Dua Angsa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku terdiam gugup di kursi ini. Panggung di depan sana, terlihat sangat spesial untukku. Tatapku tak lepas pula dari tirai merah yang belum terbuka.

Biasanya hanya orang-orang tertentu yang melihat pertunjukkan ballet di tempatku duduk. Seperti kritikus, juri, dan para penikmat balet yang cukup terkenal.

Kali ini bangku penonton terlihat berbeda. Meski hanya ada beberapa penonton, tapi mereka bukan bagian dari penikmat ballet. Mereka adalah teman-teman dari seseorang yang akan menari malam ini, di atas panggung itu. 

Aku kembali mengembuskan napas, seraya melemaskan otot-ototku. Alunan melodi indah yang samar-samar mulai terdengar. Membuat suasana teater megah itu menjadi senyap.

Walau tak banyak orang yang menghadiri penampilan hari ini, aku merasa bahwa ini adalah panggung yang besar.

Lampu-lampu teater mulai mati. Tirai merah yang besar itu mulai terbuka, menampakkan bagian panggung yang dipenuhi ornamen klasik, lalu lampu temaram menyala. Menyinari laki-laki dengan kostum tari dibalik tubuh atletisnya itu.

Wajahnya tetap datar seperti biasanya membuatku tertawa, "Apa-apaan itu?" Setelahnya aku terpana. Terpukau karena gerakannya sangat indah meski terlihat maskulin. Selaras seperti pria impian yang selalu kuimpikan.

Padahal ini hanya baru beberapa Minggu. Belum genap satu bulan. Bahkan, aku masih ingat ketika diriku mengajarinya melompat ke sana dan kemari. Bagaimana mungkin seorang pria yang pekerjaannya mengembangkan teknologi bisa menari seluwes itu?

Pipiku memanas, saat tak sengaja bertemu dengan manik coklat itu. Lalu sebuah ingatan saat awal mula aku bertemu dengannya berputar seperti kaset film lama.

Kami bertemu di balik panggung sana, saat pertunjukkan ballet telah usai. Seorang pria datang menemuiku dan langsung memberitahukan niatnya.

"Aku ingin kau menjadi kekasihku," katanya begitu.

Tentu saja aku heran, heran sekali. Kupikir dia hanya orang aneh dan penggemar biasa yang kutolak sekali akan berhenti. Tetapi, nyatanya tidak.

Dia kembali datang ketika aku mengadakan pertunjukkan ke kota lain, bahkan di saat peranku hanya sebagai penari latar. Aku cukup takjub akan kegigihannya. Aku pun mulai luluh dan mulai makan malam bersama dengannya beberapa kali.

Bertambahnya hari, usaha dia untuk menjadikanku kekasihnya kian serius. Lalu kuberikan sebuah syarat. Bahwa di bulan ini juga, dia harus menampilkan pertunjukkan ballet untukku dengan diiringi lagu favoritku, Swan Lake.

Sekarang lihatlah, dia di sana. Menari begitu indah. Tangan dan tubuhnya meliuk selaras mengikuti alunan melodi. Membuatku terlepas dari jerat yang tak kasat mata. Air mataku mulai mengambang, dadaku berdebar begitu cepat, diikuti dengan pipiku yang memanas. Aku tersentuh.

Aku tidak bisa jika hanya melihatnya menari.

***

Pria itu masih lanjut menari, menghasilkan beragam reaksi dari para penonton, walau awal tak yakin. Mungkin ini hanya satu-satunya cara untuk mengambil hati sang calon kekasih.

Meski dia dikenal sebagai orang tak berperasaan karena jarang berekspresi, dia meyakini yang satu ini. Bahwa dia teramat jatuh pada gadis ballet itu. Seakan hatinya tak berdebar lagi ketika tidak berada di dekat sang pujaan hati.

Membuat beberapa orang yang menjadi teman bicaranya terkejut, apalagi sekarang. Hal ini pasti akan menjadi topik hangat selama beberapa hari bahkan minggu.

Sang pria tiba-tiba merasa gelisah, seakan sesuatu telah hilang dari tempatnya. Dia pun menyempatkan diri untuk memastikan gadis yang memberi syarat padanya itu tetap duduk manis dan melihatnya menari.

Namun, perempuan itu telah pergi ....

Meninggalkan tanda tanya besar baginya, membuat batinnya berteriak kecewa. Pun tariannya ikut berhenti, mengabaikan alunan melodi kosong yang tak bermakna apa-apa. Mungkinkah ini pertama kalinya dia merasakan patah hati? Bahkan tangannya sudah bergetar karena putus asa.

Meninggalkan keheranan yang bagi para penonton. Sedetik; dua detik; alunan melodi itu masih sama, seakan tak menghiraukan sang angsa yang sudah berhenti menari.

Akan tetapi semuanya dikejutkan ketika dari balik kanan tirai seorang gadis dengan kaki jenjang masuk ke tengah panggung. Memperlihatkan pula tarian indahnya, sebagai bukti balas cintanya bagi sang angsa yang sedang terkejut itu.

Mereka berdua saling tatap, lalu begitu melodi sampai di titik terakhir, mereka berdua mulai menari tanpa lagu. Walau begitu kosong, seakan  mengikuti melodi mereka terus menari.

Menari, menunjukkan tanda kasih mereka yang mekar malam ini. Menuntut cinta yang begitu dalam dari kedua sisi. Membuat para penonton ikut merasakannya, rasa-rasa bahagia yang membuncah di dalam dada.

"Aku mencintaimu lebih dari apapun. Tolong, izinkan aku untuk memilikimu," kata sang laki-laki dengan netra yang menatap penuh pada si perempuan.

"Aku juga mencintaimu dan diriku adalah milikmu," balas sang perempuan yang diikuti dengan sorakan dan tepuk tangan meriah dari para penonton di bawah sana.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro