Sebuah ingatan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kembali pikiran Irwan menerawang jauh dengan apa yang diucapkan Sarwan kala itu.

"Karena gue ikut kesel sama dia, Wan," ucapan Sarwan terhenti. " Dia itu selingkuh sama pacarnya Beno! " Ucapan Sarwan masih teriang di kepalanya.

Penyelidikan juga semakin susah saat polisi sudah menutup kasus ini. Ditambah keluarga Beno yang menolak untuk jenazah diautopsi. Sidik jari pelaku pun tidak ditemukan di jenazah Beno.

"Pintar juga pelakunya, " gumam Irwan sambil mengetukkan jari tengah di kepala.

Dua jam kemudian, kuliah selesai dan dosen sudah meninggalkan kelas. Mahasiswa dan mahasiswi satu persatu meninggalkan kelas.

Di sana hanya tinggal Irwan, Nuno dan Jamet yang masih mencatat penjelasan dosen tadi.

"Gue udah selesai nyatetnya, " ucap Nuno mengemasi bukunya ke dalam tas, lalu mengendong tas.

" Gue juga udah," jawab Irwan dan Jamet bersamaan.

Akhirnya, ketiga remaja itu keluar kelas dan pulang ke kost Irwan yang tak jauh dari kampus.

"Lo tadi ngomong apaan sama Sarwan? " tanya Nuno sesampainya di kamar Irwan.

"Masalah Beno, " jawab Irwan singkat.

Cowok itu menyenderkan bahunya ke tembok sambil menatap Jamet dan Nuno bersamaan.

"Ada kabar apa lagi? " Kini Jamet yang menyahut.

Irwan memejamkan mata dan menceritakan semuanya. Ya, tentang retaknya hubungan antara Beno, pacarnya dan Thoriq.

"Jadi pacarnya Beno itu selingkuh sama yang namanya Thoriq? " Mulut Jamet mengangga sempurna. Dia tidak percaya pacar Beno tega menghianati Beno. Setahu Jamet, selama ini hubungan mereka baik-baik saja.

Irwan mengangguk.

"Gue lihat hubungan mereka baik-baik saja, Wan," jawab Jamet.

"Kita kan nggak pernah tahu urusan orang gimana. Yang kelihatannya baik-baik aja belum tentu, Met." Irwan mengambil botol aqua dan menegaknya.

"Bener, tuh, kata Irwan," sahut Nuno.

"Jadi pelakunya bisa mereka berdua?" Jamet mulai menyimpulkan dari apa yang diceritakan Irwan.

"Gue belum bisa bilang iya, atau tidak. Kita belum punya banyak bukti." Irwan menghela napas.

Nuno dan Jamet mengangguk. Benar apa yang dikatakan Irwan, semuanya masih abu-abu.

***


"Sini lo!" Sari menarik tangan paksa Thoriq menuju belakang kampus.

Thoriq menatap Sari dengan tatapan tajam. "Apa? " tanyanya ketus.

"Maksud lo apa tadi malam semua ini gara-gara gue? "

Belum sempat menjawab, Thoriq membekap mulut Sari, membuatnya hampir kehabisan napas. " Diem, ada yang nguping pembicaraan kita! " Thoriq kemudian melepaskan bekapan itu dari mulut Sari.

Sari terdiam, sedangkan Thoriq menghampiri orang itu, yang ternyata Irwan. Ya, Irwan tak sengaja mendengar pembicaraan keduanya saat dia sehabis pulang dari kost, dan melewati belakang kampus, dia mendengar cekcok kecil di sana. Irwan kepo, dan ternyata dia mengenali dua orang itu. Mereka adalah Sari dan Thoriq pastinya. Irwan hapal salah satu dari mereka, terutama Sari. Dia masih ingat saat terjadi pertengkaran antara Beno dan gadis itu. Irwan tak mungkin salah, pasti itu Sari.

" Lo nguping? " Thoriq menatap Irwan tajam, tapi cowok itu tetap bersikap biasa.

"Kalau iya emang kenapa? " Irwan melipat kedua tangannya di atas dada, seperti orang menantang.

"Pergi nggak lo? Atau gue hajar?" Thoriq maju satu langkah hendak memukul Irwan, tapi Sari dengan cepat menarik tangan Thoriq menjauh.

Irwan mengangkat bahunya. Ada yang aneh, pikirnya. Apa mungkin Sari dan Thoriq ada di balik kematian Beno? Irwan tak mau asal menuduh, tapi kalau dipikir-pikir sepertinya mereka bukan tipe orang yang kriminal. Jadi siapa yang membunuh Beno? Apa dugaan Irwan salah kalau Beno mati dibunuh?

I

rwan tertawa bodoh saat mengingat kejadian kala itu. Ya, tepatnya saat dia sejak awal menduga Thoriq dan Sari yang bersekongkol membunuh Beno. Nyatanya semua tak terbukti sampai sekarang. Yang ada Thoriq juga meninggal, dan Sari kerap diteror, yang entah itu siapa dalang di balik ini semua. Irwan hanya bisa menebak pelakunya perempuan, seperti beberapa saksi yang pernah tahu. Ya, meskipun belum jelas ciri fisik perempuan itu.

"Siapa dia? Dan apa maksud dia pembunuh Beno dan Thoriq sekaligus? Bisa aja dia bisa nyelakain Sari?" Irwan bergidik ngeri. Dia juga harus waspada.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro