Bukan Kisah Cinta (akhir)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Apa yang kupikirkan selama ini? Astaga!

***

Ketika aku masih belia, berumur 6 tahun untuk spesifikasinya. Aku melihat temanku, dia Ryan sungguh menawan. Aku jatuh cinta padanya, sungguh di kala itu.

Saat aku mengulurkan tanganku untuk membantunya bangun setelah mengatakan rasa cintaku padanya ia menepis dan langsung pergi, sungguh aku merasa sedih kala itu.

Selain itu, aku juga jatuh cinta kembali ketika berumur 12. Aku masih ingat, saat itu ada api unggun yang sangat hangat dan dia dengan badan tegap serta sedikit wajah yang cukup matang berdiri di sana.

Membuat pipiku memanas, aku jatuh cinta kepada seseorang yang lebih tua dariku! Apakah itu, kelainan? Kuharap tidak, cinta itu tidak pernah salah, 'kan? Hehe.

Aku pun memutuskan memetik beberapa bunga di sekitar sungai saat pagi dan hendak memberikannya secara langsung padanya. "Kuharap dia suka!" Monologku di saat itu, masa yang manis karena aku masih bisa merasakan dadaku yang di penuhi bunga hingga saat ini.

Tetapi, dia berkata lain. Mereka, ya dia dan teman-temannya malah tertawa serta meledekku. Mereka bilang aku masih gadis kecil dan semacamnya, itu melukai hatiku juga, lho.

Kepalaku menunduk, beruntungnya topi ayah membantu menutup mereka juga, aku tahu ini mempermalukanku juga karena menangis di sana dan pergi setelah melemparkan segenggam bunga yang kukumpulkan hingga celana kesayanganku basah karena lumpur.

.
.
.

Waktu berlalu dan itu semua hanyalah kenangan masa lalu, saat ini hanya aku dengan matematika! Aku tidak tahu bahwa matematika bisa semenyenangkan ini.

Berkat matematika pula aku dapat ikut seminar ini, astaga di luar dugaan bukan? Aku rasa, setiap kali aku menyelesaikan masalah matematika tinggiku bertama 2 centi!

Satu hal yang tidak dapat kumengerti, orang-orang di sekitarku selalu menyuruhku untuk bergaul. Aku sudah mencobanya, tetapi respon mereka tidak seperti yang kubayangkan jadi kuputuskan bergelut dengan belajar saja. Ada yang salah dengan hal itu?

Aku tidak tahu, yang kuingat aku selalu mendapat jitakan karenanya, terlebih jika Delan yang mengetahuinya. "Apakah kau membawa pensil lebih? Aku ingin meminjamnya jika ada." Suara itu menginterupsiku, aku menoleh dan mendapati lelaki yang mungkin tingginya 180 cm? Yah, aku hanya 168 cm tapi aku cukup tinggi, lho!

"Oh, tentu! Ambillah." Aku menyodorkan sebatang pensil padanya dan ia berterima kasih dengan senyuman hangat di akhir, aku tak mengerti.

Rasa yang pernah kurasakan ini ... cintaku bersemi kembali? Um, dadaku rasanya dipenuhi bunga-bunga! Aku juga merasa mulas di saat yang bersamaan, ia terlihat seksi saat menggosok pensil di atas kertas yang suaranya dapat kudengar.

Apa aku pernah melihatnya? Sungguh, dia membuatku memanas. "Apa hasilnya tiga?" Apa dia bertanya padaku? Ah, tidak peduli. Aku mengangguk cepat dan dirinya memukul udara, apa-apaan itu? Dia terlihat menggemaskan!

"Aku Matthew by the way, kamu?" Arghh, namanya seksi seperti kepribadiannya. "Aku Jane, salam kenal!" Aku menampilkan deretan gigi putih terbaikku padanya serta kuraih tangannya untuk dijabat.

Kekar sekali astaga. Eh, tunggu! Sekarang aku ingat, aku pernah melihatnya di tempat gym, dia memakai kaos tanpa lengan berwarna hitam. Mmm, pipiku kembali memanas dan memerah kuyakin.

"Kamu tidak apa-apa? Sepertinya demam." Ia mencoba menyentuh dahiku, namun aku mundur sepersekian detik, menghindari kalau-kalau aku bisa mimisan saat itu juga karena sentuhannya sangat berbahaya bagiku.

"E-enggak!" Dia kembali tersenyum, lalu mengembalikan barang yang ia pinjam padaku serta terima kasih. Tak lama juga seminarnya juga selesai, ia pergi.

Kutatap punggungnya yang semakin kecil, dan helaian rambut yang melompat-lompat lucu itu. Ah, dia seperti lelaki dengan setelan yang ada di tv lalu memberikan bunga mawar kepada gadis pujaan hatinya.

Aku harap pula gadis tersebut adalah aku! Tapi, apakah akan berhasil? Aku 'kan hanya cocok dengan matematika.

"Apa yang sedang kau pikirkan poni?" Ryan datang dengan tangan yang tanpa permisi menoyor kening kesayanganku, "Heh, poniku!" Aku mengusap tempat favoritku hingga pandanganku kembali fokus pada Matthew yang sedang berbicara dengan wanita lain? Ng, aku gak suka!

"Hey, kau kenapa?"

"Aku jatuh cinta!"

"Lalu ada apa?"

"Ng, masalahnya terlalu susah. Tidak seperti satu tambah satu sama dengan dua!"

"Yah, kau memang bodoh sejak kecil jika masalah cinta dan hubungan lainnya. Semoga cepat sembuh poni bodoh!" Ryan kembali menoyorku.

"Heh, ini bukan penyakit! Akan kubuktikan aku bisa mendapatkan nomornya." Dengan rasa gondok aku berjalan menuju Matthew dan tanpa kusadari aku menginjak tali sepatu yang terlepas.

Berakhir aku terjatuh dengan keningku yang mendarat terlebih dahulu karena tanganku memeluk buku serta beberapa poster. "Ung, sakit sekali," rintihku seraya mengusap poniku dalam posisi menduduk.

"Hey, lain kali hati-hati," seperti suara Matthew? Saat aku mendongak ....

Ung, aku memang tidak dapat diandalkan jika masalahnya seperti ini!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro