Dia kembali mengancam

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sari mengigit bibir bawahnya. Dia merasa sangat ketakutan. Bagaimana tidak? Sari kembali diancam oleh seseorang. Gadis itu menerima surat ancaman lagi yang bertuliskan akan dicelakai. Surat itu ditaruh di depan kamar kosnya. Saat gadis itu akan keluar, dia menemukan sebuah surat. Sari langsung meraih ponselnya dan menelpon Irwan.

Irwan merasa ponselnya bergetar pun langsung mengangkatnya. Kebetulan Irwan sedang berada di depan ruang kepuketan bersama Nuno, Jamet, Hamdan dan Vina yang bersama-sama  seusai mengurus surat pengantar nilai PKL. Vina sengaja izin dari tempat PKL untuk mengurus surat nilai PKL. 

"Ya, Sar, ada apa?"

Mendengar suara ketakutan Sari dari seberang telepon, Irwan menganggukkan kepala. "Baik, gue segera ke sana."

"Ada apa, Wan?" tanya Jamet, yang melihat raut wajah Irwan sangat khawatir.

"Sari, Met. Dia diancam sama seseorang yang sama, " jawab Irwan. Mukanya masih panik. "Ayo kita ke sana?"

"Ke mana?" Kini Hamdan yang bertanya.

"Ke depan kampus, dia baru jalan ke arah sini, " ujar Irwan. "Ayo."

Akhirnya, Irwan, Nuno, Jamet , Hamdan dan Vina pun bergegas menuju ke depan kampus, tepatnya depan gerbang.

Sesampainya di sana mereka belum ada tanda-tanda kedatangan Sari. Irwan merasa sangat khawatir jika ada sesuatu pada Sari.

"Sari nggak kenapa-kenapa, kan, ya?" Irwan mondar-mandir di depan gerbang.

"Sabar, Wan, mungkin dia baru di jalan, " sahut Hamdan mencoba menenangkan.

Vina yang tahu jika Irwan sangat mengkhawatirkan Sari pun sedikit cemburu. Hatinya sesak.

Segitunya lo khawatirin dia, batin Vina.

Tak berselang lama, Sari datang dengan tergopoh-gopoh. Raut wajah Sari menunjukkan ketakutan. Dia langsung memeluk Irwan dan menangis.

"Wan, gue takut, " gumamnya.

Hati Vina semakin sakit tatkala melihat Sari memeluk Irwan. Ditambah Irwan juga membalas pelukan Sari.

"Duh ... ada yang panas, nih," goda Jamet sembari mengalihkan pandangan dari Irwan ke Vina.

Vina mengerucutkan bibir. "Sotoy, lo, Mamet."

Sari pun melepaskan pelukan, lalu memegangi tangan Irwan. "Gue takut, " ulangnya lagi.

Irwan menepuk bahu Sari. Cowok itu paham bagaimana rasa takut Sari. "Lo tenang aja, ya, Sar, kalau ada apa-apa lo bilang ke gue."

Sari mengangguk. "Makasih, ya, Wan."

"Ehmm." Vina terbatuk-batuk bermaksud memberi kode jika dia cemburu atas kedekatan Irwan dengan Sari.

Hamdan, Nuno, dan Jamet tertawa melihat tingkah Vina, yang berusaha memberi kode pada Irwan. Percuma, Irwan bukan orang yang terlalu peka pada perasaan orang.

"Percuma lo ngode-ngode gitu, Vin. Irwan mah nggak peka, " cibir Hamdan.

Vina langsung melotot ke arah Hamdan. Gadis itu maju satu langkah dan langsung menjewer telinga Hamdan, membuat cowok tersebut merintih kesakitan.

"Rasain lo, " ucap Vina sambil terus melotot.

Sari melihat tingkah kedua teman Irwan pun malah tertawa. "Nggak usah khawatir, gue sama Irwan nggak ada apa-apa, kok."

Vina terkekeh. "Bukan masalah itu, kok, " jawabnya. "Tapi ini anak ngomong sembarangan." Vina melepaskan jeweran dadi telinga Hamdan.

"Sakit hati gue, " celetuk Nuno. Dia ikut-ikutan mencibir Vina yang sebenarnya cemburu, tapi dengan gayanya yang sok polos berlagak tidak cemburu.

"Temen-temen gue pada gila, Sar. Nggak usah didengerin, ya?" Irwan tersenyum.

"Iya." Sari menyodorkan surat ancaman tadi pada Irwan, yang langsung diterimanya. Kemudian cowok itu membaca surat itu.

"Gue juga mau baca surat itu." Vina mendekati Irwan dengan jarak yang sangat dekat. Dari sana, Vina dapat merasakan aroma parfum Irwan yang khas. Dia sengaja ingin mendekati Irwan.  Saat membaca surat itu Vina sedikit ngeri dengan ancaman dari surat tersebut.

"Halah ... modus, tuh, si Vina, " cibir Hamdan.

Vina menoleh ke arah Hamdan, lalu memanyunkan bibir.

"Bener, tuh, modus, " timpal Jamet.

"Udah ... ah, " sahut Irwan yang mulai merasa kesal dengan cibiran teman-temannya. Ya, dia masih merasa sama, menganggap Vina hanya teman, tak lebih.

"Gue harus gimana,  ya, Wan?" Sari tidak tahu dia harus berbuat apa lagi.

"Lo santai aja, Sar, " jawab Irwan.

"Oke,  deh. " Sari mengernyitkan dahi. Jujur dia penasaran siapa sosok di balik teror-teror selama ini.

"Gue rasa orang yang dulu pernah suka sama Beno, " jawab Jamet. "Tapi ... gue rasa di balik semua ini nggak cuma satu orang, sih. Kayaknya Sarwan juga terlibat gue rasa."

"Met, lo jangan asal nuduh dulu, dong. Yang masalah Sarwan, kan, kita belum tahu bener enggaknya." Irwan merasa kurang nyaman saat Jamet mengatakan jika Sarwan juga terlibat. Toh, belum ada buktinya sampai saat ini.

"Ya, kan, emang bener, Wan." Jamet berargument tak mau kalah. Dia sangat yakin kalau selama ini Sarwan memang terlibat.

"Gue rasa juga gitu, " sahut Vina.

"Kok kalian jadi bilang kayak gitu semua? Kan, kita belum ada bukti, Bro." Irwan memijit kepalanya. Dia bingung harus berbuat apa lagi. Kini teman-temannya menuduh Sarwan sebagai pelaku juga.

"Udah ... udah, lebih baik kita selidikin lagi. Dan pokoknya kita harus tetap kompak, " bela Vina.

Irwan, Nuno, Jamet, Hamdan dan Sari setuju atas ucapan Vina.

"Gue bakal ikut usut kematian Beno lagi, deh, " ucap Hamdan.  Dia merasa bersalah ataa sikapnya yang selalu menyalahkan Irwan.  Hamdan sekarang paham mengungkap misteri kematian memang tidaklah mudah.

Irwan tersenyum.  "Makasih,  Ndan."

Hamdan mengangguk.

"Eh ... lo jangan cemburu, ya?" Sari menggoda Vina.

Vina mengibaskan tangannya tepat di wajah Sari. "Kalau lo mau sama Irwan, ambil aja, gue ikhlas."

Jamet menahan tawa saat Vina mengucapkan kata itu. Dia tahu sebenarnya perasaan Vina terhadap Irwan bagaimana. Ya, bagaimana mungkin Vina bisa mengikhlaskan Irwan begitu saja dengan Sari.

Sari terkekeh. "Yang bener?" Sari tampak puas menggoda Vina. Gadis itu tahu kalau Vina sangat menyukai Irwan.

"Kalian apa-apaan, sih, " ucap Irwan mulai kesal. "Mending kita balik, deh. Udah siang, gue lapar." Irwan mengalihkan pembicaraan

Dia tidak suka saat teman-temannya menjodoh-jodohkannya dengan Vina. Irwan tahu mereka hanya bercanda, tapi dia tidak suka dibercandai.

"Irwan ngambek, nih, " ucap Vina memutarkan kedua bola mata.

"Nggak, kok, Vin," jawab Irwan. Dari raut wajah Irwan, Vina tahu kalau cowok itu tidak suka saat dijodoh-jodohkan dengan dirinya.

"Yuk, cari makan, " ajak Sari mencairkan suasana yang tegang.

"Di mana?" tanya Jamet.

"Jalan aja dulu." Sari menyebrangi jalan diikuti yang lainnya. Sari di depan bersama Vina, sedang yang lain di belakang.

"Eh ... , Wan, lo suka Vina atau Sari?" Hamdan menepuk-nepuk bahu Irwan.

Irwan terdiam, tak mau memikirkan perkataan Hamdan.

"Ngambek lo, ya?" Hamdan tertawa.

"Nggak, kok," jawab Irwan.

"Serius?" Hamdan tertawa lagi.

Irwan mengangguk. Bagaimana mungkin menyukai Sari karena bagaimanapun Sari adalah mantan Beno dan Thoriq. Kalau Vina apalagi, Irwan tidak suka perempuan agresif yang memperlihatkan dengam kode-kode tidak jelas.

Irwan memegangi perutnya yang sudah lapar dan berharap segera mendapatkan tempat makan yang dekat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro