MPBF - 42

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Vote sama komennya yaw gaes! Ahaha😂😂
Btw selamat hari ibu! Yeaaayyyy!💙💙👌

***

"Leon. Leon. Leon." - Saka Aldino Justine

***

Mendengar ucapan Saka, Aqila langsung menarik tubuhnya dari dekapan Saka. Kemudian gadis berusia 25 tahun itu menatap Saka lekat dengan kening berkerut.

Apakah telinga Aqila tadi tidak salah mendengar? Saka akan mencarikannya laki-laki baik-baik? Bagaimana bisa? Bahkan Saka sendiri tidak bersikap baik. Gadisnya di mana-mana, pasti teman-temannya juga tidak jauh berbeda dengannya 'kan?

"Kamu? Mau cariin aku cowok baik-baik? Aku nggak salah dengar?" ujar Aqila memastikan.

Saka kembali menarik Aqila ke dalam pelukannya, mengusap-usap puncak kepala Aqila asal, membuatnya menggerutu sebal.

"Udah nangis lagi dong," ujar Saka.

"Berisik lo," desis Aqila setelah ia berhasil lepas dari pelukan Saka lagi.

"Aku emang nggak punya teman sih. Nggak butuh temen, buat apa punya temen kalau ujungnya nikung?" ujar Saka.

Mendengar gerutuan Saka barusan, Aqila terkekeh. Gadis itu memang sudah tahu bagaimana kisah cinta Saka dengan Adriana yang berakhir Adriana lebih memilih Rado dibandingkan Saka. Padahal menurut Aqila, Saka jauh lebih segala-galanya dibandingkan Rado.

"Terus mau kenalin aku sama siapa?" tanya Aqila pada akhirnya.

"Leon. Kembaran si Audrey," sahut Saka santai sambil menyedot ice cola milik Aqila yang berada di atas meja.

"What? Audrey punya kembaran?" tanya Aqila tak percaya, bahkan Aqila terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya secara berlebihan. Terlalu drama, memang.

"Kaget kan? Aku aja kaget, dan parahnya kembarannya itu nyebelin parah. Pengen aku bogem rasanya. Tapi kayaknya boleh sih kalau dikenalin sama Kak Aqila," kekeh Saka.

"Nggak ah. Kembaran Audrey, berarti brondong. Aku nggak mau," tolak Aqila.

***

Audrey yang tengah mengobrol dengan kedua orangtuanya serta Leon di dalam kamar Louis dan Dita pun permisi untuk keluar saat ponselnya bergetar menunjukan nama Saka di layarnya yang menyala.

Tanpa berpikir lagi, Audrey langsung menggeser tombol berwarna hijau di layar ponselnya, khawatir jika Saka akan marah padanya jika ia tidak kunjung mengangkat, terlebih sebelumnya Saka sudah bilang jika ia akan mengabari Audrey begitu sampai di rumah 'kan?

"Halo," sapa Audrey.

"Kamu belum tidur udah jam 1 gini? Nungguin kabar aku?" ujar Saka dari seberang sana.

Audrey sedikit terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, menolak asumsi yang Saka katakan meskipun Saka sama sekali tidak bisa melihat pergerakan kepala Audrey.

"Aku lagi ngobrol kok. Sekalian nunggu kamu. Kan kamu belum kabarin aku. Kamu baru sampai di rumah?" tanya Audrey.

"Iya. Kak Aqila nangis gitu tadi karena diselingkuhin pacarnya, kasihan yah. Udah tua masih diselingkuhin," kekeh Saka.

Dari tempatnya, Audrey bisa mendengar jika Saka sedang tertawa begitu puas sekarang tapi kemudian Audrey berdecak, melarang Saka untuk menertawakan penderitaan Aqila.

"Kamu jahat ih! Nggak boleh gitu."

"Iya. Iya, maaf. Yaudah yah aku matiin, udah malam, kamu harus istirahat. Sampai ketemu besok pagi, aku bakal jemput kamu di rumah Mommy sama Daddy kamu itu. Selamat malam Udey Sayang."

Belum Audrey membalas semua ucapan Saka atau sekedar mengucapkan selamat malam kembali, Saka sudah mematikan sambungan teleponnya tanpa permisi lagi.

Audrey menghentakan kakinya sebal, kemudian ia langsung masuk ke dalam kamar bekas Mommy nya dulu sewaktu tinggal di sini, di mana sementara ini akan menjadi kamar Audrey, tanpa berpamitan pada Leon dan kedua orangtua nya lebih dulu kalau ia ingin tidur lebih awal dibanding mereka.

Audrey menghela napasnya begitu memasuki kamar benuansa biru langit milik Mommy-nya. Sejak dulu Dita memang penyuka warna biru, jadi tidak heran jika kamar yang dulu Dita tempati ini dominan dengan warna biru.

Setelah sedikit membersihkan kasur dan membersihkan wajah dan lainnya, Audrey langsung merebahkan tubuhnya, berusaha memejamkan matanya karena hari ini benar-benar melelahkan bagi Audrey.

***

Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi. Leon, Dita, Louis bahkan Audrey sudah duduk di kursi makan masing-masing untuk menikmati menu sarapan pagi ini.

Pagi sekali, Dita sudah membuatkan nasi goreng untuk keluarga kecilnya ini, mengingat jika sejak kecil Leon sudah sangat menyukai nasi goreng saat kerap kali Dita memasakan itu untuknya.

"Mom, kenapa semalam nggak ingetin aku buat bawa baju juga sih? Udah jam segini, aku belum siap ke kantor, bentar lagi Saka datang," protes Audrey disela-sela mulutnya mengunyah makanannya.

"Kau berisik, Drey," sahut Leon seraya mengusap-usap telinganya.

Itu adalah suara protesan Audrey yang kesekian puluh kali sejak gadis itu bangun dari tidurnya dan ingat jika ia sama sekali tidak membawa baju untuk selama ia tinggal di sini.

Louis mengusap-usap puncak kepala Audrey seraya terkekeh kecil sebelum ia menyahuti protesan Audrey beberapa saat lalu.

"Anak Daddy tidak pernah berubah. Sejak kecil hingga sebesar ini masih sangat cerewet. Tenang saja Audrey, Saka ataupun Karisma tidak akan memarahimu saat kau telat datang ke kantor. Kalau sampai salah satu dari mereka memarahimu, biar Daddy yang akan berbalik marah pada mereka," kekeh Louis.

Bertepatan dengan selesainya Louis berbicara, suara klakson mobil terdengar begitu nyaring di depan rumah. Dan Audrey sudah bisa menebak jika itu Saka yang datang.

"Assalamualaikum," ujar Saka saat kakinya sampai di ruang makan.

Tidak sopan memang laki-laki itu masuk ke dalam rumah yang terbuka dan baru mengucapkan salam setelah sampai di ruang makan.

"Kenapa kau datang pagi sekali? Bukankah kau boss sama sepertiku?" protes Leon seraya melirik Saka dengan tatapan mengejek.

"Memangnya kenapa jika seorang boss datang sepagi ini ke kantor?" sahut Saka tak mau kalah.

"Tidak apa-apa, tapi lagipula hari ini aku tidak mengijinkan Audrey untuk bekerja menjadi sekretarismu, aku ingin Audrey menemaniku berkeliling kota Jakarta," tambah Leon.

Mendengar penuturan Leon, Saka langsung melirik Audrey, seolah meminta penjelasan jika apa yang dikatakan Leon adalah sebuah kebenaran atau hanya akal-akalan Leon saja.

"Leon," tegur Louis.

"Leon sudah membicarakan ini dari semalam, Dad, dan Si Manja ini semalam sudah menyetujuinya," jawab Leon membela diri seraya menunjuk Audrey yang duduk berhadapan dengannya.

Audrey menggelengkan kepalanya sambil melambaikan kedua tangannya seolah mengatakan jika ia tidak mengatakan setuju semalam.

"Aku tidak mengatakan itu, Leon. Kau yang memaksaku. Mom." Audrey melirik Dita yang duduk di sampingnya, meminta pembelaan dari sang Mommy.

"Leon." Kini Dita yang menegur Leon. Membuat Leon menghela napasnya sambil menatap Audrey sebal. Leon paling sebal jika sudah Dita yang ikut turun tangan menegurnya.

"Dasar si Pengadu. Dasar si Manja," decak Leon.

"Kalau gitu sekarang Audrey pamit pergi. Audrey harus ke apartement dulu buat ganti baju," ujar Audrey setelah ia meneguk segelas susu vanila miliknya.

"Baby Dino mau antar aku ke apartement dulu kan?" tanya Audrey seraya ia berpamitan kepada kedua orangtuanya.

"Iya," sahut Saka. Kemudian ia menjulurkan lidahnya pada Leon--persis seperti yang dilakukan Leon semalam--sebelum ia melenggang pergi menyusul Audrey yang sudah keluar lebih dulu setelah ikut berpamitan dengan kedua orangtua Audrey.

"Aku menang!" bisik Saka tepat di telinga Leon saat ia berjalan di samping kursi Leon.

---
Aku belum tau ini bakal tamat di part berapa😭😭

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia

Serang, 22 Desember 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro