MPBF - 45

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Heyoooo jangan lupa vote sama komennya yah! Happy reading!

***

"Kenapa?" - Audrey Latisha

***

"Jadi tujuan kita ke mana Udey? Apa Mommy-mu memberitahu kita harus pergi ke toko mana?" tanya Saka disela-sela matanya fokus menatap jalanan.

Audrey terkekeh seraya bergumam, "pergi ke mana pun kamu mau bawa aku pergi, Sak."

"Maksudnya?"

"Mommy nggak nyuruh kita buat beli apa tadi ... barang-barang yang diperluin buat acara pertunangan. Mommy nggak nyuruh itu," jelas Audrey.

Audrey terkekeh saat ia mengingat menghubungi Mommy-nya padahal untuk berbicara pada Leon. Karena jika Audrey langsung menghubungi Leon, laki-laki itu akan selalu mereject panggilannya. Jadi, kedatangan Leon ke perusahaan Saka tadi adalah rencana Audrey.

Saka langsung melirik ke arah Audrey kemudian sebuah senyuman jahil muncul di bibirnya, bahkan laki-laki itu berniat akan menepikan mobilnya.

"Eh kok berhenti? Jangan berhenti di sini, kalau ada polisi gimana?" ujar Audrey.

Saka benar-benar mengabaikan Audrey, ia justru kini memiringkan posisi duduknya, menangkupkan kedua tangannya pada wajah Audrey.

"Aku mau kasih hukuman sama kamu ...," gumam Saka.

"Hukuman? Hukuman apa?" tanya Audrey gugup.

Bukannya menjawab, jempol tangan Saka justru terulur untuk mengusap bibir Audrey.

Baiklah sekarang Audrey sudah mengerti maksud kata hukuman yang beberapa menit lalu Saka katakan.

Audrey langsung menyingkirkan kedua tangan Saka dari wajahnya, kemudian ia langsung menutup rapat-rapat mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Kali ini Audrey tidak boleh hanyut dengan pesona Saka yang berniat akan menciumnya, ini pinggir jalan, meski mereka berdua berada di dalam mobil, bagaimana kalau tiba-tiba seorang polisi datang mengetuk jendela mobil untuk meminta Saka melajukan mobilnya. Sudah cukup hanya Kei yang berhasil mempergoki itu sebanyak dua kali. Tidak ada yang lain lagi.

"No!" decak Audrey.

"Jadi ... Udey cemburu liat aku sama Adriana?" kekeh Saka seraya mengerlingkan matanya, kemudian ia kembali menstaterkan mobilnya, membuat Audrey akhirnya bisa bernapas lega sekarang. Saka tidak akan menciumnya.

"Nggak. Aku cuma mau berduaan aja sama kamu."

"Nggak percaya. Pasti Udey cemburu. Iyalah, Udey nggak akan rela kehilangan aku. Cowok kayak aku langka. Jadi sekarang Udey mau aku aja ke mana?"

Ingin rasanya Audrey memukul wajah Saka karena gemas dengan semua ucapannya barusan. Bukankah laki-laki yang tengah menyetir itu begitu sangat percaya diri?

"Kita ke hotel mau?" tawar Saka.

"Hah?"

Audrey membolakan matanya dengan sempurna. Apa katanya hotel? Astaga ini keberapa kalinya Saka mengatakan kata hotel saat sedang bersamanya?

Demi apapun ternyata selain posesif, Saka juga begitu agresif. Menyebalkan sekali!

"Sebentar lagi kita nikah. Nggak masalah, Udey," kekeh Saka.

"Aku telpon Daddy sekarang," ancam Audrey.

"Telpon aja. Aku nggak takut sama Daddy Louis."

"Daddy Louis?" Audrey seolah meyakinkan jika telinganya tadi tidak salah mendengar jika Saka memanggil Daddy nya dengan Daddy Louis.

"Kenapa? Dia bakal jadi Daddy aku juga, Udey. Jadi, telpon aja dia. Aku nggak takut."

"Ah kamu nyebelin," decak Audrey.

Saka hanya terkekeh selagi tangan kirinya tergerak untuk mengusap wajah Audrey dan mengusap-usap puncak kepala gadis itu.

"Saka."

"Iya?"

"Dulu kamu sama Rado temen dekat?" Entah Audrey mendapat keberanian dari mana untuk menanyakan hal itu.

Tapi persetan dengan keberaniannya, Audrey harus siap menerima sentakan dari Saka yang jelas tidak akan suka bila dirinya menyebut nama laki-laki lain, terlebih Rado tentunya.

Saka melirik Audrey sekilas. Dari lirikannya itu saja, Audrey sudah bisa menyimpulkan jika Saka tengah berusaha mengendalikan dirinya. Mungkin agar tidak terlalu meledak.

"Kenapa? Kamu suka sama Rado? Aku nggak suka kamu sebut-sebut nama dia. Kamu punya aku, jadi kamu cuma boleh ngomongin soal aku bukan laki-laki lain," desis Saka.

Sangat begitu kentara jika Saka seolah berusaha menahan emosinya saat mengatakan kata demi katanya.

Tapi jawaban Saka yang seperti itu justru membuat banyak pertanyaan muncul di kepalanya. Terlebih tentang hubungan Saka dan Adriana sekarang. Haruskah diam-diam Audrey menemui Rado untuk menanyakan semuanya?

***

"Gila! Bener-bener cowok gila!"

Adriana terlihat berjalan keluar dari gedung Karisma Enterprise dengan tergesa-gesa, sekali-kali tangannya terulur untuk mengusap bibirnya beberapa kali dengan kasar.

Bagaimana tidak, begitu Saka dan Audrey pergi. Leon mengunci pintu ruangan Saka. Tanpa permisi laki-laki itu langsung mencium Adriana tanpa memberi celah untuk Adriana menghentikan aksinya.

Dan kini kekesalan Adriana semakin menjadi saat ia mendapati dua perempuan tidak dikenal tengah menyender pada kap mobilnya, seolah menanti kemunculannya.

"Hai Adriana ...," sapa salah satu gadis yang kini terlihat sedang berjalan mendekatinya.

Adriana sedikit memundurkan langkahnya, menaikan sebelah alisnya seraya menatap gadis itu dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Apa kita pernah saling kenal?" tanya Adriana to the point.

"Tidak. Kamu belum kenal aku, tapi aku begitu mengenal kamu. Saka selalu menceritakan dirimu," sahut gadis itu. Membuat sebuah senyuman mengembang dengan lebar di bibir Adriana.

"Benarkah? Aku bener-bener nggak percaya kalau Saka sebegitunya menyukaiku," kekeh Adriana.

Mendapati respon Adriana yang seperti itu, gadis di hadapannya justru nampak tersenyum miring.

"Aku Meisya, dia Aluna."

Gadis itu yang ternyata Meisya pun akhirnya memperkenalkan dirinya beserta Aluna yang masih berdiri di depan kap mobil Adriana.

"Iya. Oke. Aku Adriana. Jadi, kalian berdua ada tujuan apa nemuin aku?"

"Kami mau berbicara sesuatu yang penting sama kamu. Masalah Saka," bisik Meisya tepat di telinga Adriana.

Mendengar nada bicara Meisya tepat di telinganya, reflek membuat bulu kuduk leher Adriana langsung berdiri. Entahlah ucapan itu seolah sedikit mengintimidasi Adriana.

"Saka?"

"Sekarang kamu lagi deket sama Saka 'kan? Kamu udah suka sama Saka sekarang?" Aluna yang sejak tadi terdiam akhirnya membuka mulutnya. Kakinya melangkah mendekati Adriana dan Meisya.

"Aku nggak ngerti apa yang kalian bicarain," gumam Adriana.

"Nanti bakal kita jelasin. Sekarang kamu ikut dulu aja sama kita. Kita pergi pakai mobil kamu yah. Mana kunci mobilnya? Biar aku yang bawa." Meisya menyodorkan tangannya untuk menerima kunci mobil milik Adriana.

Seolah tersihir oleh Meisya, Adriana pun tanpa menolak meraih kunci mobil dari dalam handbag nya kemudian menyerahkannya pada Meisya.

Setelah itu ketiganya masuk ke dalam mobil milik Adriana, melesat entah akan ke mana mereka akan pergi dan pembicaraan apa yang akan mereka lakukan. Adriana hanya bisa pasrah untuk mengikuti dua gadis bernama Meisya dan Aluna ini.

---
Deretan perempuan tersakiti oleh Saka bersatu elah wkwk😂

Btw ini emang pendek. Jadi jangan komen pendek yah, karena aku tau ini pendek wkwk nggak sampe 1000 words🙈

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia
(at)auleon_lucax

Serang, 28 Desember 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro