Mawar Seharum Darah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lemari jam itu berdenting begitu kuat, menandakan waktu bagi si monster telah menipis. Tak kehabisan akal, si makhluk yang perlahan mulai berubah itu mulai mengeluarkan aroma yang begitu memabukkan bagi para manusia.

Membuat orang-orang yang desanya berada di sekitar kastil si monster mulai bangun dari tidurnya dan mulai mengikuti ke arah sumber bau harum tersebut.

Langkah mereka tertuntun rapi selayaknya orang yang sedang terhipnotis. Mereka seperti diambil alih kesadarannya karena aroma memabukkan itu. Si monster pun tersenyum ketika ia melihat para manusia berbondong-bondong berdiri mengitari kastilnya dari berbagai sisi.

Ia pun beranjak dari balkonnya dan langsung menuju ke tempat favoritnya, aula kastil. Di ruangan megah itu terlihat sangat elegan dan tak masuk akal.

Di ruangan gelap yang hanya bermandikan cahaya bulan itu sebuah piano besar terletak di tengahnya. Sang monster duduk di sana seakan itu adalah singgasananya yang agung.

Jari jemarinya dengan begitu telaten menggapai barisan tuts piano untuk menghasilkan sebuah melodi yang begitu indah untuk di dengar. Ketika suara itu terlantun, tiap pintu dari sisi kastil ikut terbuka.

Para manusia itu pun kembali berjalan mengikuti panggilan yang memaksanya untuk datang. Akan tetapi di sini perlahan mereka mulai kembali mendapat kesadarannya, namun tidak dengan kendali atas tubuhnya.

Mereka mulai dengan wajah yang terheran-heran, lalu terkejut ketika suara melodi yang begitu indah masuk ke indra pendengaran dan menangis saat mengetahui malam ini akan menjadi malam terakhir bagi mereka.

Bahkan tak hanya menangis, mereka meraung, berteriak histeris dan beberapa juga hanya pasrah serta berdoa dalam diri bahwa semua ini hanyalah mimpi. Tetapi semua itu sia-sia ketika si monster berhasil mengundangnya ke aula kastilnya.

Para dari mereka mulai mengisi ruangan itu dan mengelilingi si monster yang masih berkutik pada alat musiknya. Seketika ketika manusia terakhir masuk ke dalam ruangan, seluruh pintu tertutup dan cahaya bulan menjadi merah benderang.

Diikuti dengan alunan piano yang semulanya adalah melodi yang indah menjadi begitu mencekam dan menegangkan. Si monster secara membabi buta menekan tiap barisan tuts dengan keras, menciptakan siksaan bagi yang mendengarnya.

Satu persatu dari mereka mulai kehilangan kewarasannya ketika mendengar alunan melodi itu. Bahkan beberapa dari mereka sudah ada yang tak sadarkan diri ketika melihat sosok seram di depannya.

Sesosok makhluk itu memiliki perawakan seperti manusia, akan tetapi kakinya adalah kaki laba-laba, rambutnya adalah helaian ular dan tangannya adalah sepasang tentakel yang menjijikan.

Ketika satu dari persatu manusia itu mulai menjadi hal lain, dirinya mulai kembali menjadi sesosok cantik yang tanpa celah. Diikuti pula dengan denting jam yang kembali memelan.

Membuat para manusia itu menderita hingga sampai diujung napas terakhirnya, si monster mengembangkan senyumnya bangga. "Aku akan melakukannya lebih sering lain kali, tidak akan kutunggu seratus tahun lagi," bangganya ketika melihat ruangan favoritnya itu, kembali penuh dengan bunga mawar-mawar baru yang berwarna hitam pekat dan memiliki harum anyir darah yang begitu menusuk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro