.

Beberapa menit kemudian, makanan yang dipesan Ino dan Naruto diantarkan. Setelahnya, Ino dan Naruto makan dengan lahap. Makan mereka pun selesai. Mereka minum minuman yang mereka pesan.

"Huahh... kenyangnya." Ucap Naruto lega sambil mengusap - usap perutnya yang agak kembung.

"Ya, Naru. Aku pun sama." Sahut Ino sambil mengusap mulutnya dengan tisu yang ada di meja makan mereka.

Mereka pun terdiam beberapa saat, tapi setelahnya Ino menanyakan sesuatu hal yang sensitif bagi Naruto.

"Naru, bagaimana hubunganmu dengan Sasuke?" tanya Ino penasaran. Mungkin ia tidak sopan menanyakan hal privasi orang lain, tapi sejak kecil ia tahu pribadi sahabatnya yang agak lemah dalam hal cinta - cintaan. Alias si Naruto itu lemot dan tidak peka.

Naruto mendengus kesal mendengarnya. "Tckk... Ino, bisa - bisanya kau mau tahu urusan percintaanku padahal kaukan masih jomblo! Tembak dulu Kurama-nii, baru aku kasih tahu, baka." Sindirnya pedas.

Tapi yang namanya Ino mah, tetep ngeyel. "Ish... Baka-Naru. Bisa saja aku bisa membantumu loh." Bujuk Ino dengan penuh harap.

Naruto memicingkan matanya ke arah Ino. "Benarkah? Bulan yang lalu saat aku meminta saranmu, aku dipermalukan Haruno jalang itu di kelas." Ujarnya penuh penekanan.

Ino tersenyum gugup. "Gomen, Naru-chan. Aku tidak tahu tentang hal itu." Ucapnya dengan puppy eyes.

Naruto merutuki temannya dalam hati. "Bisa - bisanya ia sesantai itu, huh?" batinnya bertanya - tanya.

Ia pun menghela napas. "Sudahlah, Ino. Lagipula aku memang tak bisa lama - lama marah padamu." Timpal Naruto dengan mencubit pipi Ino pelan agar tak kesakitan.

"Uhh, Nawwllu-chwwan, lewwaskwan. (Naru-chan, lepaskan.)" Ujar Ino tidak jelas.

"Hehe, gomen, habis saat itu juga salahmu." Ucap Naruto dengan tersenyum lima jari.

"Iya, iya, Naru-chan. Gomen ne." Ucap Ino lagi.

"Aku sudah memaafkanmu kok. Jadi, apalagi saranmu?" tanya Naruto penasaran.

"Apa kalian pernah kencan?" tanya Ino balik.

Naruto tiba - tiba gugup. Jika dipikir - pikir, Sasuke tidak pernah mengajaknya kencan. Bahkan selama ini hubungan mereka terlihat biasa - biasa saja. Tapi untuk kali ini, ia harus bilang bahwa ia pernah diajak kencan Sasuke. Ia gengsi mengakuinya pada temannya.

"Te...Tentu saja pernah, Ino." Jawabnya terbata - bata.

"Yakin, nih? Sasuke itu cuek, Naru." Balas Ino jahil. Ia bahkan menyeringai jahil.

"Uhh, bagaimana kau bisa tahu jika aku berbohong?" Tanya Naruto sambil merengut kesal.

Ino memutarkan bola matanya. "Tentu saja, aku tahu, Baka. Aku ini sahabatmu dari TK hingga Kuliah ini tahu." Jawabnya memberitahu.

"Sasu-Teme tidak pernah mengajakku kencan, Ino. Bahkan jika ingin kencang, harus aku dulu yang mengajaknya dulu. Maka dari itu malas jika ingin mengajaknya kencan. Apalagi saat bepergian, dia hanya fokus dengan Handphonenya dan memgabaikan aku." Celetuk Naruto kesal.

Ino tertawa terbahak - bahak mendengar celetukan Naruto. "Tak kusangka berhubungan dengan Sasuke semenderita itu. Bersyukurlah aku tidak menyukainya dulu." Ucapnya penuh syukur. Setelah menenangkan tawanya.

"Bola melon, diamlah. Jangan menertawaiku seperti itu. Setidaknya aku yang tomboy ini sudah ada yang punya, yang cantik saja masih jones melulu." Sindir Naruto pada Ino.

Ino pun menundukkan kepalanya. Merasa depresi akibat sindiran Naruto. "Naru, kenapa kau membawa - bawa statusku?" tanyanya dengan menangis bombay.

"Wkwkwk, gomen, Ino. Melihatmu depresi membuatku tertawa." Jawab Naruto dengan tertawa kecil.

Inoo mengerucutkan bibirnya. "Dasar teman durhaka." Umpatnya.

"Jadi, bagaimana, Ino-chan?" Naruto mengalihkan pertanyaannya.

"Mungkin Sasuke sudah bosan denganmu, Naru-chan. Bukan maksudku menakutimu, hanya saja mungkin dia punya selingkuhan. Jangan berpikiran buruk tentang hal itu. Itu hanya pendapatku saja." Jawab Ino memberitahu.

Naruto menundukkan kepala, berpikir keras. "Maksudmu ia selingkuh dengan nenek sihir gulali itu?" tanya Naruto kesal setelah menengadahkan kepalanya.

"Mungkin. Tapi itu hanya pendapatku saja. Dengar, hubunganmu dan Sasuke adalah urusan pribadimu, aku tak berhak mencampurinya. Tapi aku punya beberapa nasihat untukmu." Timpal Ino agar tak terjadi kesalahpahaman.

"Aku mengerti, Ino." Balas Naruto menghembuskan napasnya lelah.

Ino pun mengelus punggung temannya lembut. "Sabar, Naru. Mungkin dia sibuk. Kau tahu bukan dia itu Uchiha, Uchiha selalu sempurna. Mungkin dia ingin membuat orangtuanya bangga." Ucapnya agar Naruto tidak berpikiran yang aneh - aneh tentang Sasuke.

Naruto memikirkan ucapan Ino. "Sebenarnya ada benarnya juga sih apa yang kau ucapkan. Mungkin hanya aku yang berpikiran buruk saja." Balasnya dengan senyuman manis di wajahnya. Berusaha positif Thinking terhadap Sasuke.

Ino hanya mengangguk senang. "Nah, jadi jangan berpikiran buruk. Sasuke tidak mungkin menduakanmu, Naru. Jika iya, aku akan memberinya bogem mentah karena membuat sahabatku ini tersakiti." Ujarnya yang membuat Naruto tertawa kecil. Namun, dalam hatinya ia membatin, "Kuharap pikiran itu tidak benar tentangmu, Teme."

.
.
.
.

Lain dengan Naruto yang mengkhawatirkan hubungannya dengan Sasuke, ia hanya santai berjalan - jalan di kampus dengan sahabatnya, Kurama.

Perjalanan mereka di lorong kampus dihiasi keheningan. Tidak ada niatan untuk membuka percakapan bagi mereka. Walaupun terkadang ada perempuan - perempuan yang mendekati mereka untuk berfoto dikarenakan mereka most wanted boyfriend.

Namun, Kurama sepertinya ingin berbicara empat mata dengan Sasuke tentang hubungannya dengan adik kesayangannya. "Sasuke, bagaimana hubunganmu dengan adikku? Apa dia menyusahkanmu atau membantumu?" tanyanya penasaran.

Sasuke terdiam sebentar. "Aku dan Naruto baik. Tidak ada gangguan sama sekali. Dia tidak menyusahkan atau membantuku yang artinya dia netral." Jawabnya santai.

Kurama mengangguk - angguk mengerti. Namun, ia masih heran dengan satu hal. "Sasuke, bagaimana bisa kau mau dengan adikku yang tidak terlalu terkenal di kampus? Aku heran sekali denganmu. Kau ini kan seorang Mahasiswa teladan yang dikenal seluruh orang di Konoha University, tak ada yang tidak mengenalmu. Apa alasanmu memilih adikku?" tanyanya yang membuat Sasuke berhenti di tempat. Sasuke bergeming di tempatnya, tanpa menjawab pertanyaan Kurama.

Kurama pun juga ikut berhenti, ia memandang Sasuke yang menatap lantai bawah. "Dengar Naruto adalah adikku. Jika kau menyakitinya, aku akan menghajarmu. Aku tidak tahu alasanmu menjadikan adikku kekasihmu tapi jika itu untuk main - main dan pelampiasan, aku akan benar - benar menghajarmu." Ucapnya memberi peringatan. Segera ia pergi menuju kelas adiknya untuk menjemput adiknya dan membawanya pulang, meninggalkan Sasuke yang hanya bergeming.

"Aku....Aku sangat mencintai Naruto tapi di sisi lain aku masih mencintai dia yang ada di tempat jauh." Batinnya sambil menghela napas lelah.

.
.
.
.

"Tadaima." Seru Naruto dan Kurama secara bersamaan. Mereka telah pulang dari kampus.

"Okaeri yo Naru, Kurama." Balas Kushina selaku ibu mereka berdua. Kushina datang dengan celemek di tubuhnya. "Bagaimana kuliahnya? Ada masalah atau tidak?" Tanyanya lanjut.

Naruto dan Kurama dengan kompak menjawabnya. "Baik, Kaa-chan. Tidak ada masalah sedikitpun."

Kushina terkekeh kecil mendengar jawaban putra putrinya yang kompak. Ah, ia tidak menyangka bahwa mereka sudah besar - besar padahal baru saja ia merasa mengganti popok mereka. "Syukurlah jika begitu. Belajarlah yang rajin Naruto, Kurama." Nasihatnya yang diangguki Naruto dan Kurama. Kurama dan Naruto ingin pergi menuju kamarnya. Kurama sudah ngeloyor, tapi Naruto belum.

"Kaa-chan, Tou-chan sudah pulang atau belum?" tanya Naruto di ujung tangga.

Kushina yang ingin kembali ke dapur berhenti sejenak, ia lalu melihat wajah cantik putri tunggalnya.

"Belum, sayang. Mandilah, nanti makan malam. Mungkin Tou-chanmu akan datang nanti." Ujarnya. Naruto segera kembali ke kamarnya. Sedangkan Kushina, ia berkutat diri di dapur.

Malamnya mereka makan bersama, setelah Minato pulang dan mandi. Mereka banyak berbicara banyak hal. Berbicara tentang masa depan yang Naruto dan Kurama ingin tempuh. Naruto berkata bahwa ia ingin menjadi seorang penulis. Sedangkan Kurama, ia ingin menjadi seorang direktur seperti Tou-sannya yang merupakan direktur Hiraishin Intertaiment.

Setelahnya mereka tidur dengan nyenyak, setelah berbicara banyak hal. Namun, berbeda dengan Naruto. Ia masih terbangun dari tidurnya. Bingung memikirkan hubungannya dengan Sasuke yang monoton. Ia takut jika Sasuke tidak menyukainya, apalagi sampai berselingkuh darinya dengan wanita lain atau mungkin gulali pink yang selalu mengolok - oloknya. Ia tak sudi. Memikirkannya membuat hatinya panas, lebih baik ia tidur. Ia pun tidur setelah berargumen dengan batinnya.

To be Continue

Hai, semuanya. Gimana cerita di atas? Maaf ya kalo belum ada konfliknya. Wkwk maafkan Yoga jika ceritanya gaje begini.

Makasih banget udah ada yang baca ini, aku sangat merasa senang hehe

Tolong tinggalkan jejak ya kawan - kawan XD. Terima kasih atas Vote dan Comment kalian.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro