MPBF - 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Silahkan vote sebelum membaca dan komen selagi membaca ataupun setelah membaca. Komentar kalian, moodbooster tersendiri buat aku ngetik😂

***

"Bagaimana perasaanmu saat ciuman pertamamu diambil oleh laki-laki yang tidak kau cintai atau bahkan baru kau kenal?" - Audrey Latisha

***

Hari ini adalah hari melelahkan bagi Audrey. Gadis itu belum pernah merasakan selelah ini selama ia bekerja di tempat-tempat lain sebelum di kantor ini. Karisma Enterprise.

Rupanya bekerja sebagai sekretaris Saka dituntut untuk menjadi orang yang cekatan dan harus bolak-balik kesana-kemari dan cepat jika si Boss Besar Saka teriak memanggil.

Saat ini jam sudah menunjukan pukul 12 siang lewat 5 menit, istirahat kantor sudah sejak 5 menit lalu, tetapi Audrey masih setia duduk di mejanya yang berada sekitar dua meter dari pintu lift.

Mata Audrey menjelajah ruangan ini. Begitu menyeramkan menurut Audrey, karena tidak ada karyawan lain di sini selain dirinya dan Saka yang berada di ruangannya, seolah lantai ini memang hanya diperuntunkan untuk Saka, berbeda dengan lantai-lantai di bawah lantai ini ataupun di atas lantai ini yang begitu ramai karyawan.

Sebenarnya, ada beberapa karyawan dari lantai 4 ataupun berikutnya yang sengaja berhenti di lantai 3 hanya untuk mengajak Audrey istirahat bersama tapi semuanya Audrey tolak karena mengingat Saka sendiri belum keluar dari ruangannya, jika Audrey pergi dan Saka membutuhkan tapi dirinya tidak ada, bisa tamat riwayat Audrey.

Audrey memang baru bekerja di kantor ini per 4 jam, tapi sudah banyak karyawan yang ia kenal baik karwayan perempuan ataupun laki-laki karena sifat Audrey yang easy going. Gadis itu selalu mudah beradaptasi di manapun dirinya berada.

"Drey, istirahat yuk." Laki-laki yang Audrey ingat bernama Rado terlihat keluar dari dalam lift, berjalan mengahampiri mejanya.

"Duluan aja Do, Pak Saka belum keluar, jadi aku gak berani buat istirahat duluan," tolak Audrey lembut.

Rado menatap jam berwarna silver yang melingkar pada pergelangan tangan kanannya.

"Ini udah jam 12 lewat 15 loh, Drey. Udah jam istirahat, Pak Saka juga pasti ngerti kalau kamu istirahat," ujar Rado.

Audrey ikut menatap jam di pergelangan tangannya, Rado benar. Ini memang sudah jam istirahat, cacing-cacing di perutnya pun sudah berdemo sejak beberapa menit lalu, tapi tetap saja, atasannya adalah Saka. Audrey berada di bawah kendali Saka, jadi ia akan beristirahat setelah mendapat ijin dari Saka.

"Nah kayaknya Pak Saka keluar tuh," gumam Rado.

Audrey terdiam. Telinganya mendengar suara pintu ruangan yang terbuka dan kembali tertutup, tak lama suara langkah sepatu terdengar nyaring yang semakin lama semakin dekat. Rado benar, itu Pak Saka.

"Ekhem ...." Saka mengepalkan tangan kanannya yang ia letakan di depan mulutnya, seolah-olah ia tengah batuk.

"Selamat siang Pak Saka," sapa Rado berbasa-basi.

"Siang, Do. Kamu gak istirahat?" Saka menatap Rado sekilas, kemudian matanya kembali fokus pada Audrey yang tengah sibuk menyoret-nyoret kertas di hadapannya.

"Istirahat, Pak. Tapi mau ngajak Audrey, Audrey juga udah boleh istirahat 'kan, Pak?" tanya Rado.

Audrey yang tengah fokus menatap kertas di hadapannya menggeleng-gelengkan kepalanya, gadis itu terlalu takjub pada Rado yang masih bisa bersikap santai di hadapan Saka, padahal Audrey saja begitu merinding setiap kali mendengar Saka berbicara.

"Gak. Audrey istirahat sama saya." Tangan kanan Saka terulur untuk meraih pergelangan tangan kiri Audrey.

Pria itu menarik paksa Audrey menuju lift dan masuk. Mengabaikan Rado yang memandang mereka dengan tatapan bingung.

"Kamu kenapa diam aja hah?" tanya Saka. Pria itu menatap tajam ke arah Audrey yang tengah menundukan kepalanya, gadis itu sibuk menatap ujung sepatu high heels putihnya.

"Kamu itu milik saya, gak boleh ada laki-laki lain yang deketin kamu," lanjut Saka.

Audrey mengangkat kepalanya, ia memberanikan dirinya menatap Saka yang sekarang sudah menatap lurus ke depan dengan kedua tangannya yang ia masukan ke dalam saku celananya.

Baru mulutnya ingin terbuka, bertanya ataupun menyampaikan sebuah protes untuk ucapan Saka barusan, pintu lift sudah terbuka lebih dulu.

Tangan kiri Saka kembali menggenggam pergelangan tangan kanan Audrey, pria itu menarik Audrey hingga parkiran, membuat seluruh karyawan yang juga belum atau hendak beristirahat terus memperhatikan mereka heran.

"Lepasin, Pak!" Dengan keberanian yang berhasil ia kumpulkan, Audrey menepis tangan Saka. Membuat Saka menatapnya tajam, tetapi seolah tidak peduli, dan mengesampingkan rasa takutnya, Audrey justru membalas tatapan Saka dengan lekat.

Saka tak bergeming, pria itu masih menanti apa yang selanjutkan akan dilakukan oleh gadisnya.

Gadisnya? Tentu saja, bukankah sejak awal bertemu dengan Audrey, Saka sudah mengklaim jika Audrey adalah miliknya?

"Maksud Pak Saka apa sih? Saya milik Pak Saka? Apa maksudnya? Lagian saya kerja di sini bukan cuma buat cari duit, Pak. Saya juga cari temen, terus kenapa Pak Saka larang saya buat deket sama laki-laki lain? Saya juga gak mau jomblo, Pak. Siapa tahu jodoh saya kerja di sini juga 'kan?" Audrey yang awalnya berapi-api, mengucapkan semua pertanyaannya dengan lantang tetapi di akhir-akhir kalimatnya ia mengecilkan suaranya, karena ia sendiri sadar jika yang barusan ia katakan adalah sebuah kekonyolan.

"Udah ngomongnya?" tanya Saka.

Audrey membuka matanya lebar-lebar, beberapa menit lalu ia baru saja berbicara panjang lebar, menanyakan semua pertanyaan yang jawabannya masih belum ia ketahui tapi dengan gampangnya Saka berbicara seperti itu? Seolah semua ucapan Audrey hanyalah sebuah suara dari saluran radio rusak yang hanya berbunyi kresek-kresek.

"Jawab, Pak," tuntut Audrey.

"Kamu milik saya, kamu kekasih saya," gumam Saka.

Lagi. Audrey membolakan matanya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali, berharap jika ini hanyalah sebuah mimpi tidur karena ia terlalu kepikiran bisa bekerja di perusahaan besar ini.

"Se ... se ... sejak kapan saya jadi kekasih Pak Saka?" Setelah sempat menyubit lengannya dan merasakan nyeri sebuah tanda jika ia tidak bermimpi, akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulut Audrey.

"Sejak pertama kali kamu datang buat lamar pekerjaan di sini kemarin pagi," jawab Saka santai.

Pria itu mulai menuntut Audrey untuk masuk ke dalam kursi penumpang di samping kemudi mobil BMW hitam miliknya.

Audrey menolak. Gadis itu enggan masuk meski Saka sudah membukakan pintu untuknya.

"Gak. Pak Saka gak bisa bertingkah seenaknya aja dong, saya gak mau jadi pacar Pak Saka!" seru Audrey.

Beberapa karyawan yang berada di parkiran pun menatap ke arah Saka dan Audrey saat mendengar ucapan Audrey.

Saka kembali menutup pintu mobilnya, memojokan Audrey hingga gadis itu menyender pada mobilnya. Membuat Audrey memejamkan matanya takut, mengingat Saka yang mungkin sepertinya kejam. Entah, Audrey belum bisa menilai banyak sifat Saka tapi yang jelas saat ini jantung Audrey berdegup cepat karena rasa takut yang berlebihan.

Saka semakin mendekatkan wajahnya, matanya menatap intens wajah Audrey yang sedang memejamkan mata.

Perlahan tapi pasti, Saka mengecup bibir Audrey sekilas. Membuat Audrey terlonjak dan membuka matanya.

"Buruan masuk!" Perintah Saka setelah ia sedikit menyingkirkan Audrey dan kembali membuka pintunya.

Masih dalam keadaan shock, Audrey tidak bisa berbuat banyak selain hanya bisa masuk dan duduk manis di dalam mobil Saka.

---
Lu anak siapa sih Sak? Main sosor aja njir, dahal dulu Karisma jual mahal sama si Xaxa😂

Serang, 17 Oktober 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro