13. Dipalak THR

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halooo, minal aidin wal faizin yaa, mohon maaf lahir dan batin🙏

Happy Reading, hope you enjoy this part ya🥰

🍡🍡🍡🍡🍡

Beberapa hari lagi adalah hari raya idul fitri, mulai besok restauran Deana a.k.a Dapur Buya akan tutup karena Deana ingin memberikan libur untuk teman-teman yang bantu dia selama ini. Malam ini di tempat tersebut diadakan buka puasa bersama seluruh karyawan, dan diminta untuk membawa keluarga. Malam ini sangatlah ramai.

Menu malam ini banyak, tapi semuanya beli karena Deana ngga mau repotin temen-temennya untuk masak lagi. Menunya adalah sate-satean yang terdiri dari udang, cumi, bakso, sosis, chicken wings, serta makanan beratnya ada udang lada garam, terong goreng, mie goreng, ayam panggang, telur rebus, dan lainnya.

Semua anak-anak bermain di taman belakang setelah selesai makan, sedangkan para orang tua berkumpul di dalam restauran untuk bercengkrama satu dengan yang lain. Walaupun temen yang bantu-bantu Deana itu-itu aja, dan keluarga sudah saling mengenal namun untuk ngobrol full seperti ini sangatlah jarang.

Deana mengangkat gelas dan garpu dan mengetukkan garpu beberapa kali ke gelas kaca tersebut, ia memanggil seluruh yang datang termasuk anak-anak yang tadinya kumpul di taman belakang. "Ayo kumpul-kumpul, waktunya bagi-bagi THR nih."

Tak sampai sepuluh detik, seluruhnya sudah berkumpul di tengah-tengah restauran, tidak hanya teman-teman yang bantuin Deana dan anak-anaknya saja, bahkan para pasangan pun ikut.

Untuk THR bagi teman-teman yang bantu Deana sudah diberikan saat gajian di tanggal 25 kemarin karena besarannya tiap karyawan beda-beda, tergantung besarnya gaji karyawan tersebut.

"Ngantri dulu ya anak-anak," ucap Deana kepada seluruh anak-anak karyawannya. Deana akan memberikan amplop, lalu Caesar yang berdiri di sebelah istrinya akan memberikan parsel sembako yang berisi minyak goreng, beras, kopi, mie instan, teh, gula, tepung, susu kental manis dan garam kepada orang tuanya.

Memang lebaran kali ini cukup banyak pengeluaran untuk karyawan, tapi menurut Deana dan Caesar itu ngga masalah karena omset Dapur Buya-pun cukup besar karena selama bulan puasa ini setiap malam tempatnya di-booking untuk buka puasa bersama.

"Terima kasih Buya, Om Caesar," ucap Kiko, anak yang tertua dan yang berdiri di barisan paling depan antrian. Dibelakangnya ada kedua orang tuanya yang mengucapkan terima kasih juga sambil menerima parsel dari Caesar.

"Sama-sama ya, mohon maaf lahir dan batin, nanti balik lagi loh," ucap Deana diiringi tawanya.

Deana merasa cukup beruntung memiliki beberapa teman yang daridulu membantu, dan rata-rata orang lama yang artinya semua betah kerja sama dia.

Selama 20 menit kegiatan tersebut dilakukan berulang, sampai dibarisan anak-anak paling terakhir ada 3 anak berbadan cukup subur ngantri sambil megang bahu anak di depannya. Bisa ditebak bukan, siapa tiga anak berbadan subur yang ngantri di paling belakang? Yup, Dede Ceden berdiri paling depan diantara ketiga anak itu, disusul Mas Ade yang berdiri di belakangnya sambil memegang bahu Dede-nya, dan diikuti Abang Daffin dengan pose yang sama.

"Buya ... Ayah ..." panggil si kecil lembut.

Otomatis semua yang disana memerhatikan dan tertawa melihat aksi tiga anak bertubuh gempal itu.

"Loh, apa ini?" tanya Deana, sok kaget.

Ceden menumpuk kedua tangannya, lalu dinaikkan sebisanya, walaupun hanya tetap setinggi paha Buyanya. "Dede mau yang putih-putih," ucapnya.

"Putih-putih apa?"

Amplop maksudnya. Yang pastinya bukan amplop kosong yang diminta, melainkan amplop yang sudah diisi seperti yang diterima aa aa dan teteh-teteh sebelumnya.

"Mas Ade juga mau, Buya, Ayah..."

"Iya, Abang juga mau,"

Deana menaikan alisnya. Sedangkan suami disebelahnya hanya tertawa melihat tingkah ketiga anaknya.

Oke, untuk yang begini, semua kelakuan anaknya mengikuti istrinya. Begini pemandangan yang suka dia lihat kalau lagi kumpul keluarga, istrinya pasti nyodorin anak-anaknya untuk ngantri minta uang ke Popo dan Oomnya. Setelah uang itu diterima oleh anak-anaknya, akan diminta Deana dengan alasan 'Buya simpen dulu buat nanti beli mainan'. Kasian anak-anaknya, sudah ikut investasi bodong sejak dini.

"Udah abis," ucap Deana sambil merogoh kantongnya.

"Masih ada," ucap Dede Ceden.

Buat yang ngga tau karakter Ceden, si bungsu ini akan ngucapin apapun yang ada di kepalanya, ngga peduli bener atau salah, yang penting nyeplos dulu aja.

"Silakan lanjutin makannya lagi ya semuanya, ini drama keluarga yang ngga perlu ditonton," ucap Caesar kepada seluruh penonton.

"Udah abis loh," ulang Deana. "Lagian, lagian kan, Dede, Mas sama Abang ngga lebaran, nanti natalan baru Buya sama Ayah kasih."

Kening Mas Ade berkerut. Dia belum mengerti apa itu 'lebaran' dan apa bedanya 'lebaran; dan 'natalan' dan kenapa disini semuanya 'lebaran' sedangkan dia, Dede dan Abangnya malah 'natalan', yang dia tau dia ngga dapet perlakuan yang beda. Menurut dia, kalau semua dapet, maka dia pun harus bisa dapet.

Mas Ade melangkah satu ke depan, dengan kedua tangan yang bertengger di sebelah pinggangnya. Gaya itu dia tiru dari Abangnya tiap si Abang marah-marah ke dia. "Buya ... Mas Ade mau amplop kaya aa sama teteh, musti ya..."

"Loh, apa itu, kok musti?" tanya Deana, dibarengi senyum di akhir, karena melihat anak tengahnya bisa bertahan di tengah keramaian dan berani ngomong gini aja buat dia sebagai ibu sudah cukup bangga dan bahagia.

"Iya musti, nda boleh beda-beda," ucap Mas Ade.

"Yes Buya, musti samaan. Masa yang lain dikasih, Abang, Ade sama Dede doang yang ngga dikasih," protes si sulung Daffin.

"Haduh, Buya dipalakin sama anak-anaknya nih," ucap Deana sambil menoleh ke suaminya yang ketawa.

Caesar berlutut untuk menyamakan tinggi ke anak-anaknya. "Oke gini, kalau sekarang dikasih, nanti Natalan ngga ya, gimana?"

"Mmm..." Dede Ceden manyun. Dia mau waktu Natalan juga dikasih 'amplop' itu.

"Abang, gimana?" tanya Mas Ade ke Abangnya yang nampak berpikir.

"Nah loh, gimana tuh?" kompor Deana. "Mending Natalan aja nanti dikasihnya."

"Gapapa," ucap Abang Daffin.

"Setuju pas natalan ya, Bang?" tanya Ayah Caesar.

Abang Daffin menggeleng, "Enggaa ... Gapapa Natalan ngga dikasih sama Ayah sama Buya, yang penting hari ini dapet duitnya buat beli mainan," jawab Abang.

"Abangg, nanti Dede mau waktu Natal," ucap Dede sambil manyun.

"Mas Ade juga," ucap Aaron ke Abang.

Caesar dan Deana tertawa melihat kebimbangan ketiga anaknya.

Daffin sedikit menundukkan kepala untuk bisik-bisik sambil merangkul ke Ade dan Dede-nya, meskipun suaranya lumayan kenceng sampai tetap kedengeran sama Ayah dan Buyanya.

"Gapapa De, nanti waktu Natalan dikasih duit buat beli mainan sama Popo, Bubu, Papa Leo, Mama Joan sama Uncle Onty juga, bisa beli mainan lebih banyak."

Mas Ade dan Dede melotot kaget, lalu keduanya mengangguk bahagia bersamaan. Lalu ketiganya menoleh ke orang tua mereka. "Buya, Ayah, minta amplopnya cekalang aja, nanti Natalan nda usah."

Meskipun sudah mendengar ucapan si sulung ke para pengikutnya a.k.a Ade dan Dede, tapi bukan Deana kalau reaksinya ngga dibuat lebay. "Ya ampun, ini anak-anak apa tukang palak sih?"

Abang Daffin tertawa melihat reaksi Buyanya, dan diikuti Ade sama Dede yang ikut-ikut tertawa melihat reaksi Buyanya.

Caesar mengeluarkan tiga amplop dari kantong belakangnya. Sebenernya amplop itu sudah disediakan buat ketiga anaknya dengan jumlah yang sama, tanpa membedakan dengan anak lain, karena dia dan istrinya sudah menduga pasti anak-anaknya akan melakukan pemalakan ini. Buat jaga-jaga jadi diumpetin dulu, siapa tau anak-anaknya ngga minta, eh tapi dugaan sebelumnya benar terjadi.

Caesar memberikan masing-masing amplop ke ketiga anaknya.

"Ini bener loh ya, Natalan ngga dikasih lagi," ucap Deana sok serius.

Setelah menerima amplop, Daffin menggandeng Ade dan Dedenya untuk balik main ke taman belakang menyusul temen-temen lainnya.

"Tenang, nanti juga Ayah sama Buya lupa, pasti nanti dikasih," ucap Daffin, dan pastinya omongan itu pun terdengar oleh Ayah dan Buyanya.

"Okeyyy," ucap Dede semangat.

"Siap Abang," jawab Mas Ade.

"Kembaranmu tuh, Bu..."

🍡🍡🍡🍡🍡

Coba ceritain momen lebaran kalian dong😁

Oh iya, pada dapet THR berapa nih?

Dear Mocci 1...

Dear Mocci 2...

Dear Mocci 3...

Dear Ayah Mocci...

Dear Buya Mocci...

🦋08.05.2022🦋
Ta💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro