MPBF - 23

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ramein ceritaku yang AMNESIAL juga dong ehehe🙈🙈

***

"Saka membohongiku." - Audrey Latisha

***

"Drey ...." Saka mengetuk pintu kamar Audrey sambil berteriak untuk kesekian kali.

Ucapan Saka yang bilang jika bangunan ini hanya memiliki satu kamar, tentu saja kebohongan. Ini villa milik Karisma. Mana mungkin hanya memiliki satu kamar 'kan?

Tak lama, terdengar Audrey mulai membuka pintu kamarnya. Gadis itu membuka pintu dengan muka bantalnya, sepertinya ia sedang tertidur tadi.

Saka yang melihat Audrey dengan kaos hitam beserta celana jeans pendeknya--bahkan sangat pendek. Hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Itu celana? Itu celana dalam deh bukan celana jeans," desis Saka.

"Buat tidur doang," jawab Audrey membela diri.

Tidak menjawab, Saka kembali menggelengkan kepalanya, tangannya melambai untuk meminta Audrey lebih mendekatinya.

"Sini."

Dengan perasaan khawatir kalau nanti Saka akan memukul pahanya, sama seperti yang selalu Oma-nya lakukan jika ia mengenakan celana ini, Audrey mendekati Saka, matanya membola dengan sempurna saat tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang kenyal menyentuh bibirnya.

Saka. Laki-laki itu kembali menciumnya lagi untuk yang kesekian kalinya. Mata Audrey yang tadi masih sedikit mengantuk kini sudah terbuka dengan sempurna. Rasa kantuk yang menggelayoti matanya hilang begitu saja.

Audrey tidak bisa melakukan apapun sekarang, selain hanya bisa melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Saka. Ciuman laki-laki itu sangat menggila sekarang.

"Sak ...," desis Audrey.

"Sekarang ganti baju kamu," ucap Saka setelah ia mengakhiri ciumannya. Jempol tangan kanannya terulur untuk mengusap bibir Audrey yang basah.

Sedangkan Audrey sendiri masih sibuk mengumpulkan oksigen, ia hampir saja mati jika Saka belum juga mengakhiri permainannya.

"Kita mau ke mana sih?" tanya Audrey kikuk.

"Jalan-jalan di pinggir pantai, kita liat sunset. Sekarang gak usah banyak tanya, cepet ganti baju kamu." Saka mendorong pelan tubuh Audrey agar gadis itu kembali masuk ke kamarnya.

Audrey yang masih belum sepenuhnya mengerti pun hanya bisa pasrah kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya lagi untuk berganti pakaian.

Bukankah mereka datang ke sini untuk bekerja? Melakukan perbaikan fasilitas resort? Tapi kenapa Saka justru mengajaknya untuk berjalan-jalan di pinggir pantai, melihat sunset? Audrey tidak habis pikir.

"Saka ...," panggil Audrey setelah ia berhasil menemukan Saka di belakang villa.

Saka yang tengah fokus memperhatikan kolam kecil yang berada di depannya pun menolehkan kepalanya, mendapati Audrey yang sudah berganti pakaian lebih tertutup dari sebelumnya.

Kaos bermodel crop dan jeans panjang berwarna hitam serta jaket bermotif berwarna merah menjadi pilihan Audrey. Penampilannya bertambah lengkap dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya.

Saka tersenyum manis. Ia bangkit dari duduknya, mengacak-acak puncak kepala Audrey. Sepertinya itu salah satu kebiasaan barunya.

"Ini jauh lebih baik dari baju kamu sebelumnya," ujar Saka. Tangannya terulur untuk meraih tangan Audrey. Kemudian keduanya mulai melangkah keluar villa menuju pinggir pantai.

***

"Aku bawa bikini, besok aku mau berjemur di pantai pakai bikini yah?" tanya Audrey saat matanya mendapati banyak turis sedang berbaring atau sekedar duduk di kursi-kursi di pinggir pantai ataupun berenang menggunakan bikini.

Saka yang sedang melangkah pun reflek menghentikan langkah kakinya, menatap Audrey yang tengah tersenyum manis di sampingnya.

"No!"

"Kenapa? Ah salah juga, kenapa aku harus minta ijin kamu? Kamu bukan siapa-siapa aku," decak Audrey.

Gadis itu menepuk-nepuk keningnya beberapa kali saat menyadari sikapnya beberapa menit lalu, saat ia bertanya pada Saka soal rencananya besok yang akan berjemur serta berenang menggunakan bikini.

"Bukan siapa-siapa? Kenapa kamu gak pernah paham sih kalau aku itu pacar kamu? Kamu milik aku, Drey. Aku harus bilang itu pakai bahasa apa sih biar kamu paham?" ujar Saka. Dari nada bicaranya, Audrey bisa paham jika laki-laki itu sedang menyimpan sebuah kekesalan. Audrey tidak menemukan nada bicara Saka yang biasanya terdengar seperti sebuah candaan atau kesombongan.

Audrey hanya bisa terdiam. Ia terlalu sibuk menikmati alunan detak jantungnya yang lagi-lagi selalu berdentum cepat saat sedang bersama Saka. Audrey tidak mungkin jatuh cinta dengan Saka semudah itu 'kan?

Sudahlah Drey, akui saja kalau kamu sudah mulai mencintai Saka 'kan? Gak usah munafik, Drey!

Drey, jangan sampai kamu jatuh cinta dengannya. Saka bukan laki-laki baik. Mana mungkin dia mencintaimu? Dia hanya mempermainkanmu!

"Drey, jawab." Kini kedua tangan Saka sudah berada pada kedua lengan Audrey. Ia terus menggoyahkan tubuh Audrey saat gadis itu terus berdiam, tidak merespon ucapannya sebelumnya.

"Kenapa?" tanya Audrey dengan nada gugup. Ah gara-gara terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, Audrey sampai lupa Saka berbicara apa tadi.

Saka menghela napasnya gusar. Sepertinya ia harus ekstra sabar jika berbicara dengan Audrey, apalagi mengenai perasaannya.

Ia pun kembali meraih tangan Audrey. Sepertinya Saka akan mengajak Audrey pergi dari sini.

"Ayo, kayaknya kamu lagi gak sehat."

"Ih aku baik-baik aja, Sak. Lagian katanya kamu mau lihat sunset? Sunset-nya sebentar lagi," gumam Audrey. Ia masih kekeuh berdiri di tempatnya. Tak peduli dengan Saka yang berusaha terus-menerus menarik tangannya.

"Gak jadi! Aku nyesel ajak kamu ke pantai kalau akhirnya kamu pengen jadi kayak bule-bule itu." Mata Saka terus melirik ke arah bule-bule yang memakai bikini yang berlalu-lalang tak jauh dari mereka.

"Jadi, ayo kita pergi. Kita ke restoran buat makan malam." Saka kembali menarik tangan Audrey. Baiklah, kali ini Audrey hanya bisa pasrah dan nurut ditarik kemana pun Saka melangkah.

***

Audrey terdiam di kursinya sambil sesekali mulutnya bergerak mengucapkan sumpah serapah untuk laki-laki di depannya.

Gadis itu rasa, Saka membohonginya soal rencana mereka pergi ke Bali. Well, sekarang mereka akan makan malam di restoran yang merupakan salah satu fasilitas yang ada di Karisma Resort, dan nyatanya restoran ini sangat ramai. Bahkan ada beberapa orang yang tidak mendapatkan meja kosong.

"Kamu bohong," desis Audrey dengan nada kesal.

Saka yang sedang bermain games di ponselnya, mempause game-nya, menatap Audrey dengan santai.

"Bohong?"

"Dari awal aku masuk ke dalam resort, aku udah gak yakin kalau resort sebagus ini sepi."

Mata Saka akhirnya berjelajah, menatap sekelilingnya dengan santai, dan kembali menatap Audrey dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Ramai yah," kekeh Saka.

"Tau ah! Aku bete, kamu bohongin aku," decak Audrey.

Saka tak peduli, ia hanya tersenyum tipis seraya meletakan ponselnya di atas meja. Meregangkan tangannya yang sedikit pegal karena terlalu lama bermain games selagi menunggu makanan mereka datang.

Laki-laki itu terdiam sejenak saat matanya berhasil melihat seorang gadis yang duduk sendiri di meja yang tak jauh dari mejanya dengan Audrey. Saka mengucek-ngucek matanya beberapa kali, hanya untuk memastikan jika ia tidak salah lihat.

"Adriana!" Saat sudah sangat yakin dengan apa yang ia lihat, Saka pun berteriak sambil melambaikan tangannya.

Audrey yang penasaran pun akhirnya ikut menolehkan kepalanya, dilihatnya seorang gadis dengan perawakan tinggi dan tubuh yang sepertinya sangat jauh lebih indah dibandingkan dirinya.

Gadis itu berjalan ke mejanya dengan senyum yang terus mengembang untuk Saka dan tentu saja kedatangannya langsung disambut oleh Saka.

Gadis bernama Adriana itu sudah duduk di kursi di samping Audrey sekarang setelah mereka berdua saling berkenalan. Mata Saka terus terfokus pada Adriana sekarang, sebuah smile smirk muncul dari bibirnya. Penampilan gadis itu sama sekali tidak ada yang berubah, pikir Saka.

"Adriana, apa kabar?" tanya Saka berbasa-basi.



---
Ada yang inget Adriana siapa? Belum pernah muncul sih, cuma aku pernah sebut namanya🙈

Instagram:
[at]ashintyas
[at]sakaa_justine
[at]drey.latishaa

Serang, 27 November 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro