Daging Dewa dan Pembunuh Penyihir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Raut wajah dari seorang pria muda itu tak berubah. Masih saja keras dan terlihat begitu kesal, ia terus berjalan tanpa memedulikan para makhluk lain yang memandangan ketakutan dari balik pepohonan hutan.

Ketika Zeno berhasil menemukan bangunan yang dicarinya itu, tangannya langsung mengeluarkan hentakan angin yang dahsyat, meluluh lantahkan setengah dari bagian bangunan tersebut. Kakinya melangkah masuk, melewati bekas pintu yang sudah hancur itu dan menghadap pada seseorang yang mengundangnya.

Atau lebih tepatnya, seseorang yang memanggilnya dengan paksa. Zeno memasang wajah lebih kesal lagi ketika melihat wanita yang memanggilnya itu sedang terisak. Lana menangis begitu deras, hingga tiap makhluk yang mendengar isakannya dapat ikut merasakan hatinya seperti disayat-sayat.

Bahkan para burung gagak juga ikut berterbangan, mengelilingi si gadis dan merontokan bulu hitamnya. Seakan turut bersedih apa yang telah terjadi pada Lana. "Jangan bertingkah seperti korban dasar kau penyihir!" bentak Zeno sembari menghentakkan tongkatnya ke bumi, memberikan getaran di sekitarnya.

Sedangkan Lana yang semulanya terisak langsung terdiam, sorot matanya kosong lalu menajam, menatap ke arah Zeno yang balik menatapnya sama. Kemudian si gadis mulai berdiri dan tertawa.

Seakan meledek, karena ia tahu alasan Zeno datang ke sini hanya untuk mengambil seonggok mayat. "Kau benar-benar dibutakan oleh cinta, ya?" Lana kemudian merubah bentuknya, yang semulanya ia adalah wanita cantik dengan rambut silver tiba-tiba menjadi makhluk yang memiliki empat sayap hitam.

Di tulang-tulang sayapnya terdapat banyak mata yang berwarna putih dan wajah Lana juga ikut berubah, ia hanya memiliki satu mulut dan ketiga matanya. Tanpa telinga atau pun hidung. Bahkan tangannya hanya tinggal sebelah, tangan kebanggannya itu memegang sebuah tongkay megah yang dapat meluluh lantahkan satu dunia.

Zeno yang tak tahan juga akan perbuatan dari si penyihir ikut merubsh dirinya. Ia menjadi sesosok bayangan berwarna abu-abu dengan dua sayap dan kepala burung.

Kedua tangannya saling memegag tongkat dan pedang, di tiap tulang sayapnya pun terlihat banyak mulut yang memiliki gigi-gigi runcing nan siap untuk melahap apapun yang mengenainya.

"Sudah sangat lama aku tak menikmati daging dewa!"

"Ini juga pertama kalinya bagiku untuk melawan seorang penyihir yang telah membunuh kekasihku!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro