MPBF - 46

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halo happy satnight! Yang di rumah aja siapa? Nih ditemenin Saka wkwk😂

Karena besok malam aku nggak next MPBF jadi mau ucapin Happy New Year nya sekarang aja. Happy New Year yah😂

Jangan lupa vote sama komennya yah!

***

"Terkadang Leon bisa diandalkan." - Audrey Latisha Alexander

***

Audrey memutar bola matanya malas saat ia mengetahui jika Leon yang masuk ke dalam kamar bernuansa biru miliknya.

Saat ini Audrey tengah memasukan beberapa bajunya yang sepulang bekerja tadi ia ambil di apartemennya--bersama Saka, ke dalam lemari.

"Tadi kau dengan Saka pergi ke mana?" tanya Leon seraya merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Kenapa kau penasaran sekali," decak Audrey.

"Karena aku harus memastikan jika laki-laki itu tidak menyakitimu. Maksudku, dia tidak melakukan hal macam-macam padamu," ujar Leon membela diri.

"Saka tidak menyakitiku. Tadi, dia hanya membawaku jalan-jalan dan makan," jawab Audrey pada akhirnya.

Tentu saja apa yang Audrey katakan bukanlah kebohongan. Meski Saka tadi sempat mengatakan akan mengajaknya ke sebuah hotel, itu tidak benar-benar ia lakukan. Rupanya Saka tidak terlalu brengsek.

"Syukurlah."

"Bytheway ... terimakasih untuk bantuanmu, Leon. Berkat kau, aku tidak harus menahan kesal karena Adriana berlama-lama di dalam ruangan Saka. Kau sangat bisa diandalkan."

Ucapan Audrey itu membuat Leon bangkit dari tidurnya, kemudian tersenyum miring sambil menepuk-nepuk dadanya, membanggakan dirinya.

Audrey menghela napasnya, seharusnya ia tahu jika Leon tidak bisa mendapat pujian sedikit pun. Sama seperti Saka. Kedua laki-laki itu jika sekali dipuji, akan langsung bersikap sombong.

"Tenang saja. Kau adikku, meski kita hanya berbeda 2 menit, kau tetap adikku, Tisha. Aku akan selalu melindungimu dari laki-laki yang ingin menyakitimu."

Walau hanya sebuah ucapan sederhana, tapi kata-kata itu berhasil membuat hati Audrey terenyuh. Karena jarang sekali Leon berbicara seperti itu padanya. Biasanya laki-laki bermata hijau itu hanya akan mengajaknya berdebat.

Audrey menutup pintu lemarinya saat semua bajunya sudah masuk ke dalam sana, ia berjalan mendekati Leon. Berhambur memeluk kembarannya itu dengan erat.

"Uh ... thankyou," gumam Audrey sambil mendaratkan sebuah ciuman pada wajah Leon.

"Audrey."

"Iya?"

"Kau tahu ... lipbalm rasa strawberry yang gadis itu pakai benar-benar enak," gumam Leon setelah Audrey duduk di sampingnya.

Audrey menolehkan kepalanya, menatap Leon dengan sebuah kerutan di keningnya karena tidak mengerti dengan apa yang Leon katakan.

"Gadis itu siapa? Adriana maksudmu?"

"Iya. Siapa lagi? Lipbalm strawberry nya membuat aku benar-benar ketagihan, Tisha," kekeh Leon.

Setelah Audrey benar-benar mengerti dengan semua perkataan Leon. Gadis itu membolakan matanya dengan sempurna.

Apa? Adriana? Lipbalm rasa strawberry yang Adriana pakai? Bagaimana bisa Leon tahu rasa lipbalm yang Adriana pakai? Leon mencium gadis itu?

"Kau----"

Seolah mengerti apa yang akan Audrey katakan, Leon sudah menyelanya lebih dulu dengan sebuah cengiran lebar di bibirnya.

"Iya. Aku menciumnya, Tisha. Aku mencium gadis itu, dan itu tidak buruk. Kau tahu? Gadis itu membalas permainanku dengan baik," kekeh Leon.

"Kau gila, Leon! Aku memang menyuruhmu untuk sedikit mengerjainya agar dia tidak mengacaukan aku yang akan pergi dengan Saka. Tapi aku tidak menyuruhmu untuk mencium Adriana," desis Audrey tak habis pikir.

Leon mengangkat sebelah alisnya, menatap Audrey dengan ekspresi wajah seolah meminta penjelasan pada Audrey, mengapa gadis itu terlihat begitu marah saat mengetahui dirinya mencium gadis bernama Adriana itu.

"Memangnya kenapa? Apakah aku bersalah?"

"Tentu saja ... aku tidak suka kau mencium gadis semacam Adriana. Dia sama sekali tidak elegan."

"Ku pikir karena apa, tapi bibirnya begitu menggoda. Aku sampai tidak bisa menahan untuk tidak menciumnya tadi."

"Iya aku percaya. Semua gadis yang ada di Paris pun pasti sudah kau rasakan semua bibirnya 'kan?" goda Audrey.

"Aku tidak sesialan itu."

"Omong-omong soal gadis elegan, tadi Saka sempat berbicara padaku kalau dia berniat memperkenalkan kakak sepupunya, Kak Aqila padamu."

Mendengar ucapan Audrey, Leon terlihat begitu antusias. Ia bahkan kink mengubah posisinya menghadap ke arah Audrey sambil menggoyahkan tubuh Audrey berkali-kali.

"Benarkah? Bagaimana orangnya? Aku yakin lebih cantik dari gadis tadi 'kan? Kenalkan lah padaku."

"Saka masih mengatur waktunya. Karena sebenarnya Kak Aqila sudah menolak dikenalkan denganmu karena kau terlalu muda untuknya."

"Memangnya dia----"

Seperti mengerti pertanyaan apa yang akan Leon lontarkan, Audrey sudah menyelanya lebih dulu, "Kak Aqila 25 tahun. Kau 4 tahun lebih muda 'kan?"

"Wow! Sepertinya mencintai gadis yang berusia lebih tua cukup menantang. Aturlah waktunya, paksa dia untuk menemuiku, karena aku yakin begitu dia melihatku, semua pertahanan dirinya untuk menolak akan runtuh begitu saja," ujar Leon penuh percaya diri.

Audrey hanya bisa berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya karena kembarannya ini selalu menyombongkan diri. Sebenarnya dulu bagaimana cara kedua orangtuanya membesarkan Leon? Sehingga Leon bisa bersikap seperti saat ini.

"Audrey, Leon, makan malam sudah jadi. Kemarilah!" teriakan Dita membuat Leon dan Audrey saling tatap, kemudian keduanya berebutan keluar dari kamar lebih dulu. Jika sedang bersama, mereka selalu berlomba-lomba untuk sampai di ruang makan lebih dulu.

***

"Kamu nggak mau mikir-mikir lagi buat aku kenalin sama kembarannya Audrey, Kak?" tanya Saka setelah meneguk sedikit es jeruk miliknya.

Sekarang laki-laki itu tengah berada di rumah Aqila, duduk dengan santai di ruang makan bersama Aqila dan Aiden, sedangkan Azka dan Nadia, mereka baru beberapa menit lalu pergi ke rumah kedua orangtua Nadia, Mama Nadia sakit.

Aiden yang sejak tadi tengah sibuk bermain games di ponselnya pun langsung melirik Saka dengan ekspresi yang sulit digambarkan.

"Bukannya Kak Aqila udah punya pacar?" Kini Aiden bertanya seraya melirik ke arah Aqila.

Aqila yang sejak tadi terlihat sibuk mengolesi selai strawberry pada roti tawarnya langsung memasukan rotinya ke dalam mulut sebelum menjawab pertanyaan Aiden.

"Berisik deh kamu. Anak kecil diam aja, nggak usah kepo sama urusan kakaknya," sentak Aqila dengan mulut penuh dengan roti.

Mendapat sentakan menyebalkan dari kakaknya, Aiden justru berharap kakaknya itu akan tersedak roti sekarang. Jahat memang.

"Kak Aqila diselingkuhin sama Angelo," bisik Saka tepat di telinga Aiden.

Hingga akhirnya keduanya tertawa keras-keras, mengejek nasib percintaan Aqila tentunya.

"Sialan!" decak Aqila.

Gadis itu bangkit dari duduknya, berjalan menuju lemari es untuk meneguk air minum dari salah satu botol yang berada di dalam lemari es.

"Makanya Kak Qila, kalau sayang sama cowok jangan berlebihan. Tau-tau ditinggal kan," ejek Aiden.

Anak laki-laki yang memiliki usia sama seperti Kei itu sempat tos dengan Saka sambil terkekeh sebelum ia berlari meninggalkan ruang makan saat sudah mengetahui sinyal-sinyal Aqila akan marah beberapa saat lagi.

"Bener tuh kata Aiden," ujar Saka menyetujui ucapan Aiden beberapa saat lalu setelah Qila kembali duduk di kursinya.

"Berisik!" oceh Aqila.

"Jadi gimana? Mau nggak?"

"Kenalan doang?"

"Kalau cocok ya gas aja."

"Hm."

"Apa? Mau nggak?"

"Iya, kenalin aja."

---
Bentar lagi ... bentar lagi tamat jadi aku ulur-ulur waktu lanjutnya, gak ngebut lagi😢

Instagram:
(at)ashintyas
(at)sakaa_justine
(at)drey.latishaa
(at)kei_keinan
(at)naqila.azdia
(at)auleon_lucax

Serang, 30 Desember 2017

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro