Beno datang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sarwan sedang bermain games Mobile Legend di rumahnya sendirian. Ya, dia merupakan anak tunggal, tapi orang tuanya tak pernah memanjakannya. Dia dilatih menjadi anak yang mandiri. Cowok itu menghentikan aktivitasnya. Dia merasa hawa di rumahnya menjadi aneh dan mencekam. Dia memegangi tengkuknya yang tiba-tiba merinding.

"Kok gue merinding, ya?" Sarwan kembali memegangi tengkuknya yang dingin. Sarwan bergidik ngeri sendiri. Dia takut ada hal yang tidak diinginkan akan terjadi padanya.

"Kayaknya gue mending tidur aja, deh, " gumam Sarwan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Dia menyibakkan selimut di atas badannya.

Seketika lampu yang ada di kamarnya berkedip-kedip. Menyala mati, menyala mati. Perasaan Sarwan semakin tidak enak. Dia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut bermotif bunga-bunga.

Entah kenapa perasaanya semakin tidak enak. Sarwan menelan air liurnya. Hawa di rumahnya semakin membuatnya merinding.

"Ada apa ini?" Sarwan mengembuskan napas kasar. Dia akhirnyan melepas selimut yang dipakainya. Lampu di kamarnya masih berkedip-kedip, membuat Sarwan sedikit ketakutan.

"Sarwan. "

Terdengar suara memanggil namanya, Sarwan sudah tahu jika yang datang pasti Beno. Sudah hampir beberapa hari arwah Beno tidak datang.

"Kenapa lagi, Ben?" Sarwan berteriak memecah keheningan malam. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Biasanya Beno akan datang sekitar jam satu malam.

"Sarwan."

Suara itu terdengar kembali, tapi penampakan Beno belum terlihat. Biasanya dia jika meminta tolong akan menampakkan dirinya.

"Lo, Ben?" Sarwan kembali berteriak.

Tiba-tiba Beno menampakkan dirinya. Mukanya semakin hari semakin menyeramkan, ditambah darah yang ada di wajahnya.

Jujur, Sarwan sedikit ketakutan tiap kali melihat penampakan Beno. Dia selalu menampilkan wajah sedih dengan wajah seramnya itu.

Arwah Beno mulai mendekati Sarwan sedangkan Sarwan berjalan mundur sampai menghimpit tembok. Beno melayang ke udara dan menyeringai, lalu menghilang begitu saja.

"Apa gue besok ngomong sama Irwan, ya kalau gue didatangin Beno?" Sarwan berpikir sejenak. Tapi di lain sisi, dia tidak merasa enak pada Irwan semenjak percekcokan antara keduanya. Sarwan tahu dia salah dalam menghadapi situasi. Ya, seharusnya dia tidak berlaku tidak baik pada Irwan dan teman-temannya. Bagaimanapun misi mereka sama, menguak kematian Beno yang sampai sekarang masih simpang siur.

"Tapi Irwan mau maafin gue, nggak?" Sarwan kembali menimbang keputusannya untuk berdamai dengan Irwan atau tidak. Keputusan yang sangat sulit untuknya.

***

Sarwan menghampiri meja Irwan. Kebetulan cowok itu sedang menyalin buku catatan yang ditulis dosen di papan tulis.

"Bro, gue minta maaf, " ujar Sarwan diiringi merasa bersalah. Setelah semalaman berpikir lebih baik dia dan Irwan baikan. Apalagi mereka satu kelas, tak baik musuhan lama-lama. Sarwan mengakui semua ini salahnya, semua karena keegoisannya.

"Gue udah maafin lo, kok, Wan, " jawab Irwab tak menoleh sedikitpun karena dia masih asyik mencatat.

"Lo serius?"

"Gue serius."

"Makasih lo udah maafin gue, Wan, " ucap Sarwan.

"Ngapain lo?" Sebuah suara dari belakang yang mengagetkan. Ternyata adalah Nuno. Dia tidak senang dengan Sarwan yang sedang bercakap-cakap dengan Irwan. Semenjak kejadian menyebalkan itu, Nuno jadi agak kurang suka dengan Sarwan, sepertinya dia menyembunyikan sebuah rahasia, tapi tidak mau memberitahukan siapa-siapa. Seperti dia menutupi hal yang seharusnya orang lain tahu. Sarwan hanya terdiam, dia tahu Nuno masih marah karena pertengkarannya beberapa waktu lalu.

"Udahlah, Wan, nggak usah dimaafin, " gumam Nuno kesal. Cowok itu masih kesal saat Sarwan bersikap menyebalkan dan malah mengajaknya berkelahi.

Irwan terdiam sejenak. Dia tahu kalau Sarwan tulus meminta maaf. Cowok itu menepuk bahu Sarwan. "Gue udah maafin lo, kok, " ucapnya sambil tersenyum.

Sarwan langsung merangkul bahu Irwan erat. Dia senang karena Irwan sudah berbaik hati sudah memaafkan atas kejadian beberapa waktu yang lalu. Kejadian yang membuat pertemanan mereka rengang.

Nuno merasa tidak terima karena Irwan dengan mudah memaafkan Sarwan yang sikapnya sudah keterlaluan.

"Lo apaan, sih, Irwan, malah maafin dia?" Nuno mulai naik darah. Wajahnya memerah, memunjukan kemarahannya yang hampir saja memuncak.

"Bro, kita hidup, kan, harus saling memaafkan. Lo maafin dia juga, ya?" Irwan tersenyum. Dia mencoba mempererat tali pertemanan di antara mereka. Irwan tidak mau ada permusuhan di antara mereka.

Nuno mengangguk. "Oke, gue maafin kesalahan lo. Awas aja kalau lo ngulangin lagi!"

Sarwan menepuk-nepuk bahu Nuno. "Gue janji."

Nuno mengerucutkan bibir, lalu dia tertawa. "Oke, Friends. Kita berteman lagi." Nuno menjotoskan tangannya pada Sarwan yang langsung mendapat balasan dari cowok itu.

"Tapi, bukan lo, kan, yang ada di balik peristiwa matinya Thoriq dan celakanya Sari?" Jamet ikut nimbrung. Dia kepo sekali dengan masalah yang menimpa Sari dan Thoriq. Siapa sebenarnya di balik itu semua.

Sarwan menggeleng.

"Tapi kenapa kayaknya lo senang banget pas tahu Sari celaka?" Jamet bertanya, memastikan.

"Karena gue kesel sama Sari. Kalau masalah meninggalnya Thoriq, gue sebenernya ikut layat, kok, tapi gue ke sananya setelah acara pemakaman. Gue ke rumah Thoriq. Tapi Demi Allah bukan gue yang nabrak Thoriq, " gumam Sarwan menjelaskan. Dia harus menjelaskan apa yang tidak dilakukannya. Wajar mereka menuduhnya atas kejadian yang menimpa Sari dan Thoriq karena seolah-olah Sarwan senang di atas penderitaan mereka.

Jamet, Nuno dan Irwan mengangguk. Mereka percaya jika Sarwan tak mungkin melakukan hal kriminal yang bisa membuatnya di balik jeruji besi.

"Lo tahu, nggak, Wan, sehabis kematian Thoriq, gue lihat ada cewek di pemakaman dia, " sahut Jamet

"Hah, siapa?" Sarwan sangat kaget. Siapakah dia sebenarnya? Apa hubungannya dia dengan Thoriq? Kalau misal perempuan yang dekat dengannya, sepertinya tidak mungkin karena Thoriq sangat mencintai Sari.

Nuno mengangkat bahu. "Kalau hasil analisis, sih, Irwan yakin itu cewek orang yang sama dengan orang yang udah bunuh Beno."

Sarwan membenarkan hasil spekulasi Irwan. Ya, bisa saja dia orang yang sama dengan orang yang mendorong Beno adalah orang yang sama.  Sarwan akhirnya mengurungkan niatnya untuk bercerita kalau tadi malam dia dihantui Beno.  Dia menunggu waktu yang tepat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro