22-11-2019

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tema hari-22: Buat tulisan yang dimulai dengan kata-kata, "Apakah ada pertanyaan?"

...

Pertanyaan Terakhir

"Apakah ada pertanyaan?"

Satu kalimat tanya itu mampu membungkam seluruh kelas dan masuk ke dalam kesunyian yang hakiki. Hampir semua wajah menunjukkan kebosanan, rasa kantuk dan cepat ingin pulang. Memang susah menjadi guru filsafat yang dapat membangkitkan antusiasme para siswanya. Dan aku bukan salah satu dari guru tersebut. Kebanyakan siswa yang berada di kelasku memperlihatkan ketidaktertarikan, dan satu di antara wajah tersebut seolah mengatakan "ini pelajaran apa, sih?".

"Kalau begitu kelas berakhir." Bersamaan dengan aku yang keluar dari ruangan kelas, suara sunyi itu berubah menjadi gaduh. Mungkin benar, mata pelajaran yang aku ampu ini membosankan, sehingga mereka merasa terbebas ketika waktunya berakhir.

Malam hari pukul tujuh saat aku duduk santai di ruang kerja sambil menyesap kopi panas, sebuah pesan masuk ke ponselku. Pesan itu tak bernama dan hanya menunjukkan sederet angka yang aneh. Aku tidak pernah melihat jenis nomor itu sebelumnya, mungkin itu jenis yang baru? Aku tidak tahu.


Dari: 110102101011010140130102009

Pesan: Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Dari mana asal semesta?


Pertanyaan filosofis. Mungkin ini salah satu muridku tadi yang malu untuk bertanya, tetapi terlalu penasaran bila dipendam sendiri. Dengan senang hati aku menjawab bahwa semesta berasal dari ledakan besar di masa lalu. Kutambahkan dengan penjelasan-penjelasan lain agar siapa pun itu lebih puas. Pesan terkirim. Satu jam kemudian, pesan lainnya muncul.

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Kenapa manusia ada?"

Sebuah pertanyaan yang sering diajukan ketika seseorang mulai ragu dengan eksistensinya. Kujawab saja dari sudut pandang filosofis dan sedikit penjelasan agama yang cukup universal. Sepertinya anak itu tidak puas. Pertanyaan lainnya muncul satu jam kemudian lagi.

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Apakah kita benar-benar nyata?"

Aku mulai merasakan keanehan. Setiap pertanyaan anak ini dimulai dengan satu kalimat yang sama. Akan tetapi, aku tidak menghiraukan itu. Rasa penasaran anak ini sangat besar rupanya. Tidak ada pertanyaan lagi yang muncul setelahnya. Kuasumsikan bahwa jawaban-jawaban dariku telah membuatnya puas.

Malam berikutnya di jam yang sama, nomor itu menghubungiku lagi. Tiga pertanyaan dengan jeda waktu yang sama antar pertanyaan.

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Apa kita adalah orang yang sama dengan yang kemarin?"

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Apa itu waktu?"

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Mengapa pikiran manusia begitu kompleks dan di saat bersamaan begitu sederhana?"

Aku tidak yakin bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara lengkap dan menyeluruh. Namun, kuusahakan menjawab itu semua sesuai kemampuanku.

Pertanyaan-pertanyaan itu terus diajukan sampai seminggu penuh. Dan setiap harinya aku merasakan keganjilan dan keanehan yang terus menerus. Tiga pertanyaan dan tiga waktu bertanya bertambah. Di hari keempat dan seterusnya, pertanyaan itu bertambah dan waktu yang anak gunakan itu juga semakin larut. Tidak hanya pertanyaan filosofis, tetapi juga mulai merambah ke hal-hal konyol yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan filsafat.

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Pilih kiri atau kanan?"

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Suka merah atau biru?"

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Suka sepi atau ramai?"

Aku tidak pernah benar-benar menanggapi pertanyaan itu. Puncaknya, pukul satu dini hari pada hari keenam, sebuah pertanyaan yang diikuti pertanyaan lainnya muncul.

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Ke mana jiwa yang mati pergi?"

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Kira-kira, apa cara mati yang paling tragis?"

"Ada pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Apa kau sudah siap mati?"

Aku tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Siapa pun orang yang mengirimiku pesan, dia benar-benar tidak memiliki tata krama. Akan kujawab semua pertanyaannya dengan sedikit ceramah yang panjang. Namun, aku sedikit merasa aneh dengan pertanyaan terakhirnya. Dia menuliskan "kau". Sangat tidak sopan.

Hari ketujuh semua itu berubah. Aku tidak pernah merasa setakut ini dalam hidupku. Untuk pertama kalinya, pesan yang aku terima dari nomor tak dikenal itu bukan berupa pertanyaan melainkan pernyataan.

"Sudah kupertimbangkan semua jawaban darimu. Kuharap kau tidak takut kalau aku mengatakan bahwa aku ada di belakangmu."

Kulihat sekeliling, tetapi tidak ada apa-apa selain angin dingin yang berembus. Tak lama kemudian, bisikan sesuatu yang sangat halus terdengar. "Apa kau sudah siap?"

-oOo-

A/N

Saya gak nyangka bakal bikin cerita yang seperti ini. D:

Ada sedikit pesan tersembunyi di sana kalau jeli.

Oh, ini bukan riddle.

Cuma cerita absurd yang tadinya mau dikemas sok filosofis dan sepertinya gagal, haha.

Semoga saya masih bisa bertahan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro